Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka Peletakan Terumbu Buatan

karena permintaan ikan cukup tinggi. Nelayan cepat mendapatkan keuntungan, karena ikan hasil tangkapan tersebut langsung terjual habis. Ikan hias umumnya dikumpulkan oleh seseorang pengumpul yang berdomisili di Pulau Panggang. Ikan hias didapat dari nelayan-nelayan bubu dan muroami, untuk selanjutnya dijual ke perusahaan ikan hias di Jakarta . Jumlah nelayan pada tahun 2011 tidak mengalami kenaikan maupun penurunan, jumlah tersebut tetap seperti pada tahun 2010 dan hal tersebut sejalan juga dengan jumlah kapal perikanan yang jumlahnya tetap dari tahun 2010 sampai 2011. Secara rinci keadaan umum perikanan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Statistik perikanan dan kelautan Kepulauan Seribu No. Uraian 2009 2010 2011 1. Nelayan penangkap ikan laut orang - 4.880 4.880 2. Jumlah fish shelter buah 362 362 527 3. Jumlah kapal perikanan kapal - 1.367 1.367 4. Tutupan terumbu karang persen 33,40 33,60 40,00 5. Transplantasi karang buah - 5.476 8.119 Sumber: Pemerintah Administrasi Kepulauan Seribu 2011 Banyaknya peningkatan jumlah fish shelter mengartikan bahwa, potensi perikanan di Pulau Pramuka cukup baik dan berpeluang besar untuk dikembangkan. Kegiatan perbaikan komunitas serta kerusakan karang transplantasi karang juga mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana hal tersebut juga menjadi indikasi bahwa kerusakan karang di Pulau Pramuka tiap tahun juga mengalami peningkatan.

4.5 Kondisi Terumbu Karang di Pulau Pramuka

Tutupan karang hidup di perairan Gosong Pramuka mempunyai nilai 24 atau berkategori ’buruk’. Prosentase abiotik mencapai 31 yang didominasi rubble 19 mengindikasikan kerusakan telah terjadi akibat tingginya aktivitas manusia dikarenakan Gosong Pramuka ini terletak di Pusat Pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Kerusakan di sekitar pemukiman lebih banyak diakibatkan eksploitasi batu karang dan pasir, penggunaan sianida menangkap ikan dengan metode pembiusan, sedimentasi dasar laut, dan kontaminasi disposal limbah. Dalam upaya menanggulangi masalah kerusakan ekosistem karang dan produksi perikanannya serta mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan sumber daya di Pulau Pramuka dikembangkan karang buatan artificial reef dan teknik transplantasi karang coral transplantation Ditjen PHPA, 2003. Keberadaan ikan-ikan karang yang terdapat di suatu ekosistem terumbu karang tergantung kepada karakteristik habitatnya, diantaranya meliputi kondisi terumbu karang dan parameter fisik lingkungan. Persyaratan untuk tumbuh dengan baik bagi organisme karang adalah suhu perairan antara 20-29°C sepanjang tahun, salinitas yang cukup tinggi antara 32-35‰ tingkat kecerahan ang baik dan kedalaman antara 50-70 m Nybakken, 1986. Kondisi fisik perairan perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi penempatan terumbu buatan sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil pengukuran parameter fisik di lokasi penelitian menunjukkan bahwa secara umum suhu perairan berkisar antara 29-30°C, kecepatan arus berkisar antara 0,12-0,17 mdet, kecerahan perairan berkisar antara 5-10 m dan salinitas berkisar antara 32-33‰. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Peletakan Terumbu Buatan

Proses awal dalam penelitian ini adalah peletakan terumbu buatan yang terbuat dari tempurung kelapa di daerah yang memiliki karakteristik yang cocok untuk pertumbuhan karang. Letak lokasi untuk terumbu buatan ini yaitu 05 45 45,5 LS ; 106 36 38 BT, kedalaman untuk peletakan terumbu buatan ini adalah 17 meter dan memiliki dasar berpasir serta kondisi dasar yang datar. Karakteristik tersebut sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh Badan Sumberdaya Perikanan dan Perairan Filipina untuk peletakan terumbu buatan yaitu berjarak ±100 meter dari terumbu karang alami dibangun di daerah yang datar atau sedikit miring dan memiliki kecerahan yang baik, dan berada pada kedalaman 5-20 meter. Peletakan terumbu buatan tempurung kelapa dilakukan pagi hari pada tanggal 3 Maret 2012 pukul 08.15 dengan kondisi arus, gelombang cukup baik, dimana pada saat peletakkan terumbu buatan di perairan Kepulauan Seribu sedang mengalami musim peralihan. Peletakan terumbu buatan tempurung kelapa dilakukan oleh 4 orang. Dua diantaranya berada di bawah kapal dan 2 lainnya berada diatas kapal. Jarak antar terumbu buatan tempurung kelapa sekitar 5 meter, hal tersebut dikarenakan kondisi dasar yang datar tidak terlalu luas dan apabila jarak lebih dari 5 meter akan ada kemungkinan salah satu terumbu buatan berada di kedalaman yang berbeda. Rancang bangun terumbu buatan tersebut memiliki bagian dan struktur yang jelas untuk menjadi alat pengumpul ikan, penarik ikan fish aggregating device, sehingga dalam proses peletakan dapat diletakkan di area yang kurang produktif. Terumbu buatan dengan bahan dasar tempurung kelapa dirancang tidak hanya menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki ekosistem terumbu alami, akan tetapi dirancang untuk menjadi fish aggregating device dimana mempunyai sifat aktif. Sifat aktif disini adalah dimana dapat mengumpulkan maupun menarik aggregating ikan- ikan karang serta menjadi media pertumbuhan karang. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai tempurung kelapa yang juga dibuat untuk dapat dijadikan terumbu buatan bioreeftek Gambar 20 www.bpol.litbang.kkp.go.id , dimana dalam peletakkannya dekat dengan terumbu alami dengan tujuan tempurung tersebut nantinya akan merekrut larva planula karang secara alami reproduksi seksual. Setelah larva planula karang menempel pada substrat Bioreeftek tersebut, dilakukan pemindahan ke ekosistem terumbu karang dengan prosentase relatif rendah. Struktur desain dari bioreeftek juga tidak memiliki bagian-bagian tertentu hanya dilakukan penumpukan tempurung kelapa di dekat terumbu alami. sumber : www.bpol.litbang.kkp.go.id Gambar 20 Bioreeftek tempurung kelapa

5.2 Komposisi dan Jumlah Ikan di Terumbu Buatan