3. Melalui Cara Arbitrase
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, pengertian arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan, yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase sebagai salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa, adalah bentuk alternatif paling formal untuk menyelesaikan sengketa sebelum berlitigasi. Dalam proses ini pihak bersengketa mengemukakan masalah
mereka kepada pihak ketiga yang netral dan memberinya wewenang untuk memberi keputusan.
59
Dengan cara arbitrase ini, para pihak menyerahkan sepenuhnya kepada majelis BPSK untuk memutuskan dan menyelesaikan sengketa konsumen yang
terjadi. Proses pemilihan majelis BPSK dalam cara arbitrase ditempuh melalui 2 dua tahap, yaitu:
Dalam Kepmenperindag RI Nomor 350MPPKep122001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK mendefinisikan “Arbitrase adalah
proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa
kepada BPSK”.
60
a. Para pihak memilih arbiter dari anggota BPSK yang berasal dari unsure
pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota majelis BPSK;
59
Ibid., hal. 114.
60
Pasal 32 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
Universitas Sumatera Utara
b. Arbiter yang dipilih para pihak tersebut kemudian memilih arbiter ketiga
dari anggota BPSK dari unsure pemerintah sebagai ketua majelis BPSK. Jadi unsur pemerintah selalu dipilih untuk menjadi ketua majelis.
Prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrase dilakukan dengan 2 dua persidangan, yaitu persidangan pertama dan
persidangan kedua. Prinsip-prinsip pada persidangan pertama, yaitu: a.
Kewajiban majelis BPSK memberikan petunjuk tentang upaya hukum bagi kedua belah pihak.
61
b. Kewajiban majelis BPSK untuk mendamaikan kedua belah pihak.
62
Dalam hal tercapai perdamaian, maka hasilnya wajib dibuatkan penetapan
perdamaian oleh majelis BPSK.
63
c. Pencabutan gugatan konsumen dilakukan sebelum pelaku usaha
memberikan jawaban, dituangkan dengan surat penyataan, disertai kewajiban majelis mengumumkan pencabutan gugatan tersebut dalam
persidangan.
64
d. Kewajiban majelis BPSK untuk memberikan kesempatan yang sama bagi
para pihak
65
61
Pasal 33 Ayat 1 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
62
Pasal 34 Ayat 1 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
63
Pasal 35 Ayat 3 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
64
Pasal 35 Ayat 1 dan Ayat 2 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
65
Pasal 34 Ayat 2 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Kesempatan yang sama untuk mempelajari berkas yang berkaitan
dengan persidangan dan membuat kutipan seperlunya.
66
2 Pembacaan isi gugatan konsumen dan surat jawaban pelaku usaha,
jika tidak tercapai perdamaian.
67
Prinsip-prinsip pada persidangan kedua, yaitu: a.
Kewajiban majelis BPSK untuk memberikan kesempatan terakhir sampai persidangan kedua disertai kewajiban para pihak membawa alat bukti yang
diperlukan, bila salah satu pihak tidak hadir pada persidangan pertama.
68
b. Persidangan kedua dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 lima
hari kerja sejak hari persidangan pertama. c.
Kewajiban sekretariat BPSK untuk memberitahukan persidangan kedua dengan surat panggilan kepada para pihak.
d. Pengabulan gugatan konsumen, jika pelaku usaha tidak datang pada
persidangan kedua verstek, sebaliknya gugatan digugurkan, jika konsumen yang tidak datang.
69
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti kerugian atas kerusakan, pencemaran akibat mengonsumsi barang yang diperdagangkan,
66
Pasal 33 Ayat 2 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
67
Pasal 34 Ayat 1 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
68
Pasal 36 Ayat 2 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
69
Pasal 36 Ayat 3 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
Universitas Sumatera Utara
danatau kerugian konsumen atas jasa yang dihasilkan.
70
a. Ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam putusan dapat berupa:
Manakala gugatan dikabulkan, maka dalam amar putusan ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan
oleh pelaku usaha, dapat berupa pemenuhan:
71
1 Pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya atau perawatan. 2
Pemberian santunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3 Ganti kerugian tersebut dapat pula ditujukan sebagai penggantian
kerugian terhadap keuntungan yang akan diperoleh apabila tidak terjadi kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan atau penghasilan
untuk sementara atau seumur hidup akibat kerugian fisik yang diderita, dan sebagainya.
b. Sanksi administratif berupa penetapan ganti kerugian paling banyak
Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah.
72
Sanksi administratif dapat dibebankan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap:
73
a. Tidak dilaksanakannya pemberian ganti kerugian oleh pelaku usaha
kepada konsumen, dalam bentuk pengembalian uang atau penggantian
70
Pasal 19 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
71
Pasal 19 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
72
Pasal 40 Kepmenperindag RI No.350MPPKep122001, , tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK.
73
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, “Hukum tentang Perlindungan Konsumen ” PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal.84.
Universitas Sumatera Utara
barang danatau jasa yang sejenis, maupun perawatan kesehatan atau pemberian santunan atas kerugian yang diderita oleh konsumen;
b. Terjadinya kerugian sebagai akibat kegiatan produksi iklan yang dilakukan
oleh pelaku usaha periklanan; c.
Pelaku usaha yang tidak dapat menyediakan fasilitas jaminan purna jual, baik dalam bentuk suku cadang maupun pemeliharaannya, serta pemberian
jaminan atau garansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketentuan ini berlaku baik terhadap pelaku usaha yang memperdagangkan barang
danatau jasa.
Sanksi administratif yang pernah diputus oleh majelis BPSK Kota Medan adalah maksimal sebesar Rp. 5.000.000,-lima juta rupiah.
74
Gugatan ganti kerugian secara perdata, tidak menutup kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya
unsur kesalahan dari pelaku usaha.
75
Ganti kerugian berupa sanksi administratif adalah berbeda dengan ganti kerugian yang nyatariil yang dialami konsumen yang digugat melalui BPSK.
Majelis BPSK selain mengabulkan gugatan ganti kerugian yang nyata yang dialami konsumen juga berwenang menambahkan ganti kerugian berdasarkan
sanksi administrasi tersebut. Besarnya ganti kerugian tersebut tergantung pada Ganti kerugian yang dapat digugat oleh
konsumen maupun yang dapat dikabulkan oleh majelis BPSK adalah ganti kerugian yang nyatariil yang dialami oleh konsumen.
74
Wawancara dengan Ibu Dana yang merupakan anggota Sekretariat BPSK Kota Medan tanggal 8 Agustus 2011 di Sekretariat BPSK Kota Medan pukul 11.00 WIB.
75
Pasal 19 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
nilai kerugian konsumen akibat memakai, menggunakan, atau memanfaatkan barang danatau jasa produsen atau pelaku usaha.
Selama proses penyelesaian sengketa, alat-alat bukti barang atau jasa, surat dan dokumen keterangan para pihak, keterangan saksi danatau saksi ahli dan
bukti-bukti lain yang mendukung dapat diajukan kepada majelis. Dalam proses penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK beban pembuktian ada pada pelaku
usaha, namun pihak konsumen juga harus mengajukan bukti-bukti untuk mendukung gugatannya. Setelah mempertimbangkan pernyataan dari kedua belah
pihak mengenai hal yang dipersengketakan dan mempertimbangkan hasil pembuktian serta permohonan yang diinginkan para pihak, maka majelis BPSK
memberikan putusan.
Universitas Sumatera Utara
SKEMA 2.3 Penyelesaian Sengketa Konsumen Secara Arbitrase
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang