Efektivitas Rhizobium Tanah Mineral

demikian satu jenis tanaman leguminosa hanya membutuhkan strain Rhizobium yang sesuai. Rhizobium yang dapat menodulasi tanaman kedelai secara efektif dikenal sebagai Bradyrhizoium japonicum Jordan, 1982. Bakteri B. Japonicum memfiksasi nitrogen di dalam perakaran bersimbiosis dengan tanaman kedelai Madrzak et al. 1995. Asosiasi simbiotik tanaman kedelai dengan bakteri B. Japonicum dapat memfiksasi N diatas 200 kg Nhatahun Smith Hume, 1987. Kebutuhan N pada tanaman kedelai dapat disuplai melalui fiksasi nitrogen biologi dengan memilih galur-galur B. Japonicum yang efektif Javaid dan Nasir, 2010. Simbiosis antara tanaman kedelai dengan B. Japonicum merupakan sebuah proses kompleks yang melibatkan gen dari keduanya yang membentuk fiksasi N pada nodul di perakaran Provorov dan Vorob’ev, 2000.

2.4 Efektivitas Rhizobium

Isolat bakteri di uji efisiensinya dengan menumbuhkannya pada media tanah gambut. Pada akhir periode masa tanam dikumpulkan data mengenai penampakan tanaman dalam arti warna dan kekuatan, jumlah bintil akar yang terbentuk pada sistem perakaran, bobot kering dan kandungan nitrogen tanaman Rao, 1994. Sifat Rhizobium adalah keefektifan strain yang memiliki kemampuan untuk membentuk bintil akar yang mempunyai potensi menambat N udara. Tingkat keefektifan strain ini bervariasi dengan kultivar tanaman, tanah dan iklim pertumbuhan, serta mampu berkompetisi dengan strain rhizobium yang spesifik dan efektif. Kemampuan suatu bakteri bintil akar untuk menodulasi suatu inang tertentu disebut infektivitas, sedangkan kemampuan relatif suatu asosiasi antara bakteri dan tumbuhan untuk mengasimilasi N 2 disebut efektivitas. Tidak semua bakteri bintil akar mampu memfiksasi tanaman pepolongan, disamping itu galur bakteri yang infektif belum tentu efektif. Jadi adanya bintil tidak menjamin bahwa suatu tanaman pepolongan dapat memanfaatkan N 2 Rao, 1994. Pembentukan bintil merupakan ciri dari bakteri penambat N 2 simbiotik. Spesies Rhizobium Universitas Sumatera Utara menginfeksi inang-inang spesifik, beberapa dapat berkembang lebih cepat dari yang lainnya. Masalah kespesifikan ini dapat diatasi seperti pada Phaseolus vulgaris dan R. Leguminosarum.

2.5. Tanah Mineral

Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang telah tersusun dalam horizon-horizon, terdiri atas campuran bahan mineral dan bahan organik, merupakan media untuk tumbuhnya tanaman terutama jika cukup tersedia air dan udara. Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau pelapukan alterasi dari mineral primer dan sekunder yang ada. Mineral mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu tanah, antara lain sebagai indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan indikator muatan tanah beserta lingkungan pembentukannya. Tanah terdiri atas dua kelompok, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral terbentuk dari batu dan sedimen. Kandungan bahan organik tidak lebih dari 5, sebagian besar tanah terbentuk dari bahan mineral yang disebut tanah mineral. Tanah Organik terbatas 1 tanah dunia terbentuk dari peat gambut, muck, dan sisa tanaman, pada daerah rawa atau daerah sangat basah. Kandungan bahan organik tanah bisa lebih dari 20 Soil Survey Staff, 2003. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik organosolhumosol terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi. Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau debu, dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh loam. Warna tanah merupakan Universitas Sumatera Utara ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia pengasaman atau pencucian leaching. Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobikoksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobikreduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol Hardjowigeno, 1985.

2.6. Tanah Gambut