jabatan secara instan, pada adegan tersebut Mbah Gendeng yang merupakan seorang dukun memberikan sebuah tasbih untuk digunakan oleh karyawan tersebut.
Allah SWT berfiman;
Artinya: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya:
Hai anakku,
janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. QS. Luqman: 13
Menurut pengertian dari ayat di atas, maka jelas lah bahwa perilaku menyekutukan Allah atau menyembah dan percaya kepada selain Allah adalah
perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, karena bersifat syirik dan hukumnya haram bagi para pelakunya seperti ahli sihir atau dukun.
Orang yang percaya pada hal yang syirik atau percaya kepada selain Allah akan tercabut dari segala nilai keutamaan, dan terlepas dari tanggung jawab agama
dan nalar yang sehat. Ada orang yang mengaku dari kalangan orang-orang pandai yang mengatakan bahwa dalam perilaku tabdzir dan melebihi batas terdapat obat
untuk mengobati penyakit jiwa. Adapula yang mengatakan bahwa memakai emas, perak, sutera, tak punya rasa malu, wanita telanjang dan menari, wanita
memasrahkan tubuhnya yang telanjang ke pelukan para pemuda atau laki-laki
hidung belang dengan diiringi tetabuhan dan tiupan terompet, dapat mengobati kesepian dan kegersangan di hati.
Allah SWT berfirman;
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” QS. An Nisa: 48 Ada juga yang mengatakan menyembelih domba atau berbagai macam
burung dapat mengeluarkan jin Ifrit dari tubuh seorang wanita. Sungguh ini merupakan kehancuran cara berpikir, dan lebih lanjut kehancuran rumah tangga.
Ini adalah musibah dan bencana yang sangat besar bahkan telah menimpa akal, kehidupan dan masa depan generasi muda.
19
Allah SWT berfirman:
Artinya:“Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu janganlah sekali- kali kamu termasuk orang-
orang yang ragu.” QS. Al Baqarah: 147
Diantara cara berpikir yang menyimpang dari kebenaran adalah percaya kepada khurafat dan mitos. Yang dimaksud dengan mitos adalah cerita-cerita
19
Muhammad Abdussalam Khadr, Bid’ah-Bid’ah yang Dianggap Sunnah, Jakarta: Qishti
Press, 2005, Cet. 7, h. 380.
bohong tentang suatu hal seperti asal usul tempat, alam, manusia dan sebagainya yang mengandung arti mendalam dan diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan
definisi khurafat adalah ajaran atau keyakinan yang tidak mempunyai landasan kebenaran, disebut pula takhayul.
Khurafat dan mitos merupakan salah satu sebab disembahnya patung-patung, batu, benda-benda keramat dan sesembahan lainnya selain Allah SWT. Di
Indonesia khususnya, banyak khurafat dan mitos yang hingga saat ini dipercaya sebagai sebuah kebenaran secara turun temurun. Bahkan bukan hanya dipercaya
tapi kepercayaan itu direalisasaikan dalam bentuk ritual-ritual tertentu yang mengandung unsur kesyirikan.
20
C. Semiotik
1. Pengertian Semiotik
Semiotik berasal dari kata Yunani, yaitu: semeion yang berarti tanda. Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang
penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi,
perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh
yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
21
20
Abu Mujahidah al-Ghifari, Mitos dan Khurafat dalam Pandangan Islam, 2014, mimbarhadits.wordpress.com diakses pada hari kamis, 27 Nopember 2014, pada pukul 08.45 WIB
21
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, Cet. 9, h. 53
Secara sederhana semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda- tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
22
Konsep dasar yang menyatukan semiotik adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang
menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar yang kedua adalah simbol yang biasanya
menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa memberikan perbedaan yang kuat antara anda dan simbol, tanda
dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak. Namun para ahli lainnya melihat sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda
dalam kategori yang sama. Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa,
wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal.
23
Semiotik menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure 1857-1913 dan Charles Sander Peirce 1839-1914. Kedua tokoh tersebut
mengembangkan ilmu semiotik secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan
Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi semiology.
Menurut Ferdinand De Saussure semiotik dibagi menjadi dua bagian dikotomi yaitu penanda signifier dan pertanda signified. Penanda dilihat
sebagai bentukwujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang
22
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Cet. 1, h. 262
23
Ibid., h. 54.
pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi danatau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotik Saussure
adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari
relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut
Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.
Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda. Semiotik dikenal sebagai disiplin yang mengkaji tanda, proses menanda dan proses menandai.
Bahasa adalah sebuah jenis tanda tertentu. Dengan demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik.
24
Memahami teori Saussure, ada makna denotatif dan konotatif dalam linguistik. Denotasi adalah hubungan yang digunakan didalam tingkat pertama pada
sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda,
dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah pertanda.
25
Sedangkan makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena
pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar.
26
Dalam makna konotatif, orang yang tersenyum bisa berarti sebagai kesenangan dan kebahagiaan atau sebaliknya, bisa
24
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. 6, h. 125.
25
Alex Sobur, Semiotik komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 2, h. 263.
26
Ibid., h. 266.
saja tersenyum itu diartikan sebagai ekspresi sindiran atau penghinaan terhadap orang lain.
Dalam konteks ini, ketika kepercayaan masyarakat yang disebut dengan mitos dipandang sebagai produk kebudayaan, maka penting untuk melihat bagaimana
masyarakat memproduksi makna melalui praktik bahasanya. Adapun Roland Barthes, seorang ahli semiotik yang mengembangkan teori Saussure, jika Saussure
hanya berhenti di pengertian konotatif, Roland Barthes meneruskan ke tahap kedua konotatif yaitu mitos. Teori semiotik Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari
teori bahasa menurut de Saussure. Dalam semiotik, dibalik bahasa mitos seringkali terkandung “sesuatu” yang misterius. Dan semiotik dipercaya sebagai
salah satu metode yang digunakan untuk membantu melacak keberadaan misteri tersebut.
Barthes mengembangkan model dikotomis penanda-petanda menjadi lebih dinamis, ia mengemukakan bahwa dalam kehidupan sosial budaya penanda adalah
“ekspresi” E tanda, sedangkan petanda adalah “isi” dalam bahasa Prancis contenu
C. Jadi, sesuai dengan teori de Saussure, tanda adalah “relasi” R antara E dan C. Ia mengemukakan konsep tersebut dengan model E-R-C.
27
Konotasi bagi Barthes Justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu. Tanda
konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang menjadi penyebab keberadaannya. Tambahan ini
merupakan pemikiran Barthes terhadap semiologi Saussure yang hanya berhenti pada penandaan pada lapis pertama atau pada tataran denotatif.
27
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Depok: Komunitas Bambu, 2008 h. 12