tersangkamantan terdakwa atau ahli warisnya jika tersangkaterdakwa meninggal dunia guna menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara.
3. Dasar Hukum Dalam KUH Perdata dan Hukum Peninggalan Kolonial
Belanda
Adapun dasar yang menjadi pedoman bagi JPN dapat berperan sebagai penggugat maupun tergugat di bidang hukum perdata dan hukum tata usaha negara
dalam mengajukan gugatan perdata adalah: 1.
KUH Perdata yang ditetapkan pada tahun 1847 S.1847-23 Pasal-pasal KUH Perdata yang berhubungan dengan peran Kejaksaan di antaranya:
a. Pasal 360 KUH Perdata yang menentukan bahwa Kejaksaan dapat
mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar seseorang diangkat sebagai Wali dari seorang anak;
b. Pasal 463 KUH Perdata yang menentukan bahwa Kejaksaan dapat
mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar seseorang diangkat sebagai Pengurus dari harta kekayaan orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya tanpa diketahui alamat barunya dan tanpa menunjuk seorang kuasa untuk mengurus harta miliknya afwezigheid; dan
c. Pasal 1737 KUH Perdata yang menentukan bahwa Kejaksaan dapat meminta
laporan perhitungan kepada orang yang oleh pengadilan ditugaskan untuk mengurus barang sengketa yang dititipkan kepadanya.
Dalam hal pengajuan gugatan terhadap mantan Presiden Soeharto dan YBS, maka yang menjadi dasar hukum JPN, didasarkan kepada Perbuatan Melawan
Universitas Sumatera Utara
HukumPMH Onrechtmatige Daad sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang berbunyi, ”Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut. KUHPerd. 568, 602, 1246,
1447, 1918 dst; Rv. 580-71, 582; Aut. 27; Octr. 43 dst.; KUHP 1382 bis.” Peraturan perundang-undangan lama lainnya yang mencantumkan peran
Kejaksaan di bidang hukum perdata yang bersumber dari hukum peninggalan kolonial Belanda antara lain adalah:
1 Peraturan tentang Perkumpulan Berbadan Hukum S.1870-64 yang
menentukan bahwa Kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan agar sebuah badan hukum dibubarkan digugurkan apabila badan
hukum tersebut melakukan “pelanggaran terhadap statuta”; 2
Koninklijke Besluit Firman Raja Belanda Tahun 1922 Nomor 522 yang menyatakan bahwa Kejaksaan dapat mewakili NegaraPemerintah dalam
perkara perdata, baik dalam kedudukan sebagai Penggugat maupun dalam kedudukan sebagai Tergugat ;
3 Peraturan Kepailitan S.1905-217 jo S.1906-348 yang menentukan bahwa
Kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepailitan demi kepentingan umum;
4 HIR serta RBg, yang dalam Pasal 123 HIR dan Pasal 147 RBg
menyatakan bahwa Kejaksaan dapat mewakili Pemerintah di dalam perkara perdata. Peraturan Kepailitan S.1905-217 jo S.1906-348 yang menentukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa Kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepailitan demi kepentingan umum;
5 HIR serta RBg, yang dalam Pasal 123 HIR dan Pasal 147 RBg
menyatakan bahwa Kejaksaan dapat mewakili Pemerintah di dalam perkara perdata.
Undang-undang lain yang mencantumkan peran Kejaksaan di bidang hukum perdata dan hukum tata usaha negara adalah:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal
110 UU ini memberikan wewenang kepada Kejaksaan untuk mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri bagi dilaksanakannya pemeriksaan
terhadap sebuah Perseroan Terbatas, sementara Pasal 117 memberikan wewenang kepada Kejaksaan untuk mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Negeri bagi dibubarkannya sebuah PT. 2.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Kepailitan. Pasal 1 UU ini memberi wewenang kepada Kejaksaan untuk mengajukan permohonan kepailitan demi
kepentingan umum. Mengenai istilah yang digunakan terhadap jaksa yang berperan dalam
mengajukan gugatan perdata ini disebut dengan istilah Jaksa Pengacara Negara JPN.
163
Dimana bahwa istilah JPN ini mulai populer digunakan pada saat dibentuknya Jaksa Agung Muda Perdata Dan Tata Usaha Negara JAMDATUN
yang dibentuk Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 sebagaimana
163
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Akan tetapi istilah JPN ini mulai digunakan atau diterapkan secara resmi
di lapangan, setelah diungkannya UUPTPK. Dimana telah jelas-jelas disebutkan di dalam pasal-pasalnya yakni dalam Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 dan Pasal 34
UUPTPK tersebut.
4. Dasar Hukum Dalam Peraturan Pemerintah