bersisik, atau tekstur kulit yang memburuk likenifikasi; epidermis menebal, tumbuh berlebihan, tampilan seperti kulit yang disertai rasa gatal.
Pekerja salon merupakan salah satu pekerjaan yang paling sering menyebabkan terjadinya lesi pada kulit.
9,24
6
Pekerja salon secara intensif terpapar dengan pekerjaan yang bersifat basah wet work dan bahan-bahan kimia, seperti
kandungan dalam pewarna rambut, obat keriting permanen dan bahan-bahan peluntur warna rambut. Hal ini menunjukkan risiko yang harus dipertimbangkan
terhadap DKA dan DKI pada tangan.
2.1.2 Epidemiologi
25
Prevalensi DT pada populasi umum yaitu sebesar 2-9, walaupun studi terbaru menyatakan prevalensi sebesar 17 di Amerika Serikat.
11
Pada tahun 1996, Meding dan Jarvholm meneliti 2218 subjek berusia 20-65 tahun di Swedia
dan menemukan bahwa prevalensi 1 tahun dari DT ini menurun dari 11,8 menjadi 9,7 P 0,01. Pada tahun 1998 prevalensi DT meningkat di Denmark
pada subjek berusia 15-41 tahun yaitu dari 17 di tahun 1990 menjadi 26,6. Pekerja salon merupakan salah satu pekerjaan dengan insidensi tertinggi
untuk terjadinya dermatitis kontak akibat kerja di Eropa. Prevalensi tahunan DT diperkirakan sebesar 6-11 pada populasi umum di Eropa Utara, sedangkan
sekitar 13-18 pada pekerja salon. Pekerja salon juga berada pada risiko tinggi untuk mengalami DT akibat kerja dibandingkan dengan pekerjaan lain, meskipun
usia pertama mengalami DT adalah sekitar 19-21 tahun.
20
Dermatitis kontak nikel telah dinyatakan sebagai faktor risiko untuk terjadinya DT. Telah dilaporkan prevalensi kumulatif DT sebesar 30-46 pada
individu yang sensitif terhadap nikel. Prevalensi DT sekitar 12 di kalangan
22
Universitas Sumatera Utara
wanita usia bekerja di Swedia. DT lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
21
Prevalensi DT berbeda berdasarkan usia dan prevalensi tertinggi ditemukan pada wanita usia muda.
Meding et al menemukan bahwa 35 wanita dan 27 pria melaporkan bahwa DT mereka pertama sekali terjadi pada usia sebelum 20 tahun. Hald et al
menemukan bahwa usia median onset pertama DT yaitu 26 tahun pada wanita dan 28 tahun pada pria.
20,21
2.1.3 Patogenesis Dermatitis Tangan
20
Sebelumnya telah diperdebatkan apakah dermatitis kontak nikel merupakan faktor risiko untuk terjadinya DT, yaitu suatu kelainan kutaneus yang
dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan berhenti bekerja. Walaupun hasil dari penelitian berbasis populasi berbeda-beda, suatu hubungan sebab-akibat
antara alergi nikel dan DT tidak dapat dibantah lagi. Oleh karena itu, ketika individu dengan dermatitis kontak nikel mendapat paparan ulang terhadap nikel
pada tangan, DT alergi cenderung terjadi. Selain paparan kutaneus langsung terhadap nikel, patomekanisme lain terhadap terjadinya DT yang diinduksi nikel
telah dijelaskan. Pertama, reaksi DKA sistemik dapat terjadi setelah tertelan nikel. Kedua, absorpsi transkutaneus ion nikel dari misalnya anting dapat menyebabkan
DT. Stratum korneum merupakan hal penting dalam membentuk barrier
terhadap lingkungan eksternal dan pencegahan hilangnya air. Lapisan superfisial ini mengandung sel epitel yang tertanam di dalam lipid bilayer yang terdiri dari
seramid, asam lemak, dan kolesterol dengan kandungan air antara 20 dan 35.
26
Universitas Sumatera Utara
Hampir semua DT melibatkan terganggunya stratum korneum yang biasanya diikuti, tetapi pada beberapa kasus diawali, oleh respon inflamasi lokal.
Rusaknya stratum korneum menyebabkan sel radang dipanggil ke lokasi tersebut. Aktifitas inflamasi dan hilangnya air secara transepidermal menyebabkan
kekeringan, retak, dan inflamasi. Lipid stratum korneum kebanyakan bersifat larut air dan paparan air dari “pekerjaan yang bersifat basah” dapat menghilangkan
lipid tambahan. Hal ini menjelaskan paradoks mengenai air mengakibatkan tangan lebih kering begitu juga dengan perlunya menggunakan emolien sebagai bentuk
pengobatan. Hilangnya air dari stratum korneum menyebabkan retak-retak, fisura, dan kerusakan lebih jauh dari fungsi barrier.
11
Terganggunya lipid bilayer di dalam DT iritan terjadi ketika terpapar dengan deterjen, sabun, dan bahan kimia lain atau iritan. Inflamasi dihasilkan dari
iritan baik yang cukup kuat atau yang kontak dengan kulit dalam waktu cukup lama untuk mengerosi barrier. Paparan berulang atau berat menyebar ke lapisan
kulit yang lebih dalam dan endotel. Hal ini, sebagai akibatnya, dapat berlanjut ke gejala klinis yang lebih berat danatau penyakit berat.
11
Defisiensi yang mendasari dalam komponen utama lipid bilayer yang menyebabkan hilangnya air terdapat pada individu dengan dermatitis atopik.
Defisiensi ini menyebabkan hilangnya air, barrier yang melemah, dan ambang rangsang yang rendah terhadap aktivasi inflamasi. Sebagai hasilnya, pasien
memiliki kulit kering dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai pencetus, mencakup iritan dan alergen.
11
Mekanisme DKA berbeda dengan yang terjadi pada dermatitis iritan atau atopik. DKA melibatkan reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Induksi terjadi
11
Universitas Sumatera Utara
ketika alergen berpenetrasi ke kulit dan diproses oleh sel Langerhans. Alergen kemudian berkonjugasi dengan protein karier untuk membentuk antigen. Antigen
yang terkonjugasi bermigrasi ke kelenjar limfe, dimana terjadi sensitisasi. Dalam waktu 12-48 jam setelah paparan ulang, limfokin dilepaskan oleh sel T memori
dan menyebabkan respon inflamasi. Suatu penelitian epidemiologi DT mengamati dan menemukan 35 DKI,
19 DKI, dan 22 DA serta menyatakan ketiganya merupakan bentuk klasifikasi yang paling umum; sedangkan 15 pasien memiliki dermatitis yang tidak
terklasifikasi.
11
1. Dermatitis Kontak Iritan DKI
27
DKI merupakan jenis kelainan kulit akibat kerja yang paling umum, sekitar 80 dari semua kasus. Hal ini disebabkan kejadian
sitotoksik langsung oleh agen yang bertanggung jawab terhadap sel epidermis dan dermis. Bahan iritan terutama adalah bahan kimia, dalam
fase padat, cair atau gas, juga mencakup partikel mineral atau tumbuhan yang masuk ke dalam kulit.
DKI disebabkan oleh paparan berulang atau paparan yang lama terhadap kontaktan, yang menginhibisi perbaikan barrier epidermal.
2,28
27
Paparan berulang atau paparan yang lama terhadap kontaktan dapat menyebabkan efek akumulasi bahan-bahan kontaktan.
1
Bahan-bahan yang dapat menginduksi reaksi: air, sabun, deterjen, pembersih, pelarut,
penghilang lemak, lubrikan, minyak, pendingin, produk makanan, debu fiberglass, logam, plastik, dan resin, begitu juga dengan trauma mekanis.
Universitas Sumatera Utara
Gejala biasanya simetris dan melibatkan ujung jari dorsal dan sela-sela jari.
2. Dermatitis Kontak Alergi DKA
27
DKA merupakan reaksi imunitas selular kulit yang bertanggung jawab atas 20 kasus dermatitis akibat kerja. Hal ini terjadi pada beberapa
individu dan disebabkan oleh agen kimia atau biologi.
2
DKA disebabkan oleh reaksi yang dikenal sebagai hipersensitivitas tipe lambat respon
imunitas tipe IV terhadap bahan kimia yang kontak dengan kulit dan yang memiliki kemampuan untuk menginduksi reaksi alergi. Reaksi kulit sering
terlambat, terjadi sekitar 24-48 jam setelah kontak dengan kulit, dan dapat terjadi setelah beberapa hari atau minggu untuk menetap.
Bahan kimia yang memiliki potensi untuk menyebabkan reaksi alergi disebut alergen, akan tetapi hanya sekitar 3 dari semua bahan
kimia yang merupakan alergen. Terjadinya reaksi alergi terhadap bahan kimia tertentu merupakan mekanisme yang unik terhadap individu
tertentu, sedangkan sebagian orang dapat mengalami iritasi kulit terhadap paparan iritan yang konsentrasinya memadai. Sensitisasi terhadap suatu
bahan dapat terjadi beberapa hari, minggu atau tahun setelah paparan. Sekali seseorang tersensitisasi, alergi cenderung terjadi seumur hidup.
1
Jika kulit telah rusak atau teriritasi, misalnya dengan didahului oleh DKI, terdapat peningkatan kecenderungan untuk mengalami DKA.
Awalnya, ruam dapat muncul hanya pada tempat yang kontak dengan alergen. Ruam dapat muncul di tempat lain sebagai akibat penyebaran
1
Universitas Sumatera Utara
melalui tangan yang terkontaminasi dengan alergen atau bahan pada tempat yang belum pernah kontak dengan alergen.
Sulit membedakan diagnosis DKI dan DKA. Reaktivitas elisitasi terjadi ketika individu yang sebelumnya tersensitisasi mengalami paparan
ulang terhadap antigen. Alergen yang umum mencakup nikel, pewangi, dan bahan pengawet.
1
27,29
Alergen okupasional mencakup agen antibakteri topikal, garam logam mis. kromat, dan nikel, pewarna organik, tanaman,
resin plastik, dan bahan tambahan karet. Kulit bagian dorsal merupakan yang paling sering terkena, khususnya jari-jari.
3. Dermatitis atopik DA
27
DA merupakan faktor risiko untuk terjadinya dermatitis tangan pada orang dewasa. DA sering melibatkan tangan danatau kelopak mata.
Daerah lain yang umum terkena yaitu dorsal tangan, ujung jari, dan volar pergelangan tangan. Lesi akut tampak berupa papul eritema dengan
ekskoriasi, vesikel, dan krusta. Gatal yang cukup mengganggu umum dijumpai. Fase kronik ditandai dengan hiperkeratosis, likenifikasi, dan
papul fibrotik. Mekanisme terjadinya DT yang berhubungan dengan alergi nikel mungkin
merupakan akibat paparan langsung pada tangan, akibat kontak sistemik yang disebabkan oleh absorpsi transkutaneus, maupun dapat disebabkan keduanya.
Pada tahun 1956, Calnan melaporkan bahwa DKA nikel aktif berhubungan dengan DT vesikular aktif. Eliminasi paparan kulit terhadap nikel merupakan
prediktor prognosis DT pada pasien dengan alergi nikel, sebagaimana yang ditunjukkan juga oleh Kalimo et al. Mereka menunjukkan bahwa prognosis DT
27
Universitas Sumatera Utara
pada pasien dengan alergi nikel tampak lebih baik pada individu yang menghindari kontak dengan nikel dibandingkan dengan individu yang tidak
menghindari kontak.
2.1.4 Diagnosis Dermatitis Tangan