Eksepsi Kerugian Keuangan Negara Pada Yayasan Beasiswa Supersemar

Yayasan berdasarkan undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.” 182

B. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

1. Eksepsi

Eksepsi dari Tergugat I dan Tergugat II yang menyatakan bahwa pihak Penggugat tidak jelas. Majelis Hakim mempertimbangkan dan menyatakan bahwa Tergugat I dan Tergugat II dalam eksepsinya yang menyatakan bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah obscuur, sebab dalam gugatannya Penggugat tidak menjelaskan secara rinci mengenai kedudukan dari Penggugat yaitu bertindak untuk dan atas nama siapa, apakah Penggugat bertindak untuk dan atas nama Negara RI. Cq Pemerintah. RI. Cq Presiden RI., atau untuk dan atas nama siswamahasiswa. Maka, eksepsi Tergugat I dan Tergugat II tersebut adalah termasuk eksepsi yang prosesuil karena didasarkan atas ketentuan hukum acara perdata yaitu tentang ketidakjelasan dari surat gugatan Penggugat. Menurut ketentuan hukum acara perdata yaitu Pasal 8 RV doktrin dan yuresprudensi Mahkamah Agung RI masing-masing nomor : 938 KSip1978 tanggal 4 Oktober 1978 dan nomor: 151 KSip1975 tanggal 13 Mei 1975 menyebutkan bahwa sebagai salah satu syarat substansial dalam pembuatan surat gugatan adalah harus lengkap dan jelas termasuk menguraikan tentang kedudukan penggugat. 182 Ibid., Pasal 5 UU Yayasan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dipersidangan yaitu dengan memperhatikan surat gugatan penggugat ternyata dengan tegas ditulis “untuk dan atas nama Negara Republik Indonesia, cq Presiden Republik Indonesia” sedangkan perkataan cq pemerintah sama sekali tidak disebutkan. Lalu timbul pertanyaan apakah dengan tidak disebutkannya perkataan cq pemerintah dalam surat gugatan Penggugat lalu gugatan Penggugat menjadi tidak jelas atau kabur?. Menurut ilmu Negara dan ilmu hukum Tata Negara menyebutkan bahwa kekuasaan Negara dibagi atas tiga kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif, kekuasan eksekutif dipegang oleh Pemerintah yang dalam hal ini adalah Pemerintah RI., sehingga penyebutan tentang Negara RI., adalah sudah termasuk Pemerintah RI. Maka, Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak disebutkan perkataan “cq. Pemerintah RI.” Dalam surat gugatan penggugat tidak menyebabkan gugatan penggugat menjadi tidak jelas. Sehingga dengan telah disebutkannya dengan tegas perkataan “untuk dan atas nama Negara RI. Cq. Presiden RI., dalam surat gugatan penggugat berarti surat gugatan Penggugat sudah jelas menguraikan tentang kedudukan hukum dari Penggugat yaitu untuk dan atas nama Negara RI. Cq. Presiden RI bukan mewakili siswamahasiswa penerima beasiswa Supersemar. Terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa pengajuan gugatan mengenai perbuatan melawan hukum adalah prematur prae judiciel geschil- aanhangig geding yang mendasarkan pada ketentuan pasal 32 UU No. 31 Tahun 1999, Pasal 29 A B dan Pasal 34 UU No.31 Tahun l999. Majelis Hakim mempertimbangkan dan menyatakan bahwa doktrinilmu hukum acara perdata yang Universitas Sumatera Utara dimaksud dengan gugatan yang prematur adalah gugatan yang belum waktunya diajukan. Berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dipersidangan yaitu dengan memperhatikan surat gugatan penggugat dan jawab menjawab antara penggugat dan Tergugat jelas terlihat bahwa surat gugatan Penggugat bukan prematur melainkan sudah saatnya diajukan. Majelis Hakim, perbuatan melawan hukum bukanlah harus melakukan suatu tindak pidana akan tetapi melawan hukum dalam bidang hukum perdata. Menurut hukum acara perdata, dalam hal mengajukan gugatan mengenai perbuatan melawan hukum tidak harus mendasarkan pada ketentuan pasal 32 UU No. 31 Tahun 1999, Pasal 29 A B dan Pasal 34 UU No.31 Tahun l999 melainkan berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata. Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat telah salah dalam memberikan makna terhadap ketentuan Pasal 32 UU No. 31 Tahun 1999, Pasal 29 A B dan Pasal 34 UU No. 31 Tahun 1999 dalam hal pengajuan gugatan mengenai perbuatan melawan hukum apalagi telah salah dalam mengutip ketentuan Pasal 32 UU No. 31 Tahun 1999. Maka, terhadap eksepsi dari Tergugat I dan Tergugat II tersebut haruslah dinyatakan tidak beralasan dan haruslah dinyatakan ditolak. Terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan tentang daluwarsa pengajuan gugatan Majelis Hakim mempertimbangkan dan menyatakan bahwa menurut Pasal 1967 KUH Perdata, ”Semua tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perorangan hapus karena lewat waktu dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan orang yang menunjuk adanya lewat waktu itu tidak usah menunjukkan suatu alasan hak, dan terhadapnya tidak dapat Universitas Sumatera Utara diajukan suatu tangkisan yang didasarkan pada itikad buruk”. Berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dipersidangan yaitu dari surat gugatan penggugat ternyata surat gugatan penggugat diajukan pada tanggal 09 Juli 2007 sedangkan perbuatan melawan hukum yang didalilkan pada tanggal 23 september 1989 sd 17 Nopember 1997, oleh karenanya tenggang waktu 30 tahun jelas belum dilewati. Majelis Hakim tidak sependapat dengan Tergugat yang menghitung tenggang waktu 30 tahun sejak tanggal 23 April 1976 sejak keluarnya PP No. 15 Tahun 1976. Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap eksepsi dari Tergugat tentang daluwarsa pengajuan gugatan haruslah dinyatakan tidak beralasan dan haruslah dinyatakan ditolak. Terhadap ekesepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa penggugat tidak memiliki kepentingan hukum untuk mengajukan gugatan terhadap Tergugat I dan Tergugat II Majelis Hakim mempertimbangkan dan menyatakan bahwa menurut hukum acara perdata sebagai syarat mutlak untuk dapat mengajukan gugatan adalah adanya kepentingan langsungmelekat dari sipenggugat, artinya tidak setiap orang yang mempunyai kepentingan dapat mengajukan-mengajukan gugatan apabila kepentingan itu tidak langsung dan tidak melekat pada dirinya. Menurut Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 07 Juli 1971 Reg. No. 294 KSip1971 mensyaratkan bahwa gugatan harus diajukan oleh orang mempunyai hubungan hukum. Sedangkan menurut Putusan Mahkamah Agung RI tangga1 l3 Desember 1958 Reg. No. 4 KSip1958 mensyaratkan untuk dapat menggugat seseorang di depan Pengadilan harus ada perselisihan hukum antara kedua belah pihak yang berperkara. Berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dipersidangan yaitu dari surat gugatan Penggugat dan Universitas Sumatera Utara jawab menjawab antara Penggugat dan Tergugat ternyata Penggugat telah menerbitkan PP No. 15 Tahun 1976 tanggal 23 April 1976 tentang penetapan penggunaan sisa laba bersih Bank-Bank milik Pemerintah yang kemudian diatur lebih lanjut dengan Keputsan Menteri Keuangan RI. No. 333KMK.0111978 tanggal 30 Agustus 1978. Bahwa dengan aturan tersebut Tergugat II memperoreh sejumlah dana tersebut selanjutnya diberikan kepada beberapa PT., dan Kelompok Usaha Kasgoro. Fakta hukum tersebut jelas bahwa antara penggugat dan Tergugat mempunyai hubungan hukum sehingga Penggugat mempunyai kepentingan hukum mengajukan gugatan terhadap Tergugat. Maka, Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa Penggugat tidak mempunyai kepentingan hukum untuk mengajukan gugatan haruslah dinyatakan tidak beralasan dan haruslah dinyatakan ditolak. Terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa gugatan penggugat salah alamat error in persona, Maielis Hakim mempertimbangkan dan menyatakan bahwa menurut doktrin atau ilmu hukum acara perdata, eksepsi error in persona meliputi eksepsi deskwalifikasi Penggugat bukan orang yang berhak dan eksepsi keliru pihak yang ditarik sebagai Tergugat. Menurut Tergugat dalam eksepsinya menyatakan bahwa Penggugat telah keliru menarik Tergugat I sebagai pihak karena Tergugat I tidak pernah memberikan sejumlah dana kepada PT. Bank Duta, PT. Sempati Air, PT. Kiani Lestari, PT. Kiani Sakti, PT. Kalhold Utani, PT. Essam Timber, PT. Tanjung Radep Hutan Tanaman Industri dan Kelompok Usaha Kasgoro, pemberian dana tersebut dilakukan oleh Tergugat II sebagai badan hukum sesuai Universitas Sumatera Utara dengan anggaran dasar rumah tangga. Setelah diperhatikan eksepsi tersebut ternyata telah memasuki materi pokok perkara karena menyangkut masalah apakah benar Tergugat I telah memberikan dana kepada beberapa perusahaan tersebut? dan apakah pemberian dana tersebut sah menurut hukum atau tidak?. Oleh karena eksepsi dari Tergugat tersebut sudah memasuki materi pokok perkara maka eksepsi tersebut haruslah dinyatakan tidak beralasan dan haruslah dinyatakani dtolak, namun terhadap materi eksepsi tersebut akan tetap dipertimbangkan dalam mempertimbangkan pokok perkara nanti. Terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak lengkap pihak-pihak yang digugatnya, Majelis Hakim mempertimbangkan dan menyatakan bahwa menurut Pasal 8 RV. Menyebutkan bahwa sebagai salah satu syarat suatu gugatan haruslah lengkap termasuk lengkap pihak yang digugat. Berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dipersidangan yaitu dengan memperhatikan surat gugatan penggugat dan jawab menjawab antara penggugat dengan para Tergugat ternyata surat gugatan Penggugat sudah lengkap dan tidak kekurangan pihak. Majelis Hakim tidak sependapat dengan Tergugat yang menyatakan bahwa surat gugatan Penggugat kurang pihak karena menurut ketentuan hukum acara perdata yaitu yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 305 KSip1971 tanggal 16 Juni 1971 menyebutkan bahwa Penggugat berhak untuk menentukan siapa-siapa yang hendak digugatnya. Dalam perkara ini yang menjadi dasar gugatan adalah perbuatan melawan hukum oleh karena itu Penggugat bebas menentukan siapa-siapa yang hendak digugatnya yang oleh Penggugat dianggap dan dinyatakan telah melakukan Universitas Sumatera Utara perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat. Maka, Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat kurang pihak haruslah dinyatakan tidak beralasan dan haruslah dinyatakan ditolak. Terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan bahwa kualifikasi perbuatan tidak jelas, maka berdasarkan fakta hukum yang diperoleh dipersidangan yaitu dengan memperhatikan surat gugatan Penggugat ternyata telah menguraikan dengan jelas tentang perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II yaitu telah menggunakan uang tidak sesuai dengan tujuannya dan tidak dirincinya unsur-unsur Pasal 1365 KUH Perdata dalam surat gugatan penggugat bukanlah menyebabkan surat gugatan Penggugat menjadi tidak jelas karena tentang unsur- unsur Pasal 1365 KUH Perdata tidak harus diuraikan dalam surat gugatan melainkan akan diuaraikan dan dipertimbangkan oleh Hakim dalam putusannya. Tentang hubungan hukum pemberian dana dari Terguga I dan Tergugat II kepada penerima dana tidak perlu diuraikan secara rinci dalam surat gugatan Penggugat yang penting telah disebutkan bahwa pemberian dana tersebut telah menyimpang dari tujuannya dan tentang apa jenis pemberian dana tersebut akan dijelaskan dalam pembuktian nanti. Maka, Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap eksepsi dari Tergugat yang menyatakan kualifikasi perbuatan tidak jelas haruslah dinyatakan tidak beralasan dan haruslah dinyatakan ditolak.

2. Provisi