Latar Belakang Masalah Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia sangat dibutuhkan oleh setiap orang sesuai dengan perannya masing- masing, terutama pula sebagai aparat penegak hukum yang dalam hal ini adalah tonggak utama dalam proses penegakan hukum pidana di negara Indonesia yang adalah merupakan Negara Hukum, 1 sebagaimana tercantum dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kesadaran ini menjadi penting karena, ketika terjadi penyalahgunaan wewenang oleh aparat penegak hukum ini, maka akan berdampak buruk bagi penegakan hukum itu sendiri. Sebagai negara hukum, Indonesia pada hakikatnya hukum berfungsi sebagai perlindungan agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. 2 Perlindungan hukum dirasakan begitu pentingnya dewasa ini karena semakin maraknya permasalahan hukum, khususnya terjadinya tindak pidana. Tindak pidana merupakan perbuatan yang merugikan tata kehidupan sosial. Perkembangan tindak pidana menimbulkan dampak yang begitu besar kepada kehidupan masyarakat. Berbagai macam kualifikasi tindak pidana yang terjadi tengah- tengah masyarakat. Salah satu tindak pidana yang tidak jarang ditemukan adalah kejahatan terhadap harta benda, seperti tindak pidana penggelapan sebagaimana diatur dalam KUHP. Tindak pidana ini paling sering dilakukan seseorang dalam jabatan atau kedudukan yang dimilikinya. Dengan perkataan lain, pelaku menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya. Hal ini juga 1 Pasal 1 ayat 3 UUD NRI 1945. 2 Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana dalam Perspektif Kriminologi, Genta Publishing: Medan, 2014, halaman 37. merupakan salah satu bukti bahwa masih kurangnya kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu disinilah dibutuhkan pelaksanaan dan penegakan hukum secara tegas, agar dapat memberantas tindak pidana yang meresahkan masyarakat. Pelaksanaan hukum merupakan salah satu cara untuk menciptakan tata tertib, keamanan, ketentraman, dalam masyarakat. Pelaksanaan hukum ini, dapat melalui usaha penegakan, maupun usaha pemberantasan atau penindakan karena terjadinya pelanggaran hukum, dengan kata lain melalui upaya represif maupun preventif. Secara umum, hukum pidana berfungsi mengatur kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum. Tujuan dari negara yang menganut sistem negara hukum sebagaimana negara Indonesia adalah untuk mencapai suatu kehidupan yang adil dan makmur bagi warganya, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu cara dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan menempatkan masalah hukum pada tempatnya, sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Artinya, hukum dijadikan kaidah yang disepakati bersama sebagai alat untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat. Oleh karena itu harus ditaati bersama oleh seluruh lapisan masyarakat, terlebih oleh aparatur penegak hukum, dengan cara menjalankan hak dan kewajibannya sebagaimana mestinya. Pengadilan merupakan salah satu tempat mencari keadilan dan kebenaran dari suatu permasalahan hukum yang terjadi di negara Indonesia. Badan peradilan ini adalah salah satu jalan untuk mendapatkan penyelesaian suatu perkara dalam sebuah negara hukum. Sebagaimana disebutkan pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman, disebutkan bahwa tujuan Hukum Acara Pidana adalah sebagai berikut : “Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak- tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap- lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara tepat dan jujur dengan tujuan mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan”. Hukum Acara Pidana juga berperan dalam mengatur dan menentukan bagaimana badan- badan pemerintah yang berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan dari hukum acara pidana sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Jadi, hukum acara pidana ini memberikan pembatasan kekuasaan badan- badan pemerintah tersebut sehingga tidak terjadi kesewenangan, karena di lain pihak kekuasaan badan- badan tersebut juga merupakan jaminan bagi berlakunya hukum, sehingga hak asasi setiap warga negara terjamin. Upaya penegakan hukum ini, harus didukung dengan adanya kerjasama antara kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan sesuai dengan tugasnya masing- masing sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang- undang. Selain itu, aparat penegak hukum juga harus memiliki kredibilitas dan moralitas yang tinggi dalam mewujudkan cita- cita hukum yang sebenarnya, supaya kiranya keadilan dapat terwujud. Dalam mengahadapi tugasnya, aparat penegak hukum diharapkan mampu melaksanakan tugas sebaik- baiknya. Tingkah laku penegak hukum dianggap menjadi panutan masyarakat. Oleh karena itu, apabila aparat penegak hukum berbuat kesalahan dalam menjalankan tugasnya yang mengakibatkan kerugian warga masyarakat, akan menurunkan citra dan wibawa penegak hukum itu sendiri. Hakim memegang peranan penting dalam memutus suatu perkara, karena kewajibannya menegakkan hukum di tengah- tengah masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Hakim harus selalu berpegang pada prinsip keadilan yang bebas dan tidak memihak seperti yang dituangkan dalam pasal 1 Undang- undang Nomor 4 tahun 2004, “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia”. Hakim harus memperhatikan keadilan berdasarkan Pancasila, yang tidak hanya didasarkan pada kodifikasi hukum saja, melainkan juga harus mempertimbangkan dan mengingat perasaan keadilan yang hidup di dalam masyarakat. Pembuktian juga turut mempengaruhi dan menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam membuat putusannya. Unsur pembuktian menjadi unsur vital yang dijadikan bahan pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan, apakah itu putusan bebas, pemidanaan, atau bahkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum onslaag van rechtsvervolging. Oleh karena itu pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, merupakan bagian terpenting dalam hukum acara pidana. 3 Hakim berdasar pada surat dakwaan dalam memeriksa dan memutus suatu perkara, artinya pemeriksaan dan putusan Hakim haruslah sesuai dengan batasan surat dakwaan tersebut. Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan isi surat dakwaan itulah Hakim akan memeriksa perkara. 3 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta, 2008, halaman 249. Dengan demikian, terdakwa hanya dapat dipidana jika terbukti telah melakukan delik yang disebutkan dalam surat dakwaan. Jika terdakwa terbukti melakukan delik yang tidak disebutkan dalam surat dakwaan, maka ia tidak dapat dipidana. Dengan kata lain, atas landasan surat dakwaan inilah ketua sidang memimpin dan mengarahkan jalannya seluruh pemeriksaan baik yang menyangkut pemeriksaan alat bukti maupun yang berkenaan dengan barang bukti. Hakim dengan demikian dalam menjatuhkan putusan berdasarkan berbagai macam pertimbangan. Namun sering kali putusan Hakim menjadi kontroversi dan ditentang oleh berbagai pihak, seperti halnya dalam penjatuhan putusan lepas dari segala tuntutan hukum ontslag van rechtsvervolging. Dalam putusan lepas dari segala tuntutan hukum, biasanya Penuntut Umum akan melakukan upaya hukum kepada Pengadilan yang tingkatannya lebih tinggi. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum ini adalah apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana. Penjatuhan putusan lepas dari segala tuntutan hukum hendaknya benar-benar mencerminkan keadilan, dimana harus didukung dengan bukti-bukti yang ada, sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan dengan keyakinan hakim bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah bukan merupakan suatu tindak pidana atau dengan adanya keadaan-keadaan istimewa sehingga hal tersebut menajdi pertimbangan bagi Hakim untuk memutuskan terdakwa dilepas dari segala tuntutan hukum. Jadi ketika seseorang melakukan tindak pidana yang meresahkan masyarakat seperti halnya tindak pidana penggelapan dan kemudian diputus dengan putusan lepas dari segala tuntutan hukum onslag van rechtsvervolging, padahal berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan bahwa pasal yang didakwakan padanya telah terbukti, maka tentunya masyarakat sudah sepatutnya mempertanyakan apa yang melandasi hal tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk meneliti segala sesuatu hal yang mendasari dijatuhkannya putusan tersebut termasuk pertimbangan hakim, agar rasa keadilan masyarakat tidak terlukai. Pertimbangan Hakim memegang peranan penting dalam memutuskan terdakwa dalam suatu perkara pidana dilepaskan dari segala tuntutan hukum. Namun, apakah selamanya pertimbangan Hakim tersebut sudah bisa diterima oleh terdakwa, Penuntut Umum, bahkan masyarakat? Hal ini perlu dicermati pula. Kemudian, setelah putusan lepas dari segala tuntutan hukum ini ditetapkan oleh Hakim, masih ada hal yang perlu diteliti, yaitu sesuai tidaknya putusan tersebut dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, karena kemungkinan itu selalu ada. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul, “PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM ONSLAG VAN RECHTSVERVOLGING TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN STUDI KASUS PUTUSAN NO. 171 Pid.B 2011 PN. SMI”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan pedoman untuk penelitian dan penulisan suatu masalah yang akan diteliti, memudahkan penulis dalam membahas permsalahan, serta memandu penulis agar mencapai sasaran sesuai dengan harapan, tidak terlalu luas, dan yang lebih utamanya adalah terarah. Untuk itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka berikut ini akan dikemukakan masalah- masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut : 1. Apa saja Jenis Putusan yang dapat Dijatuhkan Pengadilan terhadap suatu Perkara Pidana? 2. Kapan Hakim dapat Menjatuhkan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum Onslag Van Rechtsvervolging? 3. Bagaimana Analisis Hukum atas Penjatuhan Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum Onslag Van Rechtsvervolging terhadap Kasus No. 171 Pid.B 2011 PN. SMI?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

8 132 131

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Analisis Kriminologi Dan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penggelapan Mobil Rental (Analisis 4 Putusan Hakim Pengadilan Negeri)

13 165 94

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Analisis terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Putusan Pengadilan...

0 48 5

Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Hakim Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg Dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg)

1 8 31

BAB II JENIS- JENIS PUTUSAN YANG DIJATUHKAN PENGADILAN TERHADAP SUATU PERKARA PIDANA - Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

0 0 36

Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

0 0 12