Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesulitan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak yang Belum Mengecap Pendidikan SD

memiliki kekuatan apapun, tidak memiliki suara dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka sesungguhnya. Untuk itulah mereka membutuhkan pendamping yang bersuara untuk mereka, yang membantu mereka mendapatkan hak dan mendampingi mereka untuk mematuhi kewajibannya dalam PKH.

5.3.2 Ketepatan Sasaran 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesulitan dalam Pemenuhan

Kebutuhan Makan Sehari-hari Dalam penelitian ini, diperoleh bahwa semua responden mengaku mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh tingkat pekerjaan mereka yang tergolong kedalam pekerjaan yang berpenghasilan rendah. Pekerjaan rendah juga didasari karena mayoritas dari mereka memiliki pendidikan yang rendah sehingga mereka masuk kedalam lapisan masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah dan tidak berkesempatan untuk dapat diterima bekerja sebagai karyawan ataupun pihak yang memiliki penghasilan yang memadai. Berdasarkan fakta ini responden memang benar-benar layak untuk menerima bantuan PKH.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesulitan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dilapangan diperoleh kesimpulan bahwa semua responden mengaku mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Mereka mengaku bahwa biaya sekolah itu mahal, belum lagi ongkos untuk transportasi ke sekolah, biaya jajan anak, biaya Universitas Sumatera Utara untuk membeli buku, biaya untuk mengikuti les, biaya seragam sekolah dan sepatu sekolah. Semuanya membutuhkan biaya. Mereka mengaku bersyukur bahwa ada bantuan dari pemerintah seperti PKH yang membantu mereka menyekolahkan anak sampai ke tingkat SMP. Namun disamping itu mereka berharap bahwa bantuan pendidikan sebaiknya dilanjutkan sampai ketingkat SMA Sekolah Menengah Atas karena biaya pendidikan di SMA lebih tinggi dibandingkan biaya pendidikan di tingkat SD dan SMP.

3. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak yang Belum Mengecap Pendidikan SD

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan diperoleh kesimpulan bahwa semua reponden mengaku telah menyekolahkan anak mereka ditingkat SD. Mereka mengaku mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti PKH yang mewajibkan orangtua untuk menyekolahkan anak mulai dari tingkat pendidikan paling dasar yaitu SD. Mereka sangat bersyukur dengan adanya bantuan ini karena sangat membantu dalam mengurangi biaya sehari-hari. Tujuan dari PKH yang ingin mengurangi angka putus sekolah merupakan tujuan mereka semua sebagai orang tua. Mereka menginginkan pendidikan yang tinggi untuk anak mereka agar anak mereka dapat memperbaiki kondisi perekonomian mereka kelak. Anak-anaklah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Jika generasi muda banyak yang tidak mengecap pendidikan bagaimana mungkin negara ini bisa maju dengan kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai. Universitas Sumatera Utara 4. Ada Tidaknya Anak dalam Usia SD, SMP dan Anak Usia 15-18 Tahun yang Belum Menyelesaikan Wajib Belajar 9 Tahun Sumber: Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada diagram 5.10 dapat diketahui bahwa sebanyak 22 orang 92 mengaku telah menyekolahkan anak di tingkat SD dan SMP. Mereka menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting dan dapat mengubah kondisi kehidupan di masa yang akan datang. Mereka tidak menginginkan anak mereka memiliki nasib yang sama dengan mereka yang tidak menamatkan pendidikan SD dan SMP. Selain karena biaya pendidikan yang mahal, pada jaman dahulu kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak mereka masih kurang. Kebanyakan orangtua menganggap bahwa tugas anak adalah membantu orangtua bekerja, bukan untuk bersekolah. Sebanyak 2 orang 8 mengaku memiliki anak yang belum menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun. Hal ini terjadi karena responden tidak memiliki dana yang cukup untuk menyekolahkan anak. karena anak tersebut Universitas Sumatera Utara tidak bersekolah, akibatnya anak itu memiliki pergaulan yang bebas karena tidak adanya rutinitas yang tetap. Responden mengaku anak itu telah menikah dan memiliki keluarga yang baru sehingga tidak perlu lagi untuk melanjutkan pendidikannya.

5. Distribusi Responden Berdasarkan Ketepatan Terdaftar Sebagai Peserta PKH