ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu,
tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia pengasaman atau pencucian leaching. Tanah
berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa.
Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan
kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobikoksidatif
menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobikreduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol
Hardjowigeno, 1985.
2.6. Tanah Gambut
Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan sehingga mempunyai kadar bahan organik yang sangat tinggi. Tanah ini
berkembang terutama di daerah dalam kondisi anaerob tergenang. Tanah gambut
pada umumnya mempunyai derajat kemasaman yang sangat tinggi sebagai akibat tingginya kandungan asam organik. Nilai pH tanah berkisar antara 3-5. Kadar
nitrogen sangat rendah dibandingkan dengan kadar karbon, hingga nilai perbandingan CN menjadi sangat tinggi, yang menunjukkan sangat lambatnya
proses pelapukan berlangsung. Gambut terbentuk dari serasah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik
humifikasi lebih tinggi daripada laju dekomposisi nya.
Dalam klasifikasi tanah soil taksonomi, tanah gambut termasuk ordo Histosol Histos dari bahasa Yunani : jaringan. Tanah histosol didefenisikan
sebagai tanah yang mengandung bahan organik lebih 20 bila tanah tersebut tidak mengandung liat atau lebih dari 30 bila tanah mengandung 60 liat atau
lebih dan tebalnya secara kumulatif lebih dari 40 cm Soil Survey Staf, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Kesuburan tanah gambut dipengaruhi oleh kedalaman dan lapisan mineral di bawah gambut. Makin tebal gambut makin miskin lapisan atasnya. Gambut yang
terbentuk di atas endapan pasir kuarsa lebih miskin dari gambut yang terbentuk diatas endapan liat Hardjowigeno, 1996.
Menurut Hardjowigeno 1996 sifat-sifat fisik tanah gambut yang penting adalah tingkat dekomposisi tanah gambut, kerapatan lindak, irreversible dan
subsiden. Berdasarkan atas tingkat pelapukan dekomposisi tanah gambut dibedakan menjadi gambut kasar atau fibrik yaitu gambut memiliki lebih dari 23
bahan organik kasar, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas 75 seratnya masih tersisa. Gambut sedang atau hemik memiliki ½-23
bahan organik kasar, setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15 – 75. Gambut halus atau
saprik memiliki bahan organik kasar kurang dari 13, bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya 15.
Gambut kasar mempunyai porositas yang tinggi, daya memegang air tinggi, namun unsur hara masih dalam bentuk organik dan sulit tersedia bagi tanaman.
Gambut
kasar mudah mengalami penyusutan yang besar jika tanah direklamasi. Gambut halus memiliki ketersediaan unsur hara yang lebih tinggi memiliki
kerapatan lindak yang lebih besar dari gambut kasar. Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut dibedakan atas gambut
eutrofik adalah gambut yang subur yang kaya akan bahan mineral dan basa-basa serta unsur hara lainnya. Gambut yang relatif subur biasanya adalah gambut yang
tipis dan dipengaruhi oleh sedimen sungai atau laut. Mesotrofik adalah gambut yang agak subur karena memiliki kandungan mineral dan basa-basa. Gambut
oligotrofik adalah gambut yang tidak subur karena miskin mineral dan basa-basa. Bagian kubah gambut dan gambut tebal yang jauh dari pengaruh lumpur sungai
biasanya tergolong gambut oligotrofik Hardjowigeno, 1996. Tanah gambut di Indonesia mempunyai pH berkisar antara 2,8-4,5 dan
kemasaman potensial mencapai 5 cmolkg, ketersediaan unsur-unsur makro
Universitas Sumatera Utara
N,P,K, serta jumlah unsur mikro pada umumnya juga rendah. Kadar bahan organik dan nitrogen tinggi Murayama dan Bakar 1996 disebabkan tanah
gambut berasal dari sisa-sisa tumbuhan. Penyebarannya seluas sekitar 18 juta ha maka luas lahan gambut Indonesia menempati urutan ke-4 dari luas gambut dunia
setelah Kanada; Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Kalimantan Barat merupakan propinsi yang memiliki luas lahan gambut terbesar di Indonesia yaitu seluas 4,61
juta ha, diikuti oleh Kalimantan Tengah, Riau dan Kalimantan Selatan dengan luas masing-masing 2,16 juta hektar, 1,70 juta hektar dan 1,48 juta hektar.
Gambut terbentuk dari timbunan bahan organik yang berasal dari tumbuhan purba yang berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan 40 cm. Proses
penimbunan bahan sisa tumbuhan ini merupakan proses geogenik yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama Hardjowigeno, 1996.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian