Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sektor kepariwisataan merupakan salah satu andalan perolehan devisa negara dari sektor non migas hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, pada abad ke-21 industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Perkembangan kepariwisataan dunia tidak lepas dari perkembangan faktor- faktor penunjangnya, misalnya kemudahan transportasi, kemajuan teknologi dan perkembangan telekomunikasi yang berjalan cepat dan terus-menerus. Dibangunnya sarana dan prasarana transportasi seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, terminal bus, stasiun kereta api dan bandar udara merupakan suatu bukti kemudahan transportasi yang terus berkembang. Sejalan dengan itu, perkembangan transportasi tampak pula dengan canggihnya alat transportasi itu sendiri yang semakin beragam dengan berbagai fungsinya mulai dari transportasi darat, laut, dan udara Maskun, 2005:1. Adanya kemudahan tersebut membawa dampak di bidang kepariwisataan, dengan kemajuan telekomunikasi promosi kepariwisataan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, sehingga dalam waktu singkat informasi kepariwisataan dari suatu negara dapat diserap dan diterima di seluruh penjuru dunia yang pada gilirannya akan menumbuhkan minat wisatawan untuk mengunjunginya. Kemudahan transportasi dengan segala sarana dan prasarananya secara memadai turut membantu kelancaran dalam perjalanan wisata yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan wisatawan. Potensi kepariwisataan yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan modal terpenting dalam pengembangan kepariwisataan daerah tersebut. Melalui penanganan yang tepat, potensi kepariwisataan yang dimiliki suatu daerah dapat dikembangkan menjadi suatu obyek dan daya tarik wisata yang menarik dan mampu menumbuhkan minat wisatawan untuk mengunjunginya Maskun, 2005:2-3. commit to user Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata di dunia. Hal ini terjadi karena Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang sangat besar, baik karena keindahan alam, keragaman flora dan fauna, keragaman tradisi, adat istiadat dan seni budaya maupun peninggalan-peninggalan purbakalanya. Jenis pariwisata yang paling menonjol adalah pariwisata budaya. Ini dikarenakan keaneragaman suku bangsa, adat istiadat serta kebiasaan maka Indonesia banyak dikunjungi wisatawan asing, sedangkan keindahan alam merupakan daya tarik yang kedua. Karena itu daya tarik wisatawan tourist heritage terhadap hasil seni budaya itu perlu ditingkatkan sejalan dengan peningkatan fasilitas yang lainnya Oka A Yoeti, 1982: 168. Potensi kepariwisataan yang sangat besar yang dimiliki Indonesia tentunya memerlukan penanganan semaksimal mungkin oleh pihak-pihak terkait terutama pemerintah, sebab sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap sektor kepariwisataan ini, sejak awal kemerdekaan berbagai usaha dilakukan untuk memajukan kepariwisataan. Indonesia mulai dari penanganan perhotelan pembangunan di bidang transportasi membentuk badan yang khusus mengurusi kepariwisataan Oka A Yoeti, 1982:37. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang wujudnya antara lain berbentuk, kemajemukan tradisi dan budaya serta peningkatan pemahaman dari sisi sejarah dan budaya. Dari pernyataan di atas, nampak bahwa tujuan negara mengembangkan pariwisata antara lain adalah pengembangan atau pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa dan mendorong pembangunan daerah. Maka hal ini tidak akan terlepas dari benda-benda peninggalan masa lalu yang selanjutnya kita kenal dengan sebutan Benda Cagar Budaya. Indonesia memiliki banyak sekali Benda-benda Cagar Budaya yang merupakan peninggalan masa lalu, baik yang berasal dari masa Hindu, Budha, Islam, kolonialisme barat dan bahkan masa setelah Proklamasi Kemerdekaan. Benda-benda Cagar Budaya tersebut harus dijaga kelestariannya, agar nilai-nilai commit to user budaya bangsa yang terkandung didalamnya dapat diwariskan kepada