Tabel 8 Tingkat pendidikan responden
Tingkat Pendidikan Jumlah orang
Presentase Tidak Bersekolah
12 40,00
SD 14
46,67 SMP
1 3,33
SMA 3
10,00 Jumlah
30 100,00
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebanyak 14 orang 46.67 responden dengan tingkat pendidikan hanya sampai tingkat SD dan sebanyak 40 orang 40
tidak bersekolah. Rendahnya tingkat pendidikan dipicu oleh besarnya biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dari tabel diatas jenjang pendidikan responden yang rata-rata hanya sampai sekolah dasar SD maka dapat digolongkan bahwa responden atau dalam
hal ini pesanggem yang menggarap lahan Perum Perhutani memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah.
Tingkat pendidikan yang masih rendah menyebabkan keterbatasan kemampuan apalagi disertai dengan tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup
rumah tangga sehingga kebanyakan usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya adalah hanya dengan menggarap lahan yang
telah disediakan oleh Perum Perhutani, meneruskan kelola lahan yang telah diwariskan atau pergi keluar desa untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Tingkat pendidikan itu sendiri berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan responden dan terhadap cara responden dalam merespon pasar atau
pun kebutuhan kemudian mengaplikasikannya pada lahan garapan mereka serta diharapkan dapat meningkatkan partisipasi responden dalam program PHBM.
5.1.3 Ukuran Keluarga Responden
Menurut BKKBN 1994 ukuran keluarga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil ≤ 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar
≥ 8 orang. Ukuran keluarga yang dimaksud oleh BKKBN adalah jumlah
keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Berikut tabel yang menunjukan ukuran keluarga pesanggem yang tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan ukuran keluarga inti
Ukuran Keluarga inti Jumlah orang
Persentase Kecil
20 66,67
Sedang 9
30,00 Besar
1 3,33
Jumlah 30
100,00
Dari data yang diperoleh pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa sebagian besar ukuran keluarga responden adalah keluarga kecil dengan persentase sebesar
66,67, disusul dengan keluarga sedang dengan persentase sebesar 30.
5.1.4 Pekerjaan Utama Dan Sampingan Responden
Menggarap lahan perhutani merupakan pekerjaan utama saat ini bagi sebagian besar pesanggem di Desa Banjaranyar karena sebagian besar waktu
mereka, mereka curahkan pada pekerjaan tersebut, sejak matahari terbit hingga sore hari, mereka habiskan untuk berladang pada lahan tersebut, tahap demi tahap
mereka lakukan sepenuh hati agar tanaman mereka tumbuh subur dan dapat dipanen dengan kualitas yang baik dan jumlah yang banyak. Merekapun selalu
bergantung dengan hasil yang mereka dapatkan saat panen tiba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, meskipun bagi mereka hasil dari
menggarap tersebut tidak seberapa besar, tetapi mereka tetap bangga akan pekerjaan tersebut, bagi mereka hanya pekerjaan itulah yang dapat mereka
lakukan seutuhnya dalam menyangga kehidupan yang mereka jalani. Menggarap lahan perhutani pun merupakan pekerjaan tetap bagi para pesanggem, setiap hari
mereka selalu merawat dan menjaga tanaman mereka agar tetap tumbuh subur. Selain menggarap lahan Perum Perhutani yang merupakan pekerjaan
utama bagi sebagian besar pesanggem, sebagian dari mereka pun mempunyai pekerjaan sampingan untuk memambah penghasilan mereka selain dari
menggarap, antara lain adalah sebagai tukang kayu, buruh kerja, buruh tani, hansip, pedagang, dukun bayi, maupun pamswakarsa. Pekerjaan seperti tukang
kayu, buruh kerja maupun dukun bayi tidak mereka lakukan setiap hari, tergantung ada atau tidaknya orang yang memerlukan jasa mereka untuk
melakukan hal tersebut. Lain halnya dengan pekerjaan sebagai buruh tani, hansip ataupun pamswakarsa, pekerjaan ini rutin dilakukan setiap harinya, tetapi diwaktu
yang berbeda dengan pekerjaan utama mereka sebagai pesanggem. Pekerjaan sebagai hansip dan pamswakarsa mereka lakukan di malam hari dengan
berkeliling di lokasi yang mereka jaga untuk memastikan keamanan pada lokasi tersebut. Pamswakarsa adalah suatu pekerjaan dibawah program PHBM dalam
bidang keamanan hutan, dimana para anggota pamswakarsa berkewajiban menjaga keamanan suatu wilayah hutan dalam suatu pangkuan LMDH dan
anggota pamswakrsa merupakan anggota aktif suatu LMDH, teknis kerja pamswakrsa pun berkelompok dalam melakukan patroli malam.
Sebelum adanya program PHBM para pesanggem merasa terluntang- lantung, karena tidak mempunyai pekerjaan tetap dan hal yang mahir mereka
lakukan adalah bercocok tanam sedangkan lahan untuk mereka garap tidak ada, karena mereka tidak mempunyai lahan sendiri untuk mereka tanami. Saat itu
mereka hanya mengandalkan pekerjaan sebagai buruh tani, tetapi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut tidaklah mudah, karena tidak sedikit yang
menginginkan pekerjaan tersebut sedangkan tersedianya pekerjaan tersebut sangatlah terbatas. Antara banyaknya lahan yang akan digarap dengan banyaknya
orang yang menginginkan menjadi buruh tani tidaklah seimbang, maka lahan pekerjaan tersebut tidaklah memadai. Ada beberapa alternatif pekerjaan yang
dapat dikerjakan oleh para pesanggem, yaitu sebagai buruh kerja, tukang batu dan sebagainya, tetapi pekerjaaan tidak memiliki intensitas yang rutin dan penghasilan
dari pekerjaan tersebut pun tidak tetap, sehingga pekerjaan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pekerjaan utama bagi para pesanggem.
Sejak adanya program PHBM dari Perum Perhutani yang secara garis besar bertujuan untuk membantu menyejahterakan masyarakat sekitar hutan, maka
masyarakat dapat berbahagia. Program tersebut menyediakan lahan milik Perum Perhutani untuk boleh digarap oleh masyarakat sekitar hutan yang
memerlukannya, dengan pola timbal balik yang mengharuskan mereka turut menjaga keamanan hutan dengan cara menjaga tegakan jati muda milik perhutani
dari ancaman hewan ternak maupun dari pencurian. Masyarakat dapat menanami lahan tersebut dengan tanaman pertanian diareal lahan yang belum mulai ditanami
kembali pasca panen ataupun dibawah tegakan jati yang berumur muda dengan
sistem tumpangsari. Berikut data yang menyajikan sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaannya yang tersaji pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan
Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan
Jumlah Persentasi
responden Pesanggem
- 8
26,67 Pesanggem
Buruh Kerja 5
16,67 Pesanggem
Tukang Kayu 1
3,33 Pesanggem
Tukang Batu 1
3,33 Pesanggem
Pedagang 1
3,33 Pesanggem
Dukun Bayi 1
3,33 Buruh Tani
Pesanggem 10
33,33 Hansip
Pesanggem 1
3,33 Perangkat Desa
Pesanggem 1
3,33 Pamswakarsa
Pesanggem 1
3,33 Jumlah
30 99.98
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengganggap menjadi pesanggem merupakan pekerjaan utama mereka
yaitu sebanyak 56,67, sedangkan yang mengganggap menjadi pesanggem merupakan pekerjaan sampingan yaitu sebanyak 43,33.
5.1.5 Luasan yang Dikelola dan Jenis Tanaman