Rhizobium atau Bradyrhizobium, apabila isolat Rhizobium tumbuh cepat dan media berubah menjadi warna kuning maka tergolong Rhizobium sedangkan bila
berwarna biru dan bakteri tumbuh lambat maka digolongkan menjadi Bradyrhizobium. Isolat yang tumbuh pada media YEMA + Brom Thymol Blue
dikarakteristik berdasarkan morfologinya.
3.5 Seleksi Isolat Bradyrhizobium dari Tanah Gambut
Pembuatan kultur cair Bradyrhizobium dilakukan dengan mengambil 1-2 ose isolat Bradyrhizobium lalu dicampurkan ke dalam 20 ml Yeast Manitol Broth
YMB dalam Erlenmeyer, lalu dishaker selama 9 hari pada temperatur kamar. Hasil subkultur biakan bakteri diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berisi 10 ml akuades steril. Setelah dihomogenkan dengan cara divortex dan disamakan kekeruhannya dengan standar Mac Farland sehingga
diperoleh suspensi bakteri dengan kerapatan sel 10
8
CFUml. Isolat yang diperoleh dari hasil isolasi selanjutnya diseleksi untuk memperoleh isolat
Bradyrhizobium japonicum yang efektif. Seleksi isolat Bradyrhizobium dilakukan pada media tanah gambut yang sudah disterilisasi selama 3 jam. Tanah gambut
yang sudah steril dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 2 kgpolybag. Kemudian benih kedelai varietas Anjasmoro ditanam ke dalam polybag masing-
masing 3 benih kedelai tiap lubang tanam. Pada hari ke-7 tanaman diseleksi dan hanya dua tanaman yang tumbuh baik yang dipelihara. Inokulasi benih kedelai
dilakukan dengan pemberian 1 ml suspensi bakteri Bradyrhizobium japonicum dengan kerapatan sel 10
8
3.6 Uji Efektivitas dari Isolat Rhizobium
CFUml. Pengamatan isolat Bradyrhizobium japonicum yang efektif diamati berdasarkan bobot kering tanaman kedelai yang dipanen pada
umur 42 hari setelah tanam. Setelah diperoleh satu isolat Bradyhizobium yang menghasilkan bobot kering tanaman tertinggi selanjutnya dilakukan uji
efektivitas.
Tanah gambut yang akan digunakan sebagai media tumbuh disterilkan ke dalam dandang selama 3 jam. Tanah gambut yang steril tersebut dimasukkan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam polybag sebanyak 2 kgpolybag dan diberikan pupuk dasar yaitu pupuk KCl 60 K
2
O, 45 Cl dan TSP 46-48 P
2
O
5
, 2 S, 20 CaO. Sebelum benih kedelai ditanam, benih kedelai varietas Anjasmoro diinokulasi dengan
inokulan Bradyrhizobium japonicum sebanyak 1 ml dengan kerapatan sel 10
8
CFUml menggunakan standart Mac Farland. Benih kedelai didiamkan selama beberapa menit kemudian ditanam ke media tanam polybag yang berisi tanah
gambut steril. Sedangkan pada tanaman kontrol tanpa inokulasi dengan pemberian pupuk N yaitu dengan pemberian pupuk urea. Masing-masing polybag berisi 3
benih dan polybag disusun dirumah kaca. Penyulaman dilakukan pada umur ± 1 minggu setelah tanam untuk mendapatkan kedelai yang seragam. Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari. Tanaman dipanen pada umur 42 hari setelah tanam.
3.7 Variabel Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot kering tanaman
yaitu tanaman dipotong pada leher akar dekat permukaan tanah atau mulai sisa kotiledon pertama, kemudian dibersihkan dan dimasukkan dalam kantong kertas
lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 70
o
ES =
����� ������ ������� ���� �� ��������� ����� ������ ������� ���� ������ ����� �
x 100 C selama 48 jam kemudian
dimasukkan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Bobot kering akar yaitu akar tanaman dicuci bersih dengan air dan diovenkan sama halnya dengan bobot
kering tajuk tanaman. Jumlah bintil akar, jumlah bintil akar yang terbentuk pada akar tanaman kedelai dihitung untuk masing-masing perlakuan. Bobot kering
bintil akar yang terbentuk pada akar tanaman kedelai dihitung untuk masing- masing perlakuan dengan menggunakan neraca analitik. Efektivitas Simbiosis
dapat dihitung berdasarkan rumus :
Keterangan, ES : Efektivitas simbiosis
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pengukuran Kandungan Nitrogen dan Serapan Nitrogen Tanaman Kedelai Glycine max L. Merrill