Makna Penyimpangan Sosial Komik Si Juki Cari Kerja

79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan komik sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sudah ada sejak dulu dan semakin berkembang seiring dengan kecanggihan teknologi saat ini. Komik bisa digunakan sebagai media dakwah bagi beberapa komikus untuk menyampaikan pesan kebaikan dalam setiap ceritanya, segala kejadian yang tergambar dari komik merupakan fenomena yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis semiotika yang dilakukan terhadap komik Si Juki Cari Kerja, peneliti dapat mengungkapkan makna yang ada di balik tanda pada komik tersebut. Kesimpulan yang didapat dari temuan dan hasil analisis data pada komik Si Juki Cari Kerja adalah sebagai berikut:

1. Makna Denotasi

Makna denotasi yang ditemukan pada beberapa gambar tersebut menggambarkan tentang pekerjaan sebagai dukun di kota Jakarta yang menguntungkan dengan cara menipu para pasien, mulai dari menebak masalah kehidupan calon pasien, mengobati orang yang kesurupan, jual beli benda pusaka, hingga meramal masa depan. Padahal kemampuan yang dimiliki dukun tersebut bukan karena kemampuan sihirnya, melainkan memanfaatkan peluang dan kecanggihan teknologi modern, sehingga pada akhirnya dukun tersebut menerima hukuman atas penipuan yang merugikan orang lain.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi yang ditemukan pada beberapa gambar tersebut adalah bagaimana kesaktian dukun dalam menyelesaikan dan memecahkan berbagai masalah kehidupan masyarakat, mulai dari level pejabat dan selebriti hingga pelajar dan pengangguran. Tergambar pula kelicikan dan kecurangan yang dilakukan oleh dukun tersebut beserta rekan-rekannya untuk mendapat keuntungan dari hasil menipu.

3. Makna Mitos

Makna mitos yang ditemukan pada beberapa gambar yang diteliti adalah bahwa klenik dan perdukunan memiliki tempat dalam kehidupan masyarakat, bahkan sudah membudaya, masyarakat mempercayai kesaktian dukun tentang ramalan, kesaktian benda-benda pusaka, hingga menyembuhkan orang sakit. Meskipun banyak klenik yang memberikan tarif yang sangat mahal dalam menjalankan prakteknya, banyak kalangan masyarakat yang rela membayar mahal untuk menggunakan jasa klenik tersebut, dan lebih mempercayai dukun ketimbang dokter, bahkan banyak yang menyimpang dari ajaran agama akibat mengikuti dan percaya terhadap dukun.

4. Makna Penyimpangan Sosial

Makna penyimpangan sosial yang ditemukan pada beberapa gambar tersebut adalah bahwa tidak semua masyarakat setuju dengan adanya praktek perdukunan, karena sesungguhnya klenik atau praktek perdukunan itu hanyalah praktek penipuan kreatif yang digunakan oleh beberapa orang untuk memperkaya dirinya sendiri, sehingga profesi dukun dianggap sebagai profesi penipu masyarakat dan pelaku penipuan mendapat hukuman dari wilayahnya, dalam hukum negara, hukuman yang diterima oleh seorang dukun adalah hukuman kurungan penjara berdasarkan pasal 378 KUHP tentang kasus penipuan yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dengan cara merugikan orang lain, dan dalam hukum Islam pun mengharamkan bagi orang lain untuk percaya kepada selain Allah SWT, karena percaya kepada selain Allah SWT merupakan perbuatan syirik dan dosa besar.

B. Saran

Saran penulis yang ditujukan untuk masyarakat dan akademisi perkuliahan: 1. Sebagai masyarakat, kita dituntut untuk lebih kritis dalam menanggapi berbagai fenomena yang ada di Indonesia. Hal tersebut bisa kita mulai dengan meningkatkan wawasan ilmu tentang media dan teknologi. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak hanya sebagai pembaca yang menerima informasi bulat-bulat, namun harus menanggapi fenomena dan masalah yang ada untuk kita temukan solusinya. 2. Kita harus bisa memahami segala yang kita baca, ketika kita menemukan komik, karikatur, atau kartun dalam media cetak atau digital, jangan hanya menertawakan cerita komik tersebut, namun memahami apa makna yang terkandung dalam gambar komik tersebut. Adapun saran penulis yang ditujukan untuk komikus: 1. Sebagai komikus muda Indonesia, komikus harus bisa selalu peka terhadap berbagai fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu mengemas cerita agar bisa menarik pembaca berbagai usia dan kalangan. 2. Komik harus bersifat edukatif, tidak mengandung unsur SARA, rasis, porno, dan tidak menyimpang dari ajaran agama maupun peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. 82 DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdul, Mujieb M., Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994. Berry, David, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, penej. Pulus Wirotomo, Jakarta: Raja Grafindo. Christomy, Tommy dan Untung Yuwono, Semiotika Budaya, Depok: Universitas Indonesia, 2004. Danesi, Marcel, Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2004. Fiske, John, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012. Hadist Imam Muhammad Isa bin Surah Al-Tirmizy, Beirut: Dar Al-Fikr, Juz 5, 1994 Hoed, Benny H, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Depok: Komunitas Bambu, 2008. Janu, Murdiyatmoko, Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007. Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. 1, 2006. Kasman, Suf, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bil Qalam dalam Al-Quran, Jakarta: PT. Mizan Media Utama, 2004 Khadr, Muhammad Abdussalam, Bid’ah-Bid’ah yang Dianggap Sunnah, Jakarta: Qishti Press, Cet. 7, 2005. Koendoro, Dwi, Yuk, Bikin Komik, Bandung: Mizan Media Utama, 2007 Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. 1, 2006. Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika, Cet. 9, 2009. Maharsi, Indiria, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Yogyakarta: Kata Buku, 2011. Murdiyatmoko, Janu, Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007.