3.3 Pengambilan sampel Tanah Gambut
Sampel tanah gambut diambil di daerah Tebing Tinggi Kebun Paya Pinang. Tingkat kematangan gambut tersebut adalah hemik. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode komposit. Tanah gambut diambil secara acak pada beberapa titik sebanyak 5 kg pada kedalaman 0-20 cm, kemudian tanah
dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi label. Untuk mengisolasi Rhizobium dari tanah gambut, tanah tersebut ditanami kedelai untuk
memperoleh bintil akar. Trapping dilakukan di lahan terbuka di Desa Marendal, Deli Tua sampai tanaman kedelai berumur 42 hari. Kemudian bintil akar kedelai
diisolasi, sedangkan untuk isolat pembanding diisolasi dari bintil akar kedelai asal tanah mineral yang diambil di daerah penanaman kedelai di Lubuk Pakam yang
mempunyai pH 6,8.
3.4 Isolasi Bintil Akar Kedelai dari Tanah Gambut dan Tanah Mineral
Bintil akar kedelai diambil dari perakaran kedelai yang ditanam pada tanah gambut dan tanah mineral. Sterilisasi bintil akar tanaman kedelai Glycine max
L. Merrill dilakukan dengan cara membersihkan bintil akar dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah yang menempel dipermukaannya lalu direndam
alkohol 96 selama 10 detik lalu direndam dengan Na-hipoklorit selama 3 menit dan dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 sampai 4 kali bilas. Bintil akar steril
diletakkan di cawan porselin lalu dipecah atau digerus dan ditambahkan dengan 1 ml larutan fisiologis. Suspensi lalu diambil 1 ose dan digoreskan pada media
YEMA yang mengandung merah kongo yaitu 0,25 g merah kongo dicampur dengan 100 ml air lalu diambil 10 ml larutan stok merah kongo. Koloni
Rhizobium yang tumbuh diamati, koloni yang tidak menyerap atau hanya sedikit menyerap warna merah kongo berarti bakteri tersebut bakteri Rhizobium.
Koloni bakteri Rhizobium kemudian ditumbuhkan kembali ke dalam media YEMA yang mengandung Brom Thymol Blue yaitu 0,5 g BTB dilarutkan
di dalam 100 ml etanol lalu diambil 5 ml larutan stok BTB. Brom thymol blue berfungsi untuk mengetahui apakah Rhizobium tersebut termasuk golongan
Universitas Sumatera Utara
Rhizobium atau Bradyrhizobium, apabila isolat Rhizobium tumbuh cepat dan media berubah menjadi warna kuning maka tergolong Rhizobium sedangkan bila
berwarna biru dan bakteri tumbuh lambat maka digolongkan menjadi Bradyrhizobium. Isolat yang tumbuh pada media YEMA + Brom Thymol Blue
dikarakteristik berdasarkan morfologinya.
3.5 Seleksi Isolat Bradyrhizobium dari Tanah Gambut
Pembuatan kultur cair Bradyrhizobium dilakukan dengan mengambil 1-2 ose isolat Bradyrhizobium lalu dicampurkan ke dalam 20 ml Yeast Manitol Broth
YMB dalam Erlenmeyer, lalu dishaker selama 9 hari pada temperatur kamar. Hasil subkultur biakan bakteri diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berisi 10 ml akuades steril. Setelah dihomogenkan dengan cara divortex dan disamakan kekeruhannya dengan standar Mac Farland sehingga
diperoleh suspensi bakteri dengan kerapatan sel 10
8
CFUml. Isolat yang diperoleh dari hasil isolasi selanjutnya diseleksi untuk memperoleh isolat
Bradyrhizobium japonicum yang efektif. Seleksi isolat Bradyrhizobium dilakukan pada media tanah gambut yang sudah disterilisasi selama 3 jam. Tanah gambut
yang sudah steril dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 2 kgpolybag. Kemudian benih kedelai varietas Anjasmoro ditanam ke dalam polybag masing-
masing 3 benih kedelai tiap lubang tanam. Pada hari ke-7 tanaman diseleksi dan hanya dua tanaman yang tumbuh baik yang dipelihara. Inokulasi benih kedelai
dilakukan dengan pemberian 1 ml suspensi bakteri Bradyrhizobium japonicum dengan kerapatan sel 10
8
3.6 Uji Efektivitas dari Isolat Rhizobium