Yayasan Beasiswa Supersemar Sebagai Yayasan yang Berbadan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN

TERHADAP KERUGIAN KEUANGAN NEGARA YANG DILAKUKAN SOEHARTO DAN YAYASAN BEASISWA SUPERSEMAR

A. Yayasan Beasiswa Supersemar Sebagai Yayasan yang Berbadan

Hukum Secara philosofis dibentuknya suatu Yayasan bersifat nirlaba nonprofit karena memang orang yang mendirikan Yayasan itu memiliki tujuan yang ideal yaitu mengutamakan kesejahteraan sosial, agama dan kemanusiaan. Dalam hal Yayasan Beasiswa Supersemar YBS adalah milik pemerintah Indonesia, jadi dalam hal ini pemerintah wajib mengetahui apakah dana yang telah diserahkan kepada YBS tersebut memang dipergunakan untuk kepentingan sosial, agama dan kemanusiaan. Dalam persidangan perkara perdata Soeharto dan YBS, saksi ahli dalam perkara tersebut menjelaskan, secara filosofi, yayasan bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan nirlaba atau nonprofit. Namun, lanjut dia, dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan membolehkan yayasan memiliki badan usaha. Syaratnya, kata Sunarmi, dana untuk badan usaha tidak lebih dari 25 persen kekayaan yayasan dan tidak boleh menyimpang dari tujuan yayasan. 179 Terkait pertanggungjawaban Yayasan, maka pihak yang bertanggung jawab di dalam Yayasan adalah pengurus lah yang mempertanggungjawabkan pengelolaan dana yang diterima. Dalam pertanggungjawaban Yayasan secara internal maka tugas 179 http:www.pdf-search-engine.comtempointeraktif.com, diakses terakhir tanggal 12 Februari 2010. Universitas Sumatera Utara pengurus sudah selesai, akan tetapi secara external pengurus harus mempertanggungjawabkan juga berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan lain yang berlaku diluar Anggaran Dasar Yayasan. Yayasan Supersemar telah mendirikan YBS. Ini berarti ada Yayasan di dalam Yayasan. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan yang baru khusus dari Pasal 7 ditentukan bahwa Yayasan beloh mendirikan Badan Usaha, tetapi harus dibatasi bahwasanya besaran modal untuk Badan Usaha tersebut tidak boleh lebih dari 25 dari total kekayaan Yayasan. Kemudian juga dibatasi kegiatan usaha yang dilakukan oleh Badan Usaha, tidak boleh menyimpang dari tujuan dan maksud Yayasan tersebut yaitu sosial, agama dan kemanusiaan tujuan utamanya adalah agar keuntungan di dalam Badan Usaha yang didirikan oleh Yayasan itu dipergunakan sepenuhnya untuk tujuan Yayasan, tidak diperbolehkan Yayasan itu dijadikan sebagai alat untuk berbisnis. Sebelum adanya Undang-Undang Yayasan yang baru, Anggaran Dasar Yayasan Supersemar memberikan kekuasaan yang sangat luas kepada pengurus tanpa adanya pengawasan. Dalam Undang-Undang Yayasan yang lama mengatakan yang berwenang melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan adalah Pengurus Yayasan. Kemudian pendiri Yayasan Supersemar juga merangkap sebagai pengurus Yayasan, dia mendirikan dan dia juga bertindak sebagai pengurus. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan Universitas Sumatera Utara UU Yayasan, maka eksistensi Yayasan di lndonesia memperoleh landasan hukum yang kokoh, setelah selama ini pendirian Yayasan hanya berdasarkan kebiasaan, doktrin, dan yurisprudensi. Di masa lalu pendirian Yayasan yang hanya berdasarkan kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi, di samping yang sungguh-sungguh bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, telah dipergunakan pula untuk tujuan- tujuan yang menyimpang dari tujuan semula, seperti untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus, dan Pengawas. Ketidakadaan Undang-Undang Yayasan telah menimbulkan sengketa sesama organ Yayasan, ataupun Yayasan telah pula dipergunakan untuk menampung kekayaan dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Semua persoalan ini belum dapat diselesaikan karena belum ada hukum positif yang mengatur mengenai Yayasan sebagai landasan yuridis penyelesaiannya. UU Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yanq benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Undang-Undang Yayasan telah memberikan landasan hukum bagi kehidupan Yayasan di lndonesia. Akan tetapi, undang-undang yang baru ini di samping telah mengatasi berbagai masalah juga telah menimbulkan pula berbagai permasalahan. Tentu saja undang-undang yang baru ini memberikan dampak tersendiri bagi Yayasan yang sudah berdiri sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Transparansi dan akuntabilitas Yayasan, memperoleh tempat yang Universitas Sumatera Utara sangat diperhatikan dalam UU Yayasan. Organ Yayasan harus bertanggung jawab sesuai dengan fiduciary duty, duty of skill and care, dan statutory duty. 180 Seseorang atau suatu badan hukum baru dapat dikenakan tindak pidana korupsi menurut undang-undang apabila seseorang atau badan hukum itu dengan sengaja menggelapkan surat berharga dengan jalan menjual saham tersebut secara melawan hukum yang disimpannya karena jabatannya atau membiarkan saham tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut hal tersebut sesuai ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun dalam prakteknya sekarang ini tuduhan korupsi juga dikenakan kepada tindakan-tidakan Yayasan sebagai badan hukum dalam transaksi-transaksi yang didalilkan dapat merugikan keuangan negara. Dapat dikatakan telah terjadi salah pengertian dan penerapan apa yang dimaksud dengan keuangan negara. Begitu juga tidak ada yang salah dengan definisi keuangan negara dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut Pasal 1 angka 1. Pasal 2 menyatakan Keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, 180 Chatamarrasji Ais., Badan Hukum Yayasan, Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal. i. Universitas Sumatera Utara meliputi, antara lain kekayaan negarakekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah. Berbeda dengan kekayaan negara dalam UU Yayasan. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan selanjutnya disebut UU Yayasan, ditentukan bahwa, “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.” 181 Berdasarkan UU Yayasan bahwa tujuan utama yayasan hanya mencakup tiga bidang yakni bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Maka hasil kekayaan negara yang dimanfaatkan oleh YBS tersebut, juga merupakan kekayaan negara. Karena dalam hal ini YBS melanggar tujuan utama yayasan sebagaimana yang telah ditentukan dalam UU Yayasan. Konsekuensinya adalah agar terhadap semua yayasan tidak memperuntukkan dana yang disumbangkan dari negara mapun swasta dipergunakan untuk mencari laba. Selanjutnya kekayaan Yayasan diperoleh harus berdasarkan UU Yayasan, sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 5 UU Yayasan tersebut adalah bahwa, “Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh 181 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan UU Yayasan. Universitas Sumatera Utara Yayasan berdasarkan undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.” 182

B. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan