Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemunculan konsep keamanan insani human security merupakan implikasi dari perluasan makna keamanan paska-Perang Dingin. Dalam penakrifannya, konsep keamanan kini lebih dititikberatkan pada keamanan komprehensif dan lebih bersifat multidimensi dengan aktorobjek keamanan itu tidak lagi semata-mata bersandar pada keamanan negara state- sentris tapi juga meliputi keamanan manusia people-centric. Di sisi lain, perubahan tipologi ancaman juga memberi dampak bagi perkembangan konsep human security. Ancaman yang dahulu bersifat tradisional dan kental dengan unsur-unsur militer secara perlahan mengalami perluasan menjadi ancaman non-tradisional yang mencakup isu terorisme, human trafficking, kekurangan pangan, degradasi lingkungan dan lain sebagainya. Beberapa contoh ancaman non-tradisonal tersebut kemudian terbukti memiliki implikasi, baik langsung maupun tak langsung, terh adap kebutuhan dasar dan kelangsungan hidup manusia. Konsep keamanan insani human security lahir sebagai titik tengah antara dilema dan perdebatan terkait keamanan dan pembangunan. Secara umum, keamanan insani dapat diartikan sebagai pemenuhan keamanan bagi individu dan komunitas dalam hal jasmani, mental dan spiritual baik dalam konteks lokal maupun global HumanSecurityIndex.org, 2011. Adalah United Nations Development Program UNDP yang pertama kali memunculkan 7 tujuh dimensibidang 1 yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan individu, yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi indikator untuk menilai amantidaknya seorang individu terhadap ancaman lokal, nasional maupun global. 1 Tujuh dimensi ancaman bagi keamanan insani menurut versi UNDP adalah: economic security, food security, health security, environmental security, personal security, community security dan political security 3 Dalam memaknai konsep keamanan insani ini, beberapa negara di dunia seperti Jepang, Kanada, dan Norwegia mulai memasukkan konsep keamanan insani dalam formulasi dan implementasi kebijakan mereka, khususnya dalam kebijakan luar negeri mereka. Indonesia sendiri tengah berupaya untuk menginklusi konsep keamanan insani dalam kebijakan keamanan yakni dengan memasukkan keamanan insani dalam Rancangan Undang- Undang RUU tentang Keamanan Nasional Kamnas, yang sayangnya hingga sekarang belum disahkan karena masih dalam proses tarik-ulur antara pihak legislatif dan eksekutif. Salah satu kritikan utama terkait dimasukkannya keamanan insani dalam RUU Kamnas adalah adanya kekhawatiran bahwa untuk menegakkan keamanan insani ini, pihak militer dapat kembali masuk hingga ke ranah sipil sehingga bukan menyelesaikan masalah namun justru menciptakan masalah baru dalam sistem perpolitikan Tribun Pontianak, 2011. Masih adanya perdebatan terkait implementasi konsep keamanan insani di Indonesia menunjukkan masih perlunya banyak studi yang harus dilakukan terkait implementasi konsep ini di Indonesia. Selain dari sisi praktis, dari sisi teoritis juga telah muncul berbagai upaya untuk membuat keamanan insani menjadi lebih aplikatif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memunculkan instrumen untuk mengukur tingkat keamanan ataupun ketidakamanan insani dari suatu negara ataupun kawasan region agar dapat dilakukan tindakan intervensi yang tepat. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengukur keamanan insani antara lain Human Security Report Project dari Simon Fraser University Kanada dan Human Security Index yang dilakukan oleh United Nations Economic and Social Commission for Asia Pacific UNESCAP. Kedua instrumen ini memiliki beberapa persamaan namun juga perbedaan mendasar. Sebagai contoh, Human Security Index menggunakan 3 komponen utama yakni 4 Economic Fabric Index yang terdiri dari 7 tujuh indikator, Environmental Fabric Index yang mencakup 4 empat indikator dan Social Fabric Index yang terbagi lagi ke dalam enam variabel yakni Education Information Empowerment, Diversity, Peacefulness, Food Security, Health dan Governance dengan total 22 indikator www.HumanSecurityIndex.org. Di sisi lain, Human Security Report menggunakan indikator yang bersifat lebih global dan bernuansa keamanan tradisional dengan menghitung tingkat prevalensi perang, konflik global, penyerangan terhadap warga sipil ataupun inisiatif perdamaian. Sayangnya, kedua upaya pengukuran ini masih bersifat nasional dan bahkan regional sehingga belum bisa memetakan ancaman-ancaman yang sifatnya sangat spesifik bagi wilayah di suatu negara, sedangkan ancaman seringkali bersifat sangat endemik bagi suatu wilayah. Atas dasar itulah, maka dibutuhkan sebuah studi awal untuk memberikan gambaran mengenai amantidaknya suatu wilayah dengan menggunakan indikator yang secara khusus mengukur ancaman yang sifatnya endemik bagi suatu daerah. Sebagai sebuah negara yang memiliki tingkat keberagaman yang tinggi, Indonesia membutuhkan gambaran umum mengenai kondisi keamanan insani di tiap wilayahnya. Pemetaan kondisi keamanan insani yang tepat bagi Indonesia dapat menjadi dasar bagi munculnya kebijakan intervensi yang tepat guna menciptakan rasa aman yang dibutuhkan individu dan masyarakat. Karenanya, perlu digagas sebuah penelitian yang dapat menjadi pilot project bagi pengukuran dan pemetaan kondisi keamanan insani di Indonesia. Penelitian ini direncanakan akan menjadi riset awal dari sebuah proyek jangka panjang untuk melakukan pemetaan mengenai kondisi keamanan manusia secara keseluruhan di Indonesia. Dikarenakan kedekatan geografis, maka Denpasar dipilih sebagai lokasi awal dilakukannya riset ini untuk selanjutnya dikembangkan di beberapa wilayah lain di Indonesia. 5

1.2. Rumusan Masalah