generasi- generasi yang akan datang, selain itu kelestarian Benda-benda Cagar Budaya akan semakin menunjang pemahaman yang lebih mendalam tentang perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Pengembangan Benda-benda Cagar Budaya sebagai obyek wisata sejarah merupakan salah satu jalan yang ditempuh dalam rangka usaha melestarikan nilai- nilai sejarah budaya bangsa, selain itu pengembangan obyek wisata sejarah merupakan salah satu sumber devisa negara yang sangat diperlukan dalam pembangunannya Oka A Yoeti, 1982: 64. Indonesia Warisan budaya kota atau urban heritage adalah obyek-obyek dan kegiatan diperkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan suatu kota. Bangunan-bangunan kuno yang memiliki nilai historis di kota Solo antara lain Petilasan Kraton Pajang, Kraton Kasunanan Surakarta, Kadipaten Puro Mangkunegaran, Museum Radyapustaka, dan masih banyak lagi bangunan-bangunan kuno yang terdapat di Kota Solo. Selain bangunan-bangunan kuno tersebut, Solo juga memiliki tempat-tempat wisata modern yang menonjolkan keindahan alamnya seperti City Walk, Taman Balekambang, Gelora Manahan, dan lain sebagainya. Bangunan maupun tempat-tempat tersebut sebagai asset yang melambangkan Solo sebagai kota budaya Stefani, 2010: 3. Petilasan Keraton Pajang merupakan tempat bertahtanya Sultan Hadiwijaya dari Pajang yang saat mudanya terkenal sebagai Mas Karebet alias Joko Tingkir. Djoko Tingkir menjadi raja pertama dri Kerajaan Pajang yang kedudukannya disahkan oleh Sunan Giri seorang dari salah satu Wali Songo, kemudian mendapatkan pengakuan dri adipati-adipati diseluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur Soekmono, 1959: 51. Peninggalan dari Kerajaan Pajang ini yaitu sisa-sisa kayu yang dahulunya merupakan getek atau rakit yang pernah dinaiki Joko Tingkir saat melawan buaya, petilasan yang berwujud sebuah batu yang dulunya menjadi tempat bersemadi dan sebuah sendang yang airnya selalu jernih commit to user walaupun terletak di pinggir sungai yang keruh dan kotor dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit jika airnya dipakai untuk mandi atau cuci muka. Selain beberapa artefak peninggalan masa lalu yang ada di Petilasan Kraton Pajang terdapat tempat peninggalan kerajaan Pajang. Petilasan Kraton Pajang pada masa lalu digunakan untuk penyimpanan senjata untuk raja Pajang Sultan Hadiwijaya. Pada masa sekarang, Petilasan Kraton Pajang ini digunakan sebagai tempat wisata dan tempat perenungan bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memuja. Usaha pelestarian di Petilasan Kraton Pajang ini masih diadakan acara rutin Malem Jumat Legen yang diadakan tiap malam Jumat Legi. Acara Malam Jumat Legi ini diadakan di Petilasan Kraton Pajang mulai pukul 10.00 atau 11.00 malam. Acara Jumat legen ini diadakan doa bersama atau tahlil selama lima belas menit yang dipimpin oleh juru kunci dan dilanjutkan dengan acara makan bersama yang merupakan hasil swadaya dari pengumpulan dana para peziarah. Pendanaan dari Petilasan Kraton Pajang ini hanya ditanggung oleh dana swadaya para peziarah dan dari kerabat keturunan saja. Pihak Kraton Surakarta ataupun Kraton Jogjakarta tidak pernah memberikan bantuan, demikian juga dengan Pemda Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Pariwisatanya belum memberi dana perawatan. Dalam upaya pelestariannya tersebut, berdampak pada masyarakat sekitar Petilasan Kraton Pajang baik secara moril maupun spiritual http:walah.multiply.comjournal350Destination_Petilasan_Keraton_Pajang di unduh 13 Desember 2010. Petilasan Kraton Pajang adalah salah satu bentuk Cagar Budaya peninggalan sejarah Bangsa Indonesia dan merupakan hasil karya budaya yang sangat tinggi nilainya, khususnya berkaitan dengan kebudayaan jawa. Petilasan Kraton Pajang perlu mendapat perhatian lebih lanjut, sehingga sekarang pemerintah setempat mulai memperhatikan agar bisa menjadi obyek wisata, hal ini diharapkan dapat menambah pendapatan asli daerah dan sebagai upaya pelestarian peninggalan hasil budaya