Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai Glycine max L. Merrill merupakan sumber protein nabati yang kebutuhannya cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga produktivitasnya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi kedelai misalnya ekstensifikasi, dan intensifikasi. Kedelai merupakan salah satu tanaman Leguminosa yang mampu memanfaatkan sumber energi secara biologis. Simbiosis leguminosa mampu memanfaatkan N 2 Pada penambatan N udara, tanaman kedelai bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang disebut Bradyrhizobium japonicum yang sebelumnya dikenal dengan nama Rhizobium japonicum Bereiner dan Day, 1995. Penggunaan strain Rhizobium yang sesuai dan efektif merupakan faktor penting untuk meningkatkan hasil produksi kacang kedelai. Penggunaan inokulan Rhizobium tersebut dapat udara sehingga kebutuhan nitrogen dapat terpenuhi. Penambatan N bebas dari udara dengan perantaraan bakteri dapat menghemat penggunaan N dalam bentuk pupuk anorganik, karena pembuatan pupuk yang mengandung N bergantung pada sumber daya gas dan minyak bumi yang diramalkan pada suatu saat akan habis Kloeper dan Schrot, 2001. Hal ini disebabkan karena sifat dari bakteri Rhizobium ini yang sangat agresif dalam mengkolonisasi akar menggantikan tempat mikroorganisme yang menimbulkan penyakit atau mikroorganisme lain yang merugikan Amarger dan Lagacheric, 2003; Bond, 2003. Oleh karena itu, pemanfaatan bakteri Rhizobium untuk peningkatan produksi pertanian tidak saja diterapkan negara berkembang, tetapi juga diterapkan di negara maju. Universitas Sumatera Utara mengurangi biaya produksi dan juga pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan pupuk N anorganik. Simbiosis tanaman kacang-kacangan dengan Rhizobium merupakan suatu sistem penambat N 2 Bakteri penambat N secara biologis melalui pembentukan bintil akar dalam perakaran kacang-kacangan. Penambatan tersebut berperan penting dalam sistem pertanian karena dapat memperbaiki dan menggantikan sebagian dari penggunaan pupuk N, sehingga dapat menurunkan penggunaan pupuk buatan Ningsih dan Iswandi, 2004. 2 Tanah gambut cukup potensial untuk dijadikan lahan pertanian mengingat arealnya yang cukup luas yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Indonesia tanah gambut merupakan jenis tanah terluas kedua setelah Podsolik dan Indonesia merupakan negara ke-4 dalam luasan gambut setelah negara Kanada, Uni Soviet dan Amerika Serikat Radjagukguk dan Setiadi, 1989. seperti Rhizobium akan bersimbiosis dengan perakaran tanaman leguminosa. Daerah perakaran kedelai berpotensi sebagai tempat untuk terjadinya simbiosis dengan rhizobia. Hal ini akan menambah kadar N yang ada di dalam tanah. Rhizobium saat berinteraksi dengan daerah perakaran memiliki kemampuan untuk membentuk bintil akar. Kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan banyak nitrogen. Penelitian kedelai di tanah gambut sudah dilakukan antara lain oleh Setiadi 1991, dan Sagiman dan Pujianto 1995, namun informasi mengenai pemanfaatan bintil akar yang di isolasi dari tanah gambut untuk meningkatkan produksi kedelai masih belum memadai. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa efektivitas penambatan N 2 Isolat Rhizobium yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil isolasi bintil akar tanaman kacang kedelai Glycine max L. Merrill yang tumbuh pada tanah gambut dan tanah mineral. oleh galur-galur Bradyrhizobium dari tanah gambut dapat meningkatkan serapan N dan bobot tanaman kedelai Sagiman et al., 2002. Oleh karena itu uji efektivitas isolat Rhizobium dari tanah gambut dan dari tanah mineral penting dilakukan. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah