akibat  proses  pengukusan.  Penurunan  kadar  abu  diakibatkan  adanya  proses pemasakan  yang  dapat  mengubah  karakteristik  serta  kandungan  mineral  yang
terdapat  pada  bahan.  Menguapnya  air  akibat  proses  pengukusan  menyebabkan kandungan  mineral  yang  terdapat  pada  bahan  menjadi  berkurang  sehingga
menurunkan nilai kadar abu. Mineral dalam abu merupakan bentuk metal oksida, sulfida, fosfat, nitrat,
klorida,  dan  halida  lainnya.  Elemen  mineral  tidak  dapat  dirusak  dengan pemaparan  panas,  cahaya,  zat  pengoksidasi,  pH  ekstrim  maupun  faktor  lainnya
yang mempengaruhi zat gizi organik. Mineral dapat dihilangkan dengan pelepasan atau  pemisahan  secara  fisik.  Sejumlah  mineral  memiliki  kelarutan  di  dalam  air.
Secara umum, perebusan dalam air menyebabkan hilangnya mineral lebih banyak pada sayuran daripada pengukusan Miller 1996.
4.3.3 Kadar Lemak
Lemak  merupakan  salah  satu  zat  gizi  yang  cukup  penting,  karena  lemak menghasilkan energi  bagi tubuh. Lemak  merupakan zat  yang dibentuk dari unit-
unit  terstruktur  dengan  suatu  hidrofobisitas  yang  tegas,  larut  dalam  pelarut organik tetapi tidak dalam air. Komponen utama dari lemak adalah turunan asam
lemak  Belitz  et  al.  2009.  Lemak  adalah  senyawa  organik  berminyak  atau berlemak yang tidak larut di dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan
oleh  pelarut  non  polar  diantaranya  klorofom  dan  eter  Lehninger  1982.  Lemak merupakan zat yang penting dan merupakan sumber energi yang lebih efektif bagi
tubuh  dibandingkan  karbohidrat  dan  protein.  Lemak  memberi  cita  rasa  dan memperbaiki tekstur pada makanan  juga  sebagai  sumber pelarut bagi  vitamin  A,
D,  E  dan  K  Winarno  1997.  Hasil  analisis  kadar  lemak  tanaman  kangkung  air segar dan kukus disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Histogram kadar lemak Kadar  lemak  basis  basah  pada  daun  dan  batang  kangkung  air  segar
sebesar  0,21    dan  0,19    mengalami  penurunan  menjadi  0,18    dan  0,17 setelah  proses  pengukusan.  Kadar  lemak  kangkung  air  diatas  lebih  rendah
dibandingkan  kadar  abu  tanaman  semanggi  sebesar  0,27  Arifin  2009,  bayam 0,5,  kangkung  0,3,  daun  singkong  1,2,  dan  daun  pepaya  2
Winarno 1997. Winarno  1997  menyebutkan  bahwa  kadar  lemak  yang  rendah  pada
sayuran  mengakibatkan  sayuran  tidak  mudah  mengalami  proses  proses  oksidasi yang  mengakibatkan  kerusakan  pada  bahan  pangan.  Lemak  pada  tanaman
mengandung  fitosterol  yang  merupakan  asam  lemak  tidak  jenuh  sehingga berbentuk  cair  atau  minya.  Lemak  pada  tanaman  sebagian  besar  terdapat  pada
plastida,  vakuola  dan  membran  sel  Bastin  2000.  Penurunan  kadar  lemak  pada tanaman  kangkung  air  bisa  disebabkan  hilangnya  bagian  plastid,  vakuola  dan
membran sel pada saat pengukusan.
4.3.4 Kadar protein
Protein  merupakan  suatu  zat  makanan  yang  penting  bagi  tubuh,  karena selain berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur jaringan-jaringan baru yang
selalu  terjadi  dalam  tubuh.  Protein  digunakan  sebagai  bahan  bakar  apabila
keperluan energi mengandung N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul  protein  juga  mengandung  unsur  logam  seperti  besi  Winarno  1997.
Tubuh kita membutuhkan asam amino essensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan melalui makanan yang kita konsumsi sehari-hari.
Hasil analisis kadar protein tanaman kangkung air segar dan kukus disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16 Histogram kadar protein Dari  hasil  penelitian  diketahui  bahwa  kadar  protein  daun  dan  batang
kangkung  air  segar  sebesar  3,10    dan  3,23  mengalami  peningkatan  menjadi 4,04    dan  4,13  .  Nilai  ini  lebih  rendah  jika  dibandingkan  dengan  hasil
penelitian  Arifin  2009  semanggi  air  sebesar  4,35  ,  namun  lebih  tinggi  dari daun  dan  batang  genjer  dengan  kadar  protein  masing-masing  2,7    dan  0,89
Wisnu  2012  serta  tanaman  selada  air  yang  dikemukakan  Permatasari  2010 yaitu 1,14 .
Peningkatan  kadar  protein  pada  daun  dan  batang  tanaman  kangkung  air setelah  proses  pengukusan  tersebut  diduga  karena  adanya  penguraian  tanin  pada
daun maupun batang tanaman kangkung air. Tanin merupakan senyawa polifenol yang  dapat  mengendapkan  protein  dari  larutan.  Tanin  mengandung  gugus  o-
hidroksifenol yang dapat membentuk ikatan hidrogen dan ikatan hirofobik dengan protein Chesworth  et  al. 1998. Berdasarkan  hasil penelitian Lewu  et  al. 2009
bahwa  tanin  dapat  membentuk  suatu  kompleks  dengan  protein,  sehingga menghambat ketersediaan protein dalam tubuh.
4.3.5 Kadar serat kasar