BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Bahwasannya sejak berdirinya BPSK di Kota Medan memang telah
menghadapi berbagai tantangan, seperti masalah eksistensi BPSK sebagai lembaga penyelesaian sengketa konsumen yang merupakan
produk Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat. Dan
selama ini BPSK sudah berusaha untuk memperkenalkan BPSK kepada masyarakat melalui media-media, baik itu media elektronik
seperti televisi, radio, maupun media cetak. BPSK juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM, dan lembaga-lembaga
perlindungan konsumen lainnya. 2.
Hambatan yang dialami oleh BPSK pada pelaksanaan permohonan penetapan eksekusi kepada pengadilan negeri, yaitu mengenai pihak
yang harus mengajukan permohonan tersebut. Menurut hukum acara perdata yang seharusnya mengajukan permohonan penetapan eksekusi
adalah pihak yang dimenangkan dalam putusan hakim, dalam hal ini adalah konsumen. Namun Pasal 42 Kepmenperindag No.
350MPPKep122001 menyebutkan bahwa putusan BPSK yang telah final dan mengikat dimintakan penetapan eksekusinya oleh BPSK
kepada pengadilan negeri di tempat konsumen yang dirugikan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
akan menambah beban kerja dari BPSK, selain memang di dalam Pasal 52 UUPK tidak disebutkan bahwa pengajuan permohonan
eksekusi ke pengadilan negeri terhadap putusan BPSK adalah merupakan tugas BPSK.
3. Yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan eksekusi putusan BPSK
adalah tidak dimilikinya lembaga juru sita oleh BPSK seperti yang dimiliki oleh pengadilan umum menjadikan BPSK tidak dapat secara
mandiri melaksanakan eksekusi putusannya, sehingga putusan BPSK yang tidak dilaksanakan secara sukarela oleh pelaku usaha harus
dimintakan penetapan eksekusinya kepada pengadilan negeri. 4.
Peran serta lembaga peradilan umum dalam memeriksa upaya hukum keberatan menjadikan putusan arbitrase BPSK dipertanyakan kekuatan
hukumnya. Padahal seharusnya para pihak yang sudah memilih penyelesaian sengketa di BPSK dilakukan cara arbitrase, maka secara
yuridis putusan BPSK haruslah dipandang sebagai suatu putusan badan arbitrase. Yang mana putusan arbitrase tersebut harus dilaksanakan
para pihak karena para pihaklah yang telah memilih untuk menyelesaikan sengketa melalui cara arbitrase. Hal ini menjadikan
putusan arbitrase BPSK menjadi tidak final dan mengikat. 5.
Dan pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan putusan BPSK sudah efektif dengan segala keterbatasannya, namun masih
banyak hal-hal yang harus diperbaiki untuk meningkatkan efektivitas dari pelaksanaan putusan BPSK.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran