4.1.7 Sosial, Ekonomi dan Budaya
KPH Balapulang dengan luas wilayah 29.790,13 hektar dikelilingi oleh 61 desa yang terdiri dari 37 desa di wilayah Kabupaten Brebes, 24 desa di Kabupaten
Tegal. Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Penerapan Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat mendorong pihak manajemen untuk membentuk desa model sejak tahun 2002. Setiap desa memiliki petak pangkuan dimana masyarakat dapat
ikut berperan serta dalam mengelola hutan. Dari data laporan penjajagan kebutuhan pengembangan layanan
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di 22 kecamatan yang terdapat di areal kerja KPH Balapulang, jumlah KK di wilayah sekitar KPH Balapulang adalah
100.618 KK. Sebagian besar penduduk sekitar hutan KPH Balapulang menggantungkan mata pencaharian di sektor pertanian.
Pengelolaan hutan membawa pengaruh pada budaya Masyarakat Desa Hutan MDH yang bersifat positif. Pengaruh budaya itu diantaranya pola pikir
MDH semakin maju, baik dan modern. MDH telah mengadopsi tehnik-tehnik pengelolaan hutan dengan baik. Bahkan pola pikir MDH lebih rasional dalam
menghadapi permasalahan, lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain. Telah terjalin komunikasi yang baik antar warga dan pengelola hutan.
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, Perhutani juga senantiasa berusaha melestarikan situs budaya masyarakat di wilayah KPH
Balapulang. Perhutani tidak hanya merawat situs budaya tersebut, namun juga menjaga dan melindungi kelestariannya. Hal tersebut dilakukan oleh perhutani
dengan berbagai cara, termasuk diantaranya adalah: 1. Tidak melakukan penebangan pohon disekitar situs budaya masyarakat
2. Penetapan kawasan situs budaya masyarakat menjadi LDTI Lapangan Dengan Tujuan Istimewa atau KPS Kawasan Perlindungan Setempat.
4.2 Sistem Pengolahan Hutan Bersama Masyarakat di Perum Perhutani
KPH Balapulang
PHBM merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang sedang dilaksanakan oleh KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah. PHBM merupakan program kerjasama antara Perum Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan dalam mengelola hutan. Sistem ini mulai dilaksanakan
pada tahun 2001. Pada KPH Balapulang program ini dilaksanakan pada tahun 2004. Program PHBM ini bertujuan untuk meningkatkan peran dan tanggung
jawab Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui
pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kemitraan. Maka dengan program ini Perhutani dan masyarakat sekitar hutan mempunyai tanggung jawab yang
sama dalam mengelola hutan. Sistem dalam PHBM ini yaitu mengikutsertakan dan memberdayakan masyarakat sekitar hutan dengan turut menjaga hutan.
Dalam menjalankan program ini, terdapat beberapa tahapan kegiatan didalamnya yaitu sosialisasi sistem PHBM kepada pihak internal dan eksternal,
pemetaan wilayah hutan menjadi wilayah-wilayah Hutan Pangkuan Desa HPD serta inventarisasi potensi desa dan potensi hutan, pembentukan kelembagaan
desa LMDH, penyusunan rencana dan strategi pengelolaan hutan antara Perum Perhutani dan LMDH, penandatanganan perjanjian kerja sama PKS PHBM
antara Perum Perhutani dan LMDH, dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PHBM.
Program PHBM pada KPH Balapulang turut berperan dalam aspek sosial ekonomi masyarakat sekita hutan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peran PHBM secara langsung dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat sekitar hutan dengan bantuan dana sharing yang bermanfaat bagi pengembangan
desa tersebut atau bagi hasil baik berupa kayu maupun non-kayu yang turun langsung dari Perum Perhutani serta penyerapan tenaga kerja, contohnya anggota
LMDH dapat menjadi bagian dalam penjagaan kawasan hutan yang tergabung dalam Pamswakarsa. Sedangkan peran PHBM secara tak langsung yaitu dengan
diadakannya sisitem tumpangsari, dimana para anggota LMDH yang aktif dapat berperan menjadi pesanggem atau petani hutan untuk diperbolehkan menggarap
lahan Perum Perhutani dengan aturan yang telah disepakati pada perjanjian kerja sama antara Perum Perhutani dengan LMDH.
Kerjasama yang terjalin antara Perum Perhutani dengan LMDH berbeda di setiap LMDH nya, tergantung akte notaris yang dibuat untuk mengatur segala
bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Perjanjian kerjasama yang telah disetujui oleh kedua belah pihak merupakan pedoman dalam mengatur bentuk kerjasama,
kegiatan yang akan dilankukan serta dalam menentukan pembagian hasil dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.
4.3 Kondisi Umun Desa Banjaranyar