Jenis Tanah dan Geologi Daerah Aliran Sungai Keadaan Hutan Sosial, Ekonomi dan Budaya

4.1.4 Jenis Tanah dan Geologi

Keadaan tanah kawasan hutan di KPH Balapulang menurut T.W.G Domes et al. 1955 terdapat 4 macam yaitu : Regosol, Gromosol, Latosol dan Mediteran. Kawasan hutan KPH Balapulang mempunyai tipe – tipe tanah yang mengandung kapur.

4.1.5 Daerah Aliran Sungai

Kawasan KPH Balapulang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai DAS Pemali dan Sub DAS Pemali Hilir, Kumisik, Rambatan dan Glagah meliputi BKPH Banjarharjo Timur, BKPH Margasari, BKPH Larangan, BKPH Linggapada dan BKPH Pengarasan dan DAS Cisanggarung, DAS Tanjung, DAS Babakan dan DAS Kabayutan dengan Sub DAS Kabayutan Hulu dan Kabayutan Hilir meliputi BKPH Banjarharjo Timur dan Banjarharjo Barat.

4.1.6 Keadaan Hutan

Vegetasi yang ada dalam wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Balapulang adalah jenis Jati Tectona grandis sebagai mayoritas tanaman komersial yang diusahakan. Penyebaran tanaman jati dari yang berusia di bawah sepuluh tahun hingga lebih kurang lima puluh tahun atau lebih membentuk formasi hutan tanaman dengan struktur tegakan yang homegen. Selain jati, pada kawasan untuk tujuan produksi, juga dikenal jenis tanaman bukan jati antara lain : a. Diusahakan dengan tujuan komersial seperti mahoni Swietenia macrophlla dan Mindi Melia azedarach b. Diusahakan dengan tujuan Pengkayaan jenis seperti johar Cassia siamea, Sonokeling Dalbergia latifolia, Pilang, Kepoh dan Kesambi Schleichera oleosa, Randu Ceiba petandra c. Pengkayaan jenis dalam sistem silvikultur jati dan bukan jati seperti secang, lamtoro Leucaena leucocephala. Kawasan hutan KPH Balapulang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai sumber pakan baik bagi jenis aves, mamalia dan reptil. Sumber pakan yang tersedia berupa serangga, buah dan biji-bijian. Biji-bijian sebagai sumber pakan biasanya tersedia pada areal pertanian di sekitar kawasan hutan.

4.1.7 Sosial, Ekonomi dan Budaya

KPH Balapulang dengan luas wilayah 29.790,13 hektar dikelilingi oleh 61 desa yang terdiri dari 37 desa di wilayah Kabupaten Brebes, 24 desa di Kabupaten Tegal. Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Penerapan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat mendorong pihak manajemen untuk membentuk desa model sejak tahun 2002. Setiap desa memiliki petak pangkuan dimana masyarakat dapat ikut berperan serta dalam mengelola hutan. Dari data laporan penjajagan kebutuhan pengembangan layanan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di 22 kecamatan yang terdapat di areal kerja KPH Balapulang, jumlah KK di wilayah sekitar KPH Balapulang adalah 100.618 KK. Sebagian besar penduduk sekitar hutan KPH Balapulang menggantungkan mata pencaharian di sektor pertanian. Pengelolaan hutan membawa pengaruh pada budaya Masyarakat Desa Hutan MDH yang bersifat positif. Pengaruh budaya itu diantaranya pola pikir MDH semakin maju, baik dan modern. MDH telah mengadopsi tehnik-tehnik pengelolaan hutan dengan baik. Bahkan pola pikir MDH lebih rasional dalam menghadapi permasalahan, lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain. Telah terjalin komunikasi yang baik antar warga dan pengelola hutan. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, Perhutani juga senantiasa berusaha melestarikan situs budaya masyarakat di wilayah KPH Balapulang. Perhutani tidak hanya merawat situs budaya tersebut, namun juga menjaga dan melindungi kelestariannya. Hal tersebut dilakukan oleh perhutani dengan berbagai cara, termasuk diantaranya adalah: 1. Tidak melakukan penebangan pohon disekitar situs budaya masyarakat 2. Penetapan kawasan situs budaya masyarakat menjadi LDTI Lapangan Dengan Tujuan Istimewa atau KPS Kawasan Perlindungan Setempat.

4.2 Sistem Pengolahan Hutan Bersama Masyarakat di Perum Perhutani

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Unit II Di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

0 5 7

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI UNIT II DI DESA SUMBERSALAK KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER (STUDI KASUS DI LMDH WANA ASRI SUMBER SALAK)

1 5 15

Partisipasi Masyarakat dalam Progratn Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat: Kasus di Wana Wisata Curug Cilember RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 8 78

Tinjauan Penyelenggaran Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : Studi Kasus di RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

0 2 113

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Peranan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah

1 41 109

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

PEMBERIAN HAK KELOLA LAHAN OLEH PERHUTANI KEPADA MASYARAKAT DESA HUTAN MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI PERUM PERHUTANI KPH BLORA.

0 0 1