Uji Autokorelasi Uji Multikolinearitas

membentuk suatu pola. Menurut Situmorang at al 2008:68, bahwa model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Jadi, model regresi linear berganda yang didapat memenuhi asumsi homokedastisitas atau tidak terkena heterokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu sepertidalam data deret waktu atau ruang seperti data cross section dalam Situmorang at al, 2008:78- 95. Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi yaitu dengan melakukan Durbin-Watson Test DW yang diberi simbol d. Tabel 4.5. Hasil Durbin-Watson Test Model Durbin-Watson 1 2,138 Sumber : Hasil Penelitian, 2011 SPSS 15.00 Pada hasil Durbin-Watson Test pada Tabel 4.5. maka dapat diketahui bahwa nilai d yaitu sebesar 2,138. Nilai d akan dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 60 dan k = jumlah variabel bebas=2. d = 2,138 dl = 1,514 du = 1,652 Sesuai dengan Tabel 3.4. pada BAB III , maka apabila du d 4-du maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terkena autokorelasi positif maupun negatif. = 1,652 2,138 4-1,652 = 1,652 2,138 2,348 Selain Durbin-Watson Test dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi, peneliti menggunakan The Runs Test. Tabel 4.6. Hasil The Runs Test Saham Perusahaan Test Valuea 240,42 Cases Test Value 30 Cases = Test Value 30 Total Cases 60 Number of Runs 35 Z 1,042 Asymp. Sig. 2-tailed ,298 a Median Sumber : Hasil Penelitian, 2011 SPSS 15.00 Pada hasil The Runs Test pada Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa model regresi tidak terkena autokorelasi karena Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,298 lebih besar dari signifikansi 5 0,298 0,05.

5. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas, dengan ketentuan : Bila VIF 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius Bila VIF 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Inflation Factor VIF pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil uji Multikolineritas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 1220,006 223,434 5,460 ,000 Nilai Tukar -41,467 12,717 -,391 -3,261 ,002 ,982 1,018 Suku Bunga -2,60E-005 ,000 -,156 -1,301 ,199 ,982 1,018 Sumber : Hasil Penelitian, 2011 SPSS 15.00 Berdasarkan Tabel 4.7. maka dapat diketahui bahwa model tidak terdapat masalah, karena VIF Variance Inflation Factor tidak lebih besar dari 5 yaitu : VIF Nilai Tukar = 1,018 5 VIF Suku Bunga = 1,018 5 Selain nilai VIFnya yang dilihat, nilai tolerancenya juga dapat digunakan untuk mengetahui multikolonieritas. Apabila nilai tolerancenya lebih besar dari sig. 5, maka model tidak terkena multikolonieritas. Berdasarkan Tabel 4.7. maka diketahui bahwa model penelitian ini tidak terkena multikolinearitas, karena nilai tolerance variabel bebas lebih besar dibandingkan sig. 5.

4.2.3. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Bank BUMN Di Bursa Efek Indonesia

9 84 98

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

7 96 143

Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia

8 118 91

Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia

1 42 108

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia

0 42 84

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

2 27 51

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2009).

0 2 15

PENDAHULUAN PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2009).

0 2 10

LANDASAN TEORI PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2009).

0 2 17

PENUTUP PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2009).

0 3 9