Pupuk Organik Syarat Tumbuh

tanaman di tanam dalam wadah tersendiri; 3 kemungkinan penularan penyakit lewat akar kecil sekali, tanaman yang sakit mudah sekali ditangani; 4 menghemat pemakaian pupuk karena pupuk tidak terbuang percuma tercuci; 5 lebih muda menanam beberapa jenis tanaman; 6 lahan yang digunakan lebih sempit karena pot atau polibeg dapat diletakkan dalam rak yang bersusun. Walaupun banyak keuntungan yang di peroleh dengan penanaman dalam pot atau polibeg, cara ini pun mempunyai beberapa kekurangan juga. Kekurangan dengan cara ini antara lain: 1 memerlukan biaya untuk penyediaan pot atau polibeg; 2 pengangkutan lebih sulit; 3 memerlukan tempat penjualan yang lebih luas bila akan menjual sayuran beserta wadahnya Pracaya, 2002.

2.2.4 Pupuk Organik

Pengertian pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik banyak mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen brangkasan, jerami, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa, limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota sampah atau bisa disimpulkan secara singkat adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai hara tanaman, memeperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah Goenadi, 1995. Bahan organik mempunyai sifat mengurangi kepadatan tanah yang berat dan meningkatkan daya tahan air bagi tanah-tanah yang ringan. Tanah yang sedikit berpasir sekurang-kurangnya mengandung 4 bahan organik sesuai dengan 2 C untuk tanah liat berat diperkirakan 2 kadar bahan organik 1C. Pada tingkat ini kehilangan bahan organik kira-kira 5 tha. Kehilangan ini dapat diganti dengan menambahkan kira-kira 10 tha pupuk kandang, tetapi dosis yang lebih tinggi sampai 80 tha sering dilakukan di daerah yang intensif. Pada kenyataanya banyak sisa-sisa bahan organik dan jenis pupuk kandang yang digunakan untuk sayuran. Apabila perbandingan CN dari bahan organik 15 seperti halnya jerami dan dedak padi, maka penambahan pupuk N kira-kira 7 kg Nt jerami sangat disarankan untuk mencegah defisiensi N. Walaupun suhu tanah yang tinggi di dataran rendah dapat menjamin berlangsungnya pembusukan bahan organik yang cepat. Seperti tanaman bayam dapat tumbuh baik pada sampah- sampah kota yang belum terurai penuh. Resiko penggunaan sampah kota limbah yaitu adanya pencemaran tanah oleh plastik atau logam berat Sutarno, 1995. Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara di dalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan kedalam tanah. Pengaruh pH terhadap ketersediaan N tanah melalui tiga cara yaitu: 1 perubahan ammonium NH 4 + menjadi nitrat NO 3 - , 2 penggunaan NH 4 + dan NO 3 - oleh tanaman, 3 Pengikatan N oleh liat. Perubahan ammonium menjadi nitrat berlangsung dengan proses oksidasi enzimatik yang dibantu oleh bakteri Nitrobakter dan Nitrosomonas, sedangkan kehidupan kedua bakteri tersebut sangat tergantung oleh pH tanah. Keasaman tanah yang optimum untuk proses tersebut nitrifikasi berkisar pada pH 6,5-8,0 pH lebih kecil 5,0 dan lebih besar dari 8,0 proses akan terhambat dan unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam pH lebih kecil dari 5,0 Damanik dkk, 2011. Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat akan tetapi dapat berbentuk cair ini sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur yang terkandung didalamnya mudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pembuatan pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman yang sudah siap dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Adapun keuntungan pupuk cair antara lain: pengerjaan pemupukan akan lebih cepat dan penggunaannya sekaligus melakukan penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah Hanum, 2011. Pupuk organik mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan pupuk organik adalah sebagai berikut: 1 meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah; 2 memperbaiki struktur tanah; 3 meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air Water holding capacity; 4 meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah; 5 meningkatkan kapasitas tukar kation tanah; 6 mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah masam dan 7 meningkatkan ketersedian hara di dalam tanah. Sedangkan kelemahan dari pupuk organik adalah sebagai berikut: 1 kandungan haranya rendah; 2 relatif sulit memperolehnya dalam jumlah yang banyak; 3 tidak dapat diaplikasikan secara langsung ke dalam tanah, tetapi harus melaui suatu proses dekomposisi dan 4 pengangkutan dan aplikasiya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah banyak Damanik dkk, 2011. Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan serasah dapat dikatakan sebagai pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos. Kompos kota pada umumnya memiliki kandungan hara kurang lebih: 1, 69 N; 0,34 P 2 O 5 dan 2,81 K dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1,69 kg Urea, 0,34 kg SP 36 dan 2,81 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Ureaha, 75 kg SP 36ha dan 37,5 kg KCl, maka membutuhkan sebanyak 22 ton komposha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi Hanum, 2011. Ciri-ciri kompos yang baik, adalah sebagai berikut: 1 senyawa-senyawa karbon harus terombak sempurna. Untuk itu perlu adanya cukup udara yang masuk kedalam tumpukan kompos, sehingga proses perombakan berlangsung dengan cepat. Campuran kapur dan fosfat dapat mempercepat proses tersebut; 2 senyawa-senyawa nitrogen sebagian besar harus sudah menjadi amonium. Diperlukan nisbah CN yang kecil, jika nisbah CN itu besar misalnya jerami dengan persenyawaan N organik yang rendah. Pada penguraian bahan tersebut tidak terjadi pembebasan amoniak, yang artinya pembebasan N terhambat. Sebaliknya bila nisbah CN bahan itu kecil, maka akan banyak dibebaskan amoniak; 3 kehilangan N harus sekecil mungkin dan 4 sisa-sisa sebagai humus harus sebanyak mungkin Damanik dkk, 2011. Berdasarkan penelitian Koji Takakura, seorang ahli kompos yang diperbantukan pemerintah Jepang untuk Indonesia sebaiknya dalam pembuatan kompos dipakai mikroorganisme lokal. Hal ini dapat dipahami karena pemakaian mikroorganisme lokal akan menghemat biaya, karena masyarakat dapat membiakkan sendiri mikroorganisme tersebut dengan cara sederhana. Selain itu dengan dipakainya mikroorganisme lokal, diharapkan tidak terjadi gangguan terhadap kelangsungan kehidupan mikroorganisme lokal. Hal ini mengacu dengan telah dianjurkannya pengurangan penggunaan biakan komersil EM 4 dikarenakan ditengarai terjadinya dominasi di alam oleh mikroorganisme yang terkandung dalam EM 4 tersebut. Terdapat 3 tahapan dalam proses pembuatan kompos ini, yaitu: 1 tahap pembuatan inokulan cair; 2 tahap pembuatan inokulan padat; 3 tahap pemakaian inokulan padat untuk pengomposan Ginting, 2012. Tahap pembuatan inokulan cair, Tujuan tahapan ini adalah untuk membiakkan mikroorganisme yang berdasarkan hasil penelitian Koji Takakura seorang ahli kompos yang diperbantukan pemerintah Jepang untuk bangsa Indonesia akan mampu mendegradasi sampah organik yang berasal dari dapur rumah tangga Indonesia. Mikroorganisme dasar adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt. Mikroorganismeini mempunyai sifat-sifat yaitu: 1 sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino; 2 sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana,dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air dan 3 sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak Ginting, 2012. Tabel 1. Sumber bahan kompos, kandungan nitrogen dan rasio CN Jenis Bahan Nitrogen Per Berat Kering CN Rasio Limbah cair dari hewan 15-18 0,8 Darah kering 10-14 3 Kuku dan tanduk 12 - Limbah ikan 4-10 4-5 Limbah minyak biji-bijian 3-9 3-15 Night soil 5,5-6,5 6-10 Lumpur limbah 5-6 6 Kotoran ternak unggas 4 - Tulang 2-4 8 Rumput 2-4 12 Sisa tanaman hijau 3-5 10-15 Limbah pabrik bir 3-5 15 Limbah rumah tangga 2-3 10-16 Kulit biji kopi 1,0-2,3 8 Eceng gondok 2,2-2,5 20 Kotoran babi 1,9 - Kotoran ternak 1,0-1,8 - Limbah lumpur padat 1,2-1,8 - Millet 0,7 70 Jerami gandum 0,6 80 Daun-daunan 0,4-1,0 40-80 Serbuk gergaji 0,1 500 Kertas 0,0 Keterangan: - tidak ditentukan, tidak tertentu Sumber FAO, 1987 dalam Setyorini 2006. Rasio CN merupakan faktor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentuk sel dan nitrogen untuk membentuk sel. Jika rasio CN tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang. Selain itu diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan dengan degradasi bahan kompos, sehingga waktu pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan memiliki mutu rendah. Jika CN-rasio terlalu rendah, kelebihan nitrogen N yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi sebagai ammonia BPPP, 2011. Nitrogen merupakan salah satu unsur kimia utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman . Nitrogen merupakan komponen klorofil dan karenanya penting untuk fotosintesis. Tanaman menggunakan nitrogen dengan menyerap baik ion nitrat atau amonium melalui akar. Sebagian besar nitrogen digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan protein dalam bentuk enzim dan asam nukleat Agriculture Syllabus, 2009.

2.2.5 Kulit Pisang