22
gambaran yang jelas tentang kesia-siaan manusia dalam menjalani hidup ini.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara
yang tidak biasa, yaitu dengan menyimpang dari bahasa normatif baik dari segi makna maupun strukturnya, untuk mencapai arti dan efek tertentu. Dalam
mempergunakan bahasa figuratif, penyair dapat memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan, antar hal yang satu dengan hal yang lain.
2.2.4.5 Versifikasi
Kata versifikasi hampir sama dengan kata verifikasi, verifikasi artinya pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan
sebagainya dan tidak ada hubungannya dengan puisi. Menurut Jabrohim, dkk. 2003:53 versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Ritma disebut juga
dengan irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima merupakan pengulangan bunyi
di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris ,atau bahkan pada keseluruhan baris dan bait, sedangkan metrum merupakan irama yang tetap, menurut pola
tertentu. Rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi,
sedangkan irama, yang sering juga dikatakan ritme adalah tinggi rendahnya, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris
suatu puisi bila puisi tersebut dibaca. Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu puisi, karena kedua hal tersebut
berkaitan sekali dengan nada atau suasana puisi. Dengan bantuan kedua hal
23
tersebut baik nada maupun suasana suatu puisi dapat terciptakan lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan pada benak pembaca Suharianto 2005:45.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa versifikasi dalam sebuah puisi sangatlah penting, yaitu menentukan keberhasilan puisi
sebagai sebuah karya sastra. Seni keindahan rima dalam sebuah puisi akan terasa setelah itu dibacakan.
2.2.4.6 Tipografi
Tipografi sering disebut juga ukiran bentuk, yaitu cara menuliskan sebuah puisi atau sajak Suharianto 1980:15. Jabrohim,dkk. 2003:54 mengemukakan
bahwa tipografi merupakan pembeda yang paling awal untuk membedakan prosa fiksi dengan puisi. Baris-baris dalam puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir
di tepi kanan, tetapi kiri maupun kanan sebuah puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan. Tipografi yang baik dalam puisi adalah tipografi yang sesuai dengan nada,
suasana, dan makna puisi. Aminuddin 2002:146 mengemukakan bahwa tipografi adalah cara
penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual.
Secara garis besar maksud penyusunan tipografi yang beraneka ragam dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, sekadar untuk keindahan indrawi:
maksudnya sekadar agar susunan puisi tersebut nampak indah dipandang. Kedua, untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau susunan puisi yang
bersangkutan Suharianto 1981:39.
2.2.4.7 Tema