Kesimpulan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

110 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Setelah hakim memandang bahwa pemeriksaan sidang sudah selesai dan telah ditutup, maka hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan. Adapun keputusan yang dapat dijatuhkan oleh hakim, terdiri dari tiga kemungkinan, yaitu putusan pemidanaan, putusan bebas, dan juga putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum. Putusan pemidanaan dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Adapun putusan bebas dijatuhkan apabila hakim tidak memperoleh keyakinan mengenai kebenaran dengan kata lain mengenai pertanyaan apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan atau ia yakin bahwa apa yang didakwakan tidak atau setidak- tidaknya bukan terdakwa yang melakukannya. Terakhir adalah putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum, yang dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana. 2. Alasan- alasan atau dasar dari penjatuhan putusan lepas dari segala tuntutan hukum oleh hakim ini adalah beberapa hal yang telah disebutkan dalam KUHAP dan KUHP. Sebagai bahan pertimbangan juga akan dibahas mengenai alasan penjatuhan putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang dimuat dalam RUU KUHAP dan Konsep KUHP baru. Alasan yang disebutkan dalam KUHAP dapat dilihat dalam rumusan pasal 191 ayat 2, yaitu apabila menurut pendapat hakim peristiwa yang dalam surat dakwaan yang didakwakan terhadap terdakwa adalah terbukti, namun perbuatan yang terbukti itu bukanlah merupakan tindak pidana, baik itu kejahatan maupun pelanggaran. Jadi, dalam rumusan pasal ini, hanya disebutkan bahwa suatu perbuatan ternyata bukanlah kategori tindak pidana, tanpa menyebutkan seperti apa kategori tindak pidana itu sendiri. Berbeda dengan RUU KUHAP yang dengan tegas menyebutkan dalam pasal 187 ayat 3 bahwa putusan lepas dari segala tuntutan hukum dijatuhkan apabila hakim berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi ada dasar peniadaan pidana. Jadi, terlihat jelas alasan apa yang dapat mendasari dijatuhkannya putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum tersebut. Alasan yang disebutkan dapat menjadi dasar penjatuhan putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum ini dalam KUHP adalah adanya alasan- alasan khusus yang mengakibatkan terdakwa tidak dapat dijatuhi suatu hukuman pidana, seperti pasal 44, 45, 48, 49, 50, dan pasal 51 KUHP, yang lebih dikenal dengan alasan peniadaan pidana. Alasan peniadaan pidana dalam KUHP ini tidak membedakan antara alasan pemaaf dan alasan pembenar. Dalam konsep KUHP baru, alasan peniadaan pidana ini dikelompokkan dalam dua jenis, kelompok pertama yaitu alasan pembenar pada paragraf 8, yang terdiri dari pasal 31 sampai dengan pasal 35, serta kelompok kedua yaitu alasan pemaaf pada paragraf 5, yang terdiri dari pasal 42 sampai dengan pasal 46. Alasan pembenar ini meliputi, perbuatan yang dilakukan untuk melaksanakan peraturan perundang- undangan, perintah jabatan, perbuatan yang dilakukan karena adanya keadaan darurat, pembelaan dengan seketika, dan juga tidak adanya sifat melawan hukum materiil. Alasan pemaaf meliputi, perbuatan yang dilakukan dengan keyakinan bahwa perbuatan tersebut bukanlah tindak pidana, perbuatan yang dilakukan karena paksaan dan ancaman, pembelaan terpaksa yang melampaui batas, atas perintah jabatan yang tanpa wewenang namun dilaksanakan dengan iktikad baik, tanpa kesalahan, menderita gangguan jiwa, serta belum mencapai umur 12 tahun. Kemudian terhadap putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum ini juga dapat dilakukan upaya hukum yaitu kasasi. Secara yuridis, permintaan kasasi terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum merupakan upaya hukum biasa yang dibenarkan undang- undang. Hal ini disebutkan dalam pasal 244 KUHAP. Sementara terhadap putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum ini tidak diperkenankan upaya hukum banding, sebagaimana ditegaskan pada pasal 67 KUHAP. Berbeda dengan KUHAP, RUU KUHAP memperkenankan dilakukannya upaya hukum banding di samping upaya hukum kasasi, sebagaimana tersirat dalam pasal 187 ayat 5, yang mengatakan bahwa jika terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum dan penuntut umum tidak mengajukan banding, maka terdakwa dilepaskan dari tahanan sejak putusan diucapkan. Kemudian dalam bagian umum penjelasan RUU KUHAP juga disebutkan bahwa terdakwa bisa mengajukan banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama, kecuali putusan bebas, dengan perkataan lain, putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum dapat diajukan upaya hukum banding. 3. Penjatuhan putusan lepas dari segala tuntutan hukum ontslag van rechtsvervolging oleh hakim dalam putusan No. 171 Pid. B 2011 PN. SMI sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana disebutkan dalam KUHAP. Keputusan yang demikian itu kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat, karena terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum, padahal perbuatannya sudah demikian jelas memenuhi unsur- unsur tindak pidana sebagaimana yang didakwakan padanya secara meyakinkan. Hakim melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum dengan alasan bahwa perbuatan terdakwa tersebut bukan merupakan lingkungan hukum pidana, namun lingkungan hukum administrasi, karena didasarkan pada keterangan salah seorang saksi dalam persidangan. Padahal apa yang dimaksudkan saksi tersebut adalah bukan menyangkut perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa, melainkan mengenai pelanggaran yang dilakukan terdakwa terhadap peraturan PT. Arta Boga Cemerlang yaitu ‘tidak bisa bekerja dalam dua tempat’.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

8 132 131

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Analisis Kriminologi Dan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penggelapan Mobil Rental (Analisis 4 Putusan Hakim Pengadilan Negeri)

13 165 94

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

Analisis terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Putusan Pengadilan...

0 48 5

Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Hakim Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg Dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg)

1 8 31

BAB II JENIS- JENIS PUTUSAN YANG DIJATUHKAN PENGADILAN TERHADAP SUATU PERKARA PIDANA - Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

0 0 36

Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van Rechtsvervolging) Terhadap Tindak Pidana Penggelapan (Studi Kasus Putusan Nomor: 171/ Pid. B/ 2011/ Pn. Smi)

0 0 12