yang baik dan memadai. Dengan adanya kucuran bantuan Program Keluarga Harapan ini diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi beban rumah tangga
sangat miskin yang menjadi penerima PKH di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor dalam mengakses pelayanan dasar tersebut.
Dengan terlaksananya Program Keluarga Harapan maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor”.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan
Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor?”
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kelurahan Titi Kuning
Kecamatan Medan Johor.
Universitas Sumatera Utara
I.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori
penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya khususnya Ilmu Kesejahteraan Sosial.
2. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta memberikan kontribusi bagi instansi terkait.
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam tiga bab, dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi
konsep, dan defenisi operasional.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya..
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas
Pada kamus besar Bahasa Indonesia, efektivitas diartikan sebagai sesuatu yang ada efeknya akibatnya,pengaruhnya dapat diartikan dapat membawa hasil,
berhasil guna serta dapat pula berarti mulai berlaku. Selanjutnya Bahasa Inggris, kata efektif yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan itu
berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi.
Menurut Cambel J.P pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah:
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat ouput dan input
5. Pencapaian tujuan menyeluruh
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan
prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian teorits dan praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang
dimaksud dengan efektivitas. Berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para
Universitas Sumatera Utara
ahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep efektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula.
Hidayat menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telh tercapai. Semakin besar
persentase target yang dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya. Gibson juga berpendapat efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas
usaha bersama Ibnu, 2009. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan
unsur-unsur efektifitas yaitu sebagai berikut: 1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau
tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan. 3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat
bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. 4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan
waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan padanya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas itu efektiv. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
a. Pendekatan sasaran
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan ini dalam pengukuran
efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai saasaran tersebut.
Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur
waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif.
b. Pendekatan sumber
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori
mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari
lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan imput lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga berujung pada lingkungannya. Sementara itu
sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
Universitas Sumatera Utara
c. Pendekatan proses
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga efektif, proses internal berjalan dengan
lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan
perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.
2.2 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.2.1 Kebijakan Publik
Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah bukan saja dalam artian goverment yang hanya menyangkut aparatur negara, malainkan pula govermance
yang menyentuh pengelolahan sumber daya publik Suharto,2007:3. Banyak defenisi mengenai kebijakan publik, sebagaian ahli memberikan
pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa
dampak bagi kehidupan warganya. Kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai Whatever goverment choose to do not to do yang artinya
kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan Bridgman dan Davis dalam Suharto, 2007:3.
Sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah awalnya tidak serta merta berlangsung diagendakan menjadi sebuah kebijakan publik. Ada tahap-tahap
sebuah masalah pada akhirnya diagendakan oleh pemerintah untuk diambil kebijakannya. Pemerintah melihat apakah masalah itu menyebar luas
Universitas Sumatera Utara
dimasyarakat, bahkan sampai membuat masyarakat bingung sehingga pemerintah perlu mengambil tindakan berupa kebijakan mengenai masalah tersebut agar tidak
terjadi kekacauan dimasyarakat. Kebijakan dibuat berdasarkan teori, modal atau hipotesis mengenai sebab
dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi mengenai perilaku kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong orang untuk
melakukan sesuatu. Kebijakn harus mampu memperkirakan keberhasilan yang dicapai dan dinaikkan maka akan banyak pula perusahaan yang menaikkan harga
produksinya yang berakibat pada naiknya barang-barang yang mengakibatkan masyarakat kelas menengah kebawah semakin sulit memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebijakan biasanya diciptakan dalam situasi ketidakpastian dan diujui di
lingkungan dimana kebijakan itu diterapkan. Para pembuat kebijakan belajar dengan menemukan dan memperbaiki keselahan dalam membuat asumsi yang
mungkin terjadi dengan model-model kebijakan. Sebuah proses kebijakan yang baik biasanya merumuskan asumsi-asumsinya secara jelas, sehingga para
pelaksana kebijakan memahami teori dan model kebijakan yang mendukung keputusan dan rekomendasi didalamnya. Banyaknya kepentingan dalam
perumusan sebuah kebijakan, perbaikan dalam kebijakan berikutna tidak selalu mudah dilakukan. Temuan dilapangan mengenai konsekuensi kebijakan perlu
dicatat dan didokumentasikan secara baik dalam sebuah naskah kebijakan, sehingga dapat dipelajari Bridgman dan Davis dalam Suharto, 2007:8-9.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan Pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Menurut Watts, Dalton dan Smith secara singkat kebijakan
sosial menunjukan pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan
pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainnya Suharto,2007:10.
Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori yakni: 1.
Peraturan perundang-undangan yakni Pemerintah memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan publik yang mengatur pengusaha, lembaga
pendidikan, perusahaan swasta agar mengadopsi ketetapan-ketetapan yang berdampak langsung pada kesejahteraan.
2. Program pelayanan sosial yakni sebagaian besar kebijakan diwujudkan
dan diaplikasikan dalam bentuk pelayanan sosial yang berupa bantuan barang, tunjangan uang, perluasan kesempatan, perlindungan sosial.
3. Sistem perpajakan yakni dikenal sebagai kebijakan fiskal, selain sebagai
sumber utama pendanaan kebijakan sosial, pajak juga sekaligus merupakan instrumen kebijakan yang bertujuan langsung mencapai
distribusi pendapatan yang adil. Dinegara-negara maju bantuan publik dan asuransi sosial adalah dua bentuk jaminan sosial yang dananya sebagaian
berasal dari pajak. Suharto,2008:11.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan sosial dan kebijakan publik yang penting dinegara-negara maju atau modern dan demokratis, semakin maju dan demokratis suatu negara maka
semakin tinggi perhatian negara tersebut terhadap pentingnya kebijakan sosial. Sebaliknya di negara-negara miskin dan otoriter kebijakan sosial kurang
mendapat perhatian. Kebijakan sosial pada hakekatnya merupakan kebijakan publik dalam bidang kesejahteraan sosial. Dengan demikian makna dari kebijakan
sosial adalah kebijakan publik, sedangkan pada makna sosial adalah menunjuk pada bidang-bidang atau sektor yang menjadi garapannya yaitu bidang
kesejahteraan sosial. Ada dua pendekatan dalam mendefenisikan kebijakan sosial sebagai
sebuah kebijakan publik yaitu pendekatan pertama mendefenisikan kebijakan sosial sebagai seperangkat kebijakan negara yang dikembangkan untuk mengatasi
masalah sosial melalui pemberian pelayanan sosial dan jaminan sosial. Pendekatan kedua mendefenisikan kebijakan sosial sebagai disiplin studi yang
mempelajari kebijakan-kebijakan kesejahteraan, perumusan dan konsekuensinya. Meskipun kedua pendekatan ini memiliki orientasi yang berbeda baik sebagai
ketetapan pemerintah maupun sebagai bidang studi keduanya memiliki atau menekankan bahwa kebijakan sosial adalah salah satu kebijakan publik yang
menyangkut pembangunan kesejahteraan sosial Spicker, Bergman dan Davis dalam Suharto, 2007:11-12.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kemiskinan
Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah
pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. PBB sendiri memiliki agenda khusus sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Dalam
Millenium Development Goals, institusi sejagat tersebut memilik target tertentu sehubungan dengan upaya penyelesaian masalah kemiskinan dimuka bumi ini.
Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah diartikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep
kurang maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang disatu pihak dengan kebutuhan pribadi atau
sekelompok orang dilain pihak. Pengertian minim disini besifat relatif,dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan
lingkungan yang berbeda Siagian, 2012:1-5. Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau
sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok oarang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara
nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak Mencher,dalam Siagian, 2012:5. Salah satu konsekwensi logis dari upaya mengidentifikasikan
kemiskinan adalah bahwa kita akan menemukan dan membahas tentang jenis- jenis kemiskinan. Tidak mudah membahas dan mengemukakan jenis-jenis
kemiskinan. Ada beberapa jenis-jenis kemiskinan yang akan diuraikan yaitu; 1.
Kemiskinan absolut yaitu suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
Universitas Sumatera Utara
orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak atau tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.
2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang didasari pada komparasi kondisi
kehidupan antara seseorang dengan orang lain. Analisis komparatif tentang kondisi hidup manusia dilakukan karena kondisi taraf hidup
disuatu lingkungan berbeda dengan lingkungan yang lainnya. 3.
Kemiskinan massa yaitu kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah.
4. Kemiskinan non massa yaitu kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir
orang dalam suatu wilayah. 5.
Kemiskinan alamiah yaitu kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam yang tidak memenuhi dimana seseorang atau
sekelompok orang tersebut bermukim. 6.
Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan karena budaya dimana masyarakat banyak yang tidak menyadari bahwa mereka miskin.
7. Kemiskinan terinvolusi yaitu seseorang yang mengetahui bahwa dia
miskin, namun sekelompok orang tersebut menganggap kemiskinan itu merupakan hal yang wajar dan bukanlah masalah yang esensial.
8. Kemiskinan struktural yaitu mendeskripsikan bahwa struktur sosial
masyarakat itu berbeda, sehingga menghambat masyarakat untuk mengembangkan kemampuan hidupnya.
9. Kemiskinan situasional yaitu kondisi kehidupan yang tidak layak yang
disebabkan oleh situasi yang ada, maksud dari kondisi situasi yang ada
Universitas Sumatera Utara
adalah bahwa kondisi situasi itu tidak kondusif bagi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
10. Kemiskianan buatan yaitu terjadi karena kelembagaan yang ada
mengakibatkan anggota dalam kelompok tidak menguasai sarana ekonomi yang ada secara merata.
Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan itu bukan hanya harus dipandang dari kurangnya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan
dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak dibicarakan dalam kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan. Kemiskinan juga harus dipandang
dari pengertian kemiskinan relatif sehingga kebijakan yang akan diambil dapat memberikan solusi yang merata pada akar permasalahan kemiskinan yang
sebenarnya.
2.4 Pemberdayaan Masyarakat