memutuskan suatu perkara yang dihadapkan kepadanya, pertama hakim harus melihat pada hukum tertulis. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
keputusan onslag van rechtvervolging yang diterjemahkan sebagai keputusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum.
Dasar hukum dari pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum yang diatur dalam KUHAP, Hakim dalam menjatuhkan suatu keputusan yang
mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum, oleh karena perbuatan- perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa di dalam surat dakwaan
adalah bukan merupakan suatu kejahatan atau pelanggaran yang dapat dipidana.
49
Hal- hal yang dapat dijadikan alasan bagi hakim untuk menjatuhkan keputusan pelepasan dari segala tuntutan ini ada dua macam, yaitu apabila
menurut pendapat hakim, peristiwa- peristiwa yang dalam surat dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa adalah terbukti, akan tetapi yang terang terbukti itu
tidak merupakan suatu kejahatan dan pelanggaran yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, dan juga apabila ada keadaan istimewa
yang mengakibatkan bahwa terdakwa tidak dapat dijatuhi suatu hukuman pidana menurut beberapa pasal dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Berikut ini
akan dijabarkan mengenai hal tersebut.
1. Alasan pelepasan dari segala tuntutan hukum dalam KUHAP dan
RUU KUHAP
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum disebabkan karena terdakwa terbukti melakukan perbuatan, tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak
pidana. Ketika hakim berpendapat bahwa peristiwa- peristiwa yang ada dalam
49
Ibid.
surat dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, namun yang terbukti itu tidak merupakan suatu kejahatan atau pelanggaran, maka terdakwa dalam
putusan hakim harus dilepas dari segala tuntutan hukum, sebagaimana disebutkan pada pasal 191 ayat 1 KUHAP. Sebenarnya, jika perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa bukan tindak pidana baik itu kejahatan maupun pelanggaran, maka seharusnya sejak permulaan hakim tidak menerima tuntutan jaksa niet
ontvankelijk verklaring van het openbare ministrie.
50
Hal ini kemudian dijawab oleh putusan H. R. tanggal 30 April 1849 W 6498, yang mengatakan bahwa jka
suatu dakwaan perbuatan yang didakwakan tersebut bukan merupakan suatu delik, maka hakim harus memutuskan pembebasan dari tuntutan, dan bukan pembatalan
terdakwa.
51
Hakim yang memeriksa perkara tersebut harus memperhatikan isi surat dakwaan untuk bisa membuat kesimpulan. Karena surat dakwaan merupakan
dasar penting hukum acara pidana, karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa suatu perkara. Pemeriksaan didasarkan kepada
surat dakwaan dan menurut Nederburg, pemeriksaan tidak batal jika batas- batas dilampaui, namun putusan hakim hanya boleh mengenai peristiwa- peristiwa yang
terletak dalam batas itu. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kalaupun ternyata perbuatan
terdakwa bukan merupakan tindak pidana, maka tuntutan jaksa tetap tidak bisa ditolak.
52
50
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Op. Cit., halaman 288.
Jadi, berdasarkan rumusan surat dakwaan dibuktikan kesalahan terdakwa. Pemeriksaan sidang tidak boleh menyimpang dari apa yang
dirumuskan dalam surat dakwaan. Persidangan tidak boleh melakukan
51
Martiman Prodjohamidjojo, Membuatt Surat Dakwaan, Ghalia Indonesia : Jakarta, 2002, halaman 44.
52
Andi Hamzah, Op. Cit., halaman 167.
pemeriksaan terhadap kejahatan dan keadaan lain. Itulah sebabnya undang- undang mewajibkan penuntut umum untuk menyusun rumusan surat dakwaan
yang yang jelas, supaya mudah mengarahkan jalnnya pemeriksaan sidang. Ketika berdasarkan surat dakwaan, ternyata peristiwa- peristiwa yang terbukti di
persidangan menunjukkan bahwa apa yang didakwakan terhadap terdakwa bukan merupakan perbuatan pidana, maka terdakwa akan dilepas dari segala tuntutan
hukum. Barangkali hanya berupa quasi tindak pidana, seolah- olah penyidik dan penuntut umum melihatnya sebagai perbuatan tindak pidana.
53
Berbeda dengan putusan pembebasan terdakwa, yang menyatakan bahwa terdakwa diputus bebas dari tuntutan hukum yang diancamkan oleh pasal pidana
yang didakwakan kepadanya. Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum ini, terdakwa bukan dibebaskan dari ancaman pidana, akan tetapi ‘dilepaskan dari
penuntutan’. Jadi, seperti telah disebutkan di awal bahwa ketika perbuatan yang didakwakan terhadap seorang terdakwa terbukti, namun ternyata perbuatan
tersebut bukan merupakan perbuatan pidana, maka terdakwa dilepas dari segala tuntutan hukum. dan juga masih diberi kemungkinan untuk mengajukan kasus
tersebut dalam peradilan perdata. Ada kalanya,
terdakwa yang diputus lepas dari segala tuntutan hukum, dapat dituntut di hadapan sidang peradilan perdata.
54
Pengaturan mengenai alasan penjatuhan putusan lepas dari segala tuntutan ini lebih dipertegas lagi dalam RUU KUHAP. Putusan lepas dari segala tuntutan
hukum dicantumkan dalam pasal 187 ayat 3 RUU KUHAP, yang pada dasarnya menyebutkan :
53
Yahya Harahap, Loc. Cit.
54
Ibid, halaman 353.
“Jika hakim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi ada dasar peniadaan pidana, terdakwa diputus
lepas dari segala tuntutan hukum”.
Rumusan yang dimuat dalam RUU KUHAP ini sedikit berbeda dengan rumusan KUHAP, karna dalam KUHAP hanya disebutkan bahwa putusan lepas
dari segala tuntutan hukum itu dapat dijatuhkan ketika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan
itu tidak merupakan suatu tindak pidana, tanpa menyebutkan hal apa yang dapat dijadikan alasan atau patokan bahwa suatu perbuatan yang terbukti itu bukanlah
merupakan kategori suatu tindak pidana. Sementara dalam RUU KUHAP ini dengan tegas disebutkan bahwa ketika suatu perbuatan terbukti merupakan suatu
tindak pidana, namun bila terdapat adanya alasan pembenar pidana, maka terdakwa dijatuhkan putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum. Jadi, pada
dasarnya ketentuan mengenai alasan yang dapat dijadikan dasar penjatuhan putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum antara KUHAP dan RUU KUHAP
tujuannya sama, hanya saja penyusunan substansinya berbeda, dengan maksud agar tidak terjadi kebingungan dalam menetapkan suatu keputusan pelepasan dari
segala tuntutan hukum dalam pemeriksaan persidangan.
2. Alasan pelepasan dari segala tuntutan hukum dalam KUHP dan