Pelaksanaan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Di BPSK Medan Sejak Berdirinya

Sebelum dilaksanakan eksekusi ketua pengadilan negeri terlebih dahulu melakukan peneguran kepada pihak yang kalah, untuk dalam waktu 8 delapan hari melaksanakan putusan tersebut dengan sukarela. Jika pihak yang ditegur tidak mau melaksanakan putusan dengan sukarela maka dimulai pelaksanaan eksekusi yang sesungguhnya. 83

C. Pelaksanaan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Di BPSK Medan Sejak Berdirinya

Berdasarkan bahan yang diperoleh dari BPSK Kota Medan, jumlah kasus yang ditangani oleh BPSK Kota Medan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 antara lain: Grafik 3.1 : Jumlah Kasus yang diadukan kepada BPSK Kota Medan sejak 2003 hingga 2010. Sumber: Data yang didapatkan penulis dari BPSK Kota Medan. 83 Ibid., hal. 343. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 10 20 30 40 50 60 Jumlah Kasus Jumlah Kasus Universitas Sumatera Utara Keterangan: Tahun 2003: 1 kasus melalui arbitrase sampai pada tingkat kasasi. 3 kasus melalui arbitrase dilanjutkan di tingkat PN, 1 kasus sampai pada tingkat kasasi. 2 kasus melalui arbitrase dilanjutkan di tingkat PN. 1 kasus melalui arbitrase dilanjutkan di tingkat PN dan 1 kasus sampai pada tingkat kasasi. 1 kasus melalui arbitrase dilanjutkan di tingkat PN. 1 kasus melalui arbitrase dilanjutkan di tingkat PN. Tahun 2004: 2 kasus dicabut karena data tidak lengkap, 1 kasus diselesaikan sendiri. Tahun 2005: 2 kasus tidak diteruskan, yaitu 1 kasus karena berkas belum lengkap dan 1 kasus gugur karena tidak hadirnya konsumen 2 kali. Tahun 2006: 3 kasus dalam proses. 9 kasus tidak diteruskan, yaitu 7 kasus karena data tidak lengkap dan 2 kasus buktinya tidak lengkap. 1 kasus diselesaikan sendiri. Tahun 2007: 13 kasus tidak diteruskan, yaitu 9 kasus datanya tidak lengkap 3 kasus diselesaikan di kepolisian karena menyangkut masalah pidana dan 1 kasus diselesaikan sendiri. Tahun 2008: 2 kasus ditolak. 2 kasus berkasnya belum lengkap. Universitas Sumatera Utara 2 kasus melalui arbitrase dilanjutkan di tingkat PN. 1 kasus melalui a dilanjutkan di tingkat PN.. Grafik 3.2 : Jumlah Kasus yang ditangani BPSK melalui Konsiliasi, Mediasi, dan Arbitrase. Sumber: Data yang didapatkan penulis dari BPSK Kota Medan. 5 10 15 20 25 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Konsiliasi Mediasi Arbitrase Tahun 2009: 4 kasus gugurbatal. 8 kasus belum selesai dalam proses. Tahun 2010: 2 kasus gugurbatal. 9 kasus belum selesai dalam proses. Universitas Sumatera Utara Grafik 3.3: Jumlah Kasus yang Masuk ke BPSK Dilihat dari Objek yang Diadukan. Sumber: Data yang didapatkan penulis dari BPSK Kota Medan. Meskipun dibentuk pada tahun 2001 melalui Keputusan Presiden No. 90 Tahun 2001, BPSK Kota Medan baru memulai kegiatannya pada bulan Maret 2003 karena belum adanya Panitera. Karena pada akhir tahun 2002 baru terbit Surat Penetapan Panitera oleh ketua BPSK. D. Proses Peralihan Penyelesaian Sengketa Konsumen dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ke Pengadilan Negeri Sesuai dengan ketentuan Pasal 54 Ayat 3 UUPK bahwa pada prinsipnya putusan BPSK merupakan putusan yang final dan mengikat, berarti putusan tersebut tidak membutuhkan upaya hukum lanjutan. Dengan dikeluarkannya putusan yang bersifat final, maka dengan sendirinya sengketa yang diperiksa telah berakhir. Para pihak yang bersengketa harus tunduk dan melaksanakan putusan 10 20 30 40 50 60 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jasa Barang Universitas Sumatera Utara yang sudah final tersebut. Namun UUPK tidak konsisten dalam mengonstruksikan putusan BPSK, karena dalam pasal selanjutnya justru dikatakan bahwa pihak yang merasa keberatan terhadap putusan BPSK dapat mengajukan upaya “keberatan” ke pengadilan negeri. 84 1. Jurisdiction Voluntaria: dalam Jurisdiction Voluntaria tidak ada perselisihan dalam arti tidak ada yang disengketakan. Diajukannya perkar ke pengadilan, bukan untuk diberikan suatu keputusan, melainkan meminta suatu ketetapan dari hakim untuk memperoleh kepastian hukum. Seperti permohonan untuk ditetapkan sebagai ahli waris, permohonan ganti nama, permohonan pengangkatan anak dan lain-lain. Penyelesaian suatu perkara yang diajukan ke pengadilan dapat dibedakan: 2. Jurisdiction Contentiosa: dalam Jurisdiction Contentiosa, di sini ada sesuatu yang disengketakan. Sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan oleh pihak- pihak sendiri, sehingga dinohonkan kepada hakim untuk diselesaikan sengketanya secara adil dan kemudian diberikan suatu putusan. Memperhatikan adanya perbedaan kewenangan di atas, terdapat 3 bentuk putusan hakim, yaitu: 1. Putusan declartoir adalah putusan yang bersifat menerangkan, menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata, misalnya penetapan mengenai ahli waris, anak angkat, dan hal lainnya. 2. Putusan condemnatoir adalah putusan yang berisi penghukuman. 84 Pasal 56 Ayat 2 UUPK jo. Pasal 41 Ayat 3 Kepmenperindag RI No. 350MPPKep122001. Universitas Sumatera Utara 3. Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau menimbulkan keadaan hukum baru, misalnya putusan perceraian, dan putusan mengenai kepailitan. Dengan adanya perbedaan kewenangan dan bentuk putusan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberatan atas putusan BPSK yang diajukan ke pengadilan negeri adalah termasuk Jurisdiction Contentiosa, karena ada hal-hal yang disengketakan antara konsumen dan pelaku usahaprodusen, yang dimohonkan suatu putusan yang bersifat putusan condemnatoir yang berisi penghukuman pemberian ganti kerugian. 85 Berkenaan dengan adanya peluang untuk mengajukan keberatan atas putusan BPSK kepada pengadilan, Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo melihatnya sebagai suatu upaya yang memiliki hakikat yang sama dengan upaya banding terhadap putusan BPSK. Oleh karena itu, BPSK dengan sendirinya ditempatkan seolah-olah sebagai instansi tingkat pertama sedangkan pengadilan negeri merupakan instansi tingkat banding. Hal lain yang memudahkan penganalogian ini lebih disebabkan BPSK dalam menyelesaikan sengketa konsumen menggunakan hukum acara yang kurang lebih sama dengan hukum acara perdata yang berlaku di peradilan umum. Di samping itu, keberatan yang diajukan ke pengadilan masuk ke dalam ranah hukum acara perdata dengan sendirinya berlakulah ketentuan hukum acara perdata. 86 Penggunaan istilah keberatan tidak lazim dalam hukum acara yang berlaku, jika dikaitkan dengan ketentuan bahwa pengadilan negeri yang menerima pengajuan keberatan wajib memberikan putusannya dalam waktu paling lama 21 hari, sehingga tidaklah mungkin keberatan ini dianalogikan sebagai upaya gugatan baru ataupun perlawanan, karena proses perkara gugatan baru atau perlawanan sangatlah formal dan memerlukan waktu yang lama. Dengan demikian upaya keberatan yang diajukan oleh pihak yang menolak putusan BPSK tiada lain haruslah ditafsirkan sebagai upaya hukum banding. 87 85 Susanti Adi Nugroho, Op.cit., hal. 264. 86 Dedi Harianto, Op. cit., hal. 253. 87 Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hal. 264. Universitas Sumatera Utara BAB IV HAMBATAN DAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

A. Hambatan dalam Pelaksanaan Permohonan Eksekusi Putusan BPSK