Rumpon Fish Aggregating Device

Ϯϲ Hasil studi hubungan panjang dan berat ikan memungkinkan nilai panjang ikan berubah ke harga berat ikan atau sebaliknya. Berat ikan dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjangnya dan hubungan panjang-berat ini hampir mengikuti hukum kubik yang dinyatakan dengan rumus: W = aL 3 W adalah berat ikan, L adalah panjang ikan dan a adalah konstanta. Hal tersebut disertai dengan anggapan bahwa bentuk serta berat jenis ikan itu tetap selama hidupnya. Tetapi karena ikan itu tumbuh, dimana bentuk tubuh, panjang dan beratnya selalu berubah, maka menurut Effendie 1979, persamaan umumnya adalah W = aL b a dan b adalah konstanta. Logaritma persamaan tersebut menjadi: log W = log a + b log L yang menunjukkan hubungan linier Effendie, 1979.

2.7 Rumpon Fish Aggregating Device

Rumpon adalah suatu benda menyerupai pepohonan yang ditanam di suatu tempat di laut. Rumpon merupakan alat pemikat ikan yang digunakan untuk mengkonsentrasikan ikan sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan mudah Subani, 1972. Cara pengumpulan ikan dengan pikatan berupa benda terapung tersebut, menurut Bergstrom diacu dalam Sondita 1986 merupakan salah satu bentuk dari Fish Agregating Device, yaitu metode benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan dengan cara memikat dan mengumpulkan ikan-ikan tersebut. Rumpon atau lure merupakan alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di suatu tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan. Prinsip lain penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan ikan tersebut mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap ikan dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan-gerombolan ikan Subani, 1986. Subani 1986 menerangkan bahwa biasanya kegiatan penangkapan di sekitar rumpon dilakukan setelah sepuluh hari rumpon tersebut dipasang. Beberapa hari Ϯϳ setelah rumpon ditanam dan bila diketahui bahwa di sekitar rumpon tersebut banyak kerumunan ikan kemudian diadakan penangkapan. Beberapa jenis ikan pelagis yang berkumpul di sekitar rumpon antara lain ikan terbang, layang, selar, kembung, bawal, lemuru, cakalang, tuna dan sebagainya. Alat tangkap yang dapat digunakan antara lain pancing, payang dan pukat cincin. Rumpon selama ini lebih banyak dikenal nelayan Indonesia sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan fish aggregating device atau FAD, sehingga operasi penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien Sondita 1986; Monintja 1993. Individu ikan yang tersebar atau kawanan ikan yang bergerak bebas, baik ketika melakukan ruaya migrasi maupun sedang berada di suatu tempat, dirangsang oleh nelayan agar berhenti, menetap atau berada tidak jauh dari lokasi yang diinginkan nelayan, yaitu tempat pemasangan rumpon atau lampu pemikat. Teknik manipulasi tingkah laku ikan ini telah lama diterapkan oleh nelayan-nelayan di tanah air dan kawasan Asia Tenggara ketika mereka menangkap ikan-ikan pelagis yang biasa membentuk gerombolan atau fish schools atau fish shoals. Hasil atau output dari penggunaan rumpon ini tentu saja ikan yang jumlahnya tergantung pada beberapa faktor, seperti di antaranya adalah jumlah ikan yang berkumpul di sekitar rumpon dan keefektivan alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan. Faktor pertama berkaitan dengan dimensi bagian atraktor, kesesuaian tempat pemasangan rumpon dengan jalur migrasi ikan, dan kelimpahan ikan yang ada di perairan tempat pemasangan rumpon. Faktor kedua tersebut ditentukan oleh dimensi alat tangkap dan cara atau metode penangkapan ikan yang diterapkan. Jika sejumlah ikan yang berkumpul di sekitar rumpon maka hasil tangkapan tidak akan melebihi jumlah tersebut. Jika alat tangkap sangat efektif maka semua ikan yang berkumpul pada atau sekitar rumpon akan berhasil ditangkap. Manfaat atau outcome dari penggunaan rumpon dalam operasi penangkapan ikan telah diketahui, seperti dijelaskan oleh Monintja dan Mathews 1999. Manfaat tersebut diantaranya adalah meningkatkan peluang keberhasilan operasi penangkapan ikan dan efisiensi dalam arti penghematan biaya operasi penangkapan ikan. Hal lain dari penggunaan rumpon adalah bukti adanya suatu pengelolaan pada kawasan atau Ϯϴ daerah penangkapan ikan, yang minimal dicerminkan oleh adanya pengakuan masyarakat terhadap hak pemilik rumpon pada ikan-ikan yang berkumpul di sekitar rumpon Faktor penyebab berkumpulnya kawanan ikan di sekitar rumpon telah menjadi topik penelitian sejak lama Monintja et al., 2003. Faktor pertama adalah ikan berkumpul karena mereka tertarik terhadap benda-benda terapung atau sifat yang disebut thigmotaxis. Benda-benda terapung tersebut akan terlihat signifikan oleh biota air yang mengandalkan panca indera penglihatan dibandingkan dengan kolom air yang homogen. Semakin besar ukuran dan semakin kontras benda-benda tersebut dalam lingkungan maka akan semakin mudah ikan mendeteksi atau mengetahuinya. Tentu saja, kemudahan terlihat benda-benda tersebut juga ditentukan oleh daya penglihatan ikan. Daya penglihatan ikan tersebut ditentukan oleh umur atau tingkat perkembangan tubuh ikan. Faktor kedua adalah ikan berkumpul untuk keperluan mencari makan. Ikan-ikan tersebut mencari makanan atau mangsa dan akhirnya mendapatkannya di pada atau di sekitar rumpon karena rumpon menjadi habitat berbagai jenis biota laut yang menjadi makanannya Menard et al., 2000. Kedua faktor tersebut secara bersama-sama menyebabkan terjadinya akumulasi individu- individu ikan menjadi kawanan ikan yang didukung oleh sebuah jaringan makanan foodweb dan konstruksi rumpon, terutama bagian atraktor. Foodweb yang terbentuk karena adanya rumpon tersebut dapat dipelajari lebih jauh, sama seperti penelitian terhadap suatu ekosistem. Untuk mengembangkan usaha di bidang penangkapan ikan tidak terlepas dari pengetahuan yang cukup tentang tingkah laku ikan yang hendak ditangkap baik secara individu maupun berkelompok. Pengetahuan tentang tingkah laku ikan adalah merupakan dasar dari metoda-metoda penangkapan yang ada, dan juga merupakan kunci bagi perbaikan metoda penangkapan yang telah diketahui, serta penemuan-penemuan dari metoda yang baru Gunarso, 1974. Dalam hal pikat memikat ikan, Gunarso 1985 mengungkapkan hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain : rangsangan kimia, rangsangan terhadap penglihatan, rangsangan terhadap pendengaran, rangsangan dengan menggunakan aliran listrik dan rangsangan dengan menyediakan tempat belindung. Ϯϵ Asikin 1985 mengemukakan bahwa keberadaan ikan di sekitar rumpon karena berbagai sebab, antara lain : 1. Ikan-ikan itu senang bersembunyi di bawah bayang-bayang daun rumpon; 2. Rumpon itu sebagai tempat berpijah bagi beberapa jenis ikan tertentu; 3. Rumpon sebagai tempat berteduh bagi beberapa jenis ikan tertentu; 4. Rumpon itu sebagai tempat berteduh bagi beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif. Hunter dan Mitchell diacu dalam Laevastu dan Hela 1970 menjelaskan bahwa ikan yang berukuran kecil pertama kali tertarik di sekitar rumpon, kemudian disusul ikan berukuan besar. Rumpon merupakan suatu arena makan dan dimakan yang terjadi sesuai dengan rantai makanan. Permulaan terjadinya arena ini dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon pertama kali dipasang. Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan kecil menarik perhatian ikan-ikan pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini akan memikat ikan yang berukuran lebih besar untuk memakannya. Menurut Subani 1972, tidak benar ikan-ikan di sekitar rumpon memakan daun kelapa. Pernyataan ini dikuatkan oleh Djatikusumo 1977 berdasarkan atas isi perut ikan di sekitar rumpon, yang hasilnya ternyata dari jenis-jenis plankton dan bukan daun-daun kelapa. Hal ini menunjukkan bahwa rumpon merupakan tempat ikan berlindung dari serangan predator. Pada umumnya ikan-ikan berenang menghadap arus dan berada di depan rumpon, bergerombol dalam ukuran yang sama, baik umur, panjang maupun berat. Keuntungan berenang dengan cara berkelompok akan lebih memudahkan dalam menangkap mangsa. Rumpon yang dipasang pada suatu perairan akan dimanfaatkan oleh kelompok ikan lemah sebagai tempat berlindung dari serangan predator. Kelompok jenis ini akan berenang-renang dengan mengusahakan agar posisi tubuh selalu membelakangi bangunan rumpon. Selain sebagai tempat berlindung, rumpon diibaratkan sebagai pohon yang tumbuh di padang pasir yang merupakan wadah pemikat kelompok ikan Subani, 1972. ϯϬ Ikan berkumpul di sekitar rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto 1962 dalam area rumpon terdapat plankton yang merupakan makanan ikan yang lebih banyak dibandingkan di luar rumpon. Diterangkan juga oleh Soemarto 1962 bahwa perairan yang banyak planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat dan memakannya. Subani 1972 mengemukakan bahwa ikan-ikan yang berkumpul di sekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung juga untuk mencari makan dalam arti luas tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Subani 1986 menerangkan bahwa ikan-ikan lemah yang berada di sekitar rumpon berenang pada sisi sebelah udik atau atas atraktor. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke kanan tetapi selalu kembali ke tempat semula demikian juga terhadap arus sifat ikan umumnya berenang menentang arus. Sedangkan dari arah lapisan yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa yang siap memangsa. Dengan adanya rumpon maka pemangsa akan mengalami kesulitan dalam menyambar mangsanya karena ikan yang lemah terlindungi oleh adanya atraktor. Rumpon hingga sekarang masih sebagai andalan bagi nelayan penangkap kawanan ikan pelagis. Nelayan menggunakan rumpon dilengkapi dengan penggunaan lampu pemikat ikan. Secara simultan kedua alat tersebut tergolong sebagai fish aggregating device. Rumpon diperkirakan berperan besar dalam menghentikan perjalanan kawanan ikan, kejadian ini diperkirakan bermula pada saat siang hari dimana rumpon teridentifikasi ikan. Pada malam hari, rumpon tidak signifikan perannya, khususnya ketika lampu pemikat ikan dipakai dalam proses penangkapan ikan ini. Jumlah lampu akan menentukan volume kolom air yang tersinari illuminated water column. Semakin besar intensitas cahaya semakin besar volume air; hal ini berarti semakin besar peluang ikan yang terpapar oleh cahaya. ϯϭ 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian