Parameter lingkungan utama Ekosistem Terumbu Karang Alami .1 Definisi dan fungsi terumbu karang

ϲ Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan akibat kegiatan manusia, dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama. Berbagai pendapat menyatakan hal yang sebaliknya, bahwa ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, tidak mapan, dan mampu memperbaiki dirinya sendiri dari gangguan alami. Kasus yang terjadi di Pulau Banda, Maluku, menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang mampu memperbaiki dirinya dalam waktu relatif cepat jika parameter-parameter lingkungan utama bagi pertumbuhannya sangat mendukung, misalnya tingkat kecerahan yang tinggi dan tidak banyak run-off polutan dan sedimen dari daratan Dahuri, 2003. Adapun fungsi terumbu karang Wibisono, 2005 antara lain : 1 Sebagai tempat berteduh shelter dan tempat mencari makan bagi sebagian biota laut; 2 Sebagai penahan erosi pantai karena deburan ombak; 3 Sebagai cadangan sumber daya alam natural stock untuk berbagai jenis biota yang bernilai ekonomis penting; 4 Sebagai wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata alam bahari yang bisa menghasilkan devisa; 5 Sebagai sarana pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan rasa cinta laut. Mengingat hal tersebut diatas, maka jelas bahwa kawasan terumbu karang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Transfer energi dari hutan mangrove dalam hal ini sangat menentukan produktivitas terumbu. Oleh karena itu wajar bila terumbu karang perlu mendapat perhatian dari berbagai sektor kegiatan secara terpadu dan terkoordinasi.

2.1.2 Parameter lingkungan utama

Distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari beberapa parameter fisika Dahuri, 2003; Nontji, 1987;Wibisono, 2005, yaitu : 1 Kecerahan atau cahaya Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang ϳ zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk membentu terumbu CaCO 3 akan berkurang pula. Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25 meter atau kedalaman maksimum membentuk terumbu karang adalah 40 meter. Lebih dari itu cahaya sudah terlampau lemah Dahuri, 2003; Nontji, 1987. 2 Suhu Suhu yang dibutuhkan untuk pembentukan terumbu karang secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata antara 25-30 C Nontji, 1987. Namun suhu di luar kisaran tersebut masih bisa ditolerir oleh spesies tertentu dari jenis karang hermafitik untuk dapat berkembang dengan baik. Karang hermafitik dapat bertahan pada suhu di bawah 20 C selama beberapa waktu, dan mentolerir suhu sampai 36 C dalam waktu singkat Dahuri, 2003. Suhu mempunyai peranan penting dalam membatasi sebaran terumbu karang, oleh karena itu terumbu karang tidak ditemui di daerah dingin. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium ternyata hewan koral mengalami bleaching pada suhu 32 C secara terus menerus. Selain itu bleaching juga bisa terjadi akibat pencemaran, peningkatan turbiditas, penurunan salinitas Wibisono, 2005. 3 Salinitas Banyak spesies karang peka terhadap perubahan salinitas yang besar. Hewan karang mempunyai toleransi terhadap salinitas sekitar 27-40 Ž ͬ ŽŽ . Adanya aliran air tawar akan menyebabkan kematian. Itulah sebabnya di pantai timur Sumatra, pantai selatan Kalimantan dan pantai selatan Irian Jaya di mana banyak sungai-sungai besar bermuara, jarang dijumpai terumbu karang Nontji, 1987. 4 Sirkulasi arus dan sedimentasi Dahuri 2003 mengatakan bahwa arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam proses pembersihan dari endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus ϴ sangat berperan penting dalam proses transfer energi. Arus dan sirkulasi air berperan dalam proses sedimentasi. Sedimentasi dari pertikel lumpur padat yang dibawa oleh aliran permukaan surface run off akibat erosi dapat menutupi permukaan terumbu karang, sehingga tidak hanya berdampak negatif terhadap karang tetapi juga terhadap biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut. Partikel lumpur yang tersedimentasi tersebut dapat menutupi polip sehingga respirasi organisme terumbu karang dan proses fotosintesis oleh zooxanthellae akan terganggu.

2.1.3 Penyebaran