Patogenesis Dermatitis Kontak Nikel

2.2.4 Patogenesis Dermatitis Kontak Nikel

Dermatitis kontak nikel terjadi ketika benda-benda logam yang mengalami korosi oleh keringat, air liur, dan cairan tubuh lain dari manusia, melepaskan ion- ion nikel bebas yang bertindak sebagai hapten dan menginduksi sensitisasi. Hal ini menjelaskan mengapa alergi nikel tergantung pada faktor iklim, karena berkeringat akan meningkatkan pelepasan nikel dari benda-benda yang mengandung nikel. Faktor resiko untuk terjadinya alergi nikel adalah: jenis kelamin wanita, usia yang lebih muda dan paparan yang segera pada nikel, seperti piercing. 35 36,37 Berbagai mekanisme dapat menyebabkan alergi nikel. Nikel dapat menginduksi reaksi alergi dalam 3 cara yang berbeda yaitu: 36 1. Nikel berikatan dengan protein pembawa di dalam ruangan ekstraseluler dan kemudian diproses dan dipresentasikan oleh antigen presenting cell APC di dalam molekul MHC kelas II, yang akan mengaktivasi limfosit CD4+. 2. Ion nikel Ni berpenetrasi ke dalam sel dimana dia berikatan ke protein intraseluler, dan kemudian dipresentasikan dalam molekul MHC kelas I, yang mengaktivasi limfosit CD8+. 3. Ni dapat menjembatani molekul MHC bersamaan dengan reseptor TCR pada limfosit tanpa menempati daerah perikatan antigen, yang analog dengan superantigen. Mekanisme tepat dermatitis kontak sistemik perlu untuk diketahui. Dalam hal ini, dermatitis dapat berupa dermatitis yang muncul pada daerah paparan sebelumnya, DT vesikular, dan sindroma baboon dengan kecenderungan pada Universitas Sumatera Utara daerah fleksural. Hal ini menandakan sel T berdiam pada daerah tersebut atau menuju daerah tersebut setelah paparan alergen sistemik. Kompleks imun yang bersirkulasi disertai dengan pelepasan sitokin non-spesifik melalui perangsangan hapten dapat bertanggung jawab terhadap reaksi generalisata. Predisposisi genetik kemungkinan memiliki peranan dalam terjadinya dermatitis kontak nikel dan sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami sensitisasi terhadap nikel memiliki prevalensi antigen HLA-B35 dan BW22 yang lebih tinggi. Loss-of-function mutations di dalam gen filagrin juga dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi nikel. 15 35

2.2.5 Diagnosis A. Anamnesis penyakit