4.4.2 Musim penangkapan ikan
Musim penangkapan ikan di Pulau Pramuka dipengaruhi oleh musim yang berlangsung di laut. Umumnya nelayan melaut pada musim peralihan Maret- awal
Mei dan musim timur Mei-November. Pada musim peralihan, kondisi perairan tenang, sehingga semua nelayan dari semua alat tangkap pergi melaut. Musim ini
dianggap nelayan sebagai musim yang ideal, karena resiko kegagalan yang disebabkan oleh kondisi alam sedikit sekali. Nelayan juga intensif menangkap ikan
untuk persiapan tidak melaut pada musim barat. Pada musim timur, nelayan pergi melaut walaupun intensitasnya tidak sesering
pada musim peralihan. Hal ini disebabkan hembusan angin yang cukup kencang walaupun arus relatif tenang. Kondisi tersebut berbahaya untuk nelayan pancing yang
menggunakan perahu dengan alat bantu layar. Pada musim barat, nelayan lebih memilih tinggal di rumah, karena kondisi perairan berangin kencang dan berombak
besar, serta arus yang kuat. Kondisi seperti ini membahayakan keselamatan nelayan dan juga kesuksesan operasi penangkapan, karena arus yang kuat menyebabkan alat
tangkap hanyut dan terbelit saat dioperasikan. Nelayan umumnya mengoperasikan bubu karang pada saat ada kesempatan atau waktu luang dan kondisi cuaca yang
“teduh”, dalam arti arus dan ombak tenang.
4.4.3 Daerah penangkapan dan hasil tangkapan
Jarak daerah penangkapan ikan tergantung alat yang dioperasikan dan kekuatan kapal yang digunakan. Nelayan akan mengoperasikan alat tangkap dengan tujuan
penangkapan ikan pelagis di perairan terbuka dengan kedalaman lebih dari 20 m. Nelayan akan mengoperasikan alat tangkap dengan tujuan ikan karang di daerah
terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 20 m. Hasil tangkapan utama nelayan Pulau Pramuka berupa ikan-ikan karang seperti
kerapu Epinephelus sp, ekor kuning Caesio sp, lencam, beronang Siganus sp, selar, tongkol, layang, kembung dan bermacam ikan hias. Beberapa hasil tangkapan
berupa ikan karang dan pelagis, didaratkan di Muara Angke dan Muara Baru. Beberapa nelayan memilih mendaratkan hasil tangkapannya di Pulau Pramuka,
karena permintaan ikan cukup tinggi. Nelayan cepat mendapatkan keuntungan, karena ikan hasil tangkapan tersebut langsung terjual habis. Ikan hias umumnya
dikumpulkan oleh seseorang pengumpul yang berdomisili di Pulau Panggang. Ikan hias didapat dari nelayan-nelayan bubu dan muroami, untuk selanjutnya dijual ke
perusahaan ikan hias di Jakarta . Jumlah nelayan pada tahun 2011 tidak mengalami kenaikan maupun
penurunan, jumlah tersebut tetap seperti pada tahun 2010 dan hal tersebut sejalan juga dengan jumlah kapal perikanan yang jumlahnya tetap dari tahun 2010 sampai 2011.
Secara rinci keadaan umum perikanan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Statistik perikanan dan kelautan Kepulauan Seribu
No. Uraian
2009 2010
2011 1.
Nelayan penangkap ikan laut orang -
4.880 4.880
2. Jumlah fish shelter buah
362 362
527 3.
Jumlah kapal perikanan kapal -
1.367 1.367
4. Tutupan terumbu karang persen
33,40 33,60
40,00 5.
Transplantasi karang buah -
5.476 8.119
Sumber: Pemerintah Administrasi Kepulauan Seribu 2011
Banyaknya peningkatan jumlah fish shelter mengartikan bahwa, potensi perikanan di Pulau Pramuka cukup baik dan berpeluang besar untuk dikembangkan.
Kegiatan perbaikan komunitas serta kerusakan karang transplantasi karang juga mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana hal tersebut juga menjadi indikasi
bahwa kerusakan karang di Pulau Pramuka tiap tahun juga mengalami peningkatan.
4.5 Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka