Kondisi Topografi Kondisi Demografi Kondisi Ekonomi dan Potensi Desa

bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Perjanjian kerjasama yang telah disetujui oleh kedua belah pihak merupakan pedoman dalam mengatur bentuk kerjasama, kegiatan yang akan dilankukan serta dalam menentukan pembagian hasil dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.

4.3 Kondisi Umun Desa Banjaranyar

4.3.1 Kondisi Topografi

Desa Banjaranyar terletak di Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal didalam kawasan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Margasari KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Desa ini beriklim tropis dan bertopografi datar terletak pada 7°513 LS dan 109°459 BT. Sebagian besar tanah pada desa ini merupakan tanah kapur, tetapi tanah ini merupakan tanah yang subur untuk ditanami tanaman kehutanan dan tanaman pertanian. Luas Desa Banjaranyar yaitu 542.590 ha, yang terdiri dari : a. Tanah sawah : 473.395 ha b. Pemukiman : 43.395 ha c. Tanah Fasilitas Umum : 25.800 ha Desa ini berada pada ketinggian 90 mdpl. Tipologi desa ini merupakan desa sekitar hutan, dimana desa ini dikelilingi oleh hutan milik KPH Balapulang.

4.3.2 Kondisi Demografi

Desa Banjaranyar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Jumlah penduduk di desa ini sebanyak 8.807 jiwa, dengan 4.421 penduduk laki-laki dan 4.386 penduduk perempuan. Desa ini mempunyai 2.547 Kepala Keluarga KK. Tingkat pendidikan penduduk di desa ini mayoritas hanya sampai Sekolah Dasarsederajat, mengingat kondisi ekonomi penduduk desa Banjaranyar kurang mampu tersaji pada gambar 1. Gambar 1. Kondisi rumah pesanggem dengan keadaan ekonomi yang kurang mampu.

4.3.3 Kondisi Ekonomi dan Potensi Desa

Mata pencaharian pokok desa ini mayoritas buruh tani yaitu sebanyak 2.184 orang dan mayoritas kedua yaitu sebagai petani sebanyak 1.168 orang. Dengan begitu hubungan masyarakat desa banjaranyar dengan sektor lingkungan sangatlah dekat. Berdasarkan penuturan dari masyarakat setempat, kondisi perekonomian rata-rata di desa mereka sangat memprihatinkan, apalagi bagi buruh tani yang tidak mempunyai lahan sendiri untuk mereka tanami, dari mana lagi mereka mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk keluarga mereka kalau bukan menjadi buruh tani, sedangkan peluang sebagai buruh tani tidaklah banyak, apalagi kebanyakan orang juga menginginkan pekerjaan tersebut karena tidak ada pekerjaan lain yang mudah didapat di daerah sekitar mereka. Dengan adanya program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM dari Perhutani, masyarakat merasa terbantu, karena program tersebut memperbolehkan masyarakat sekitar hutan untuk mengelolah lahan perhutani untuk mereka tanami dengan tanaman palawija. PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan stakeholder dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlajutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proposional Perum Perhutani 2009. Program tersebut dilakukan dengan sistem tumpangsari, dimana tanaman palawija yang akan mereka tanami, ditanam dibawah tegakan jati yang masih berumur muda atau bahkan lahan yang belum ditanami kembali setelah kegiatan penebangan di petaklokasi tersebut. Dengan adanya program PHBM tersebut penduduk yang tidak memiliki lahan sendiri untuk mereka olah akhirnya bisa melakukan kegiatan bercocok tanam dengan mengikuti program PHBM. Para petani yang mengikuti program tersebut harus turut menjaga tegakan jati muda dari pencurian atau hewan ternak dan bantu melaporkan ke pihak Perhutani apabila ada pohontegakan yang tumbang akibat bencana alam atau lainnya. Lahan tersebut disediakan oleh pihak Perhutani dengan letak dan luas yang telah ditentukan. Luas yang digarap oleh pesanggem yaitu 0,25 hapesanggem. Pembagian lahan garapan ini ditentukan oleh Ketua LMDH. Untuk dapat mengelola lahan perhutani tersebut, para petani harus menjadi anggota aktif Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH di Desa Banjaranyar. LMDH adalah lembaga masyarakat desa yang berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat, yang anggotanya berasal dari unsur lembaga desa dan atau unsur masyarakat yang ada di desa tersebut yang mempunyai kepedulian terhadap sumberdaya hutan Perhutani 2009. LMDH ini berada didalam kawasan KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah tersaji pada gambar 2 a dan b. LMDH Wana Bumi Tirta Makmur mempunyai anggota sebanyak 180 orang, tetapi yang masih aktif dalam menggarap lahan perhutani sebanyak 42 orang yang sebagian besar didominasi oleh laki-laki. a b Gambar 2. KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah a, LMDH Wana Bumi Tirta Makmur Desa Banjaranyar b Tanaman yang biasa ditanam oleh para petani atau pesanggem pada lahan perhutani yaitu padi gogo dan jagung, karena menurut para pesanggem padi gogo dapat ditanam pada tanah yang tidak terlalu banyak mengandung air karena lebih mengandalkan air hujan, mengingat pada lahan perhutani sulit didapat sumber mata air, sedangkan untuk jagung bisa ditanam meskipun lokasi tidak banyak mendapat sinar matahari. Menurut Hantoro 2007, tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah, kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan dan padi gogo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Oleh sebab itu para pesanggem memilih padi gogo untuk mereka tanam lahan perhutani. a b Gambar 3. Padi gogo yang ditanamin pada lahan Perhutani yang belum ditanam kembali a, Tanaman jagung yang mengering karena kemarau ditanam dilahan yang bertegakan jati muda

4.4 Gambaran Umum Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH Wana Bumi Tirta Makmur KPH Balapulang

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Unit II Di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

0 5 7

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERUM PERHUTANI UNIT II DI DESA SUMBERSALAK KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER (STUDI KASUS DI LMDH WANA ASRI SUMBER SALAK)

1 5 15

Partisipasi Masyarakat dalam Progratn Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat: Kasus di Wana Wisata Curug Cilember RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 8 78

Tinjauan Penyelenggaran Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : Studi Kasus di RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

0 2 113

Analisis gender dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) kasus di Desa Pulosari, RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 19 56

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Peranan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah

1 41 109

Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap sistem PHBM di Perum Perhutani (Kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat)

1 13 177

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

PEMBERIAN HAK KELOLA LAHAN OLEH PERHUTANI KEPADA MASYARAKAT DESA HUTAN MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI PERUM PERHUTANI KPH BLORA.

0 0 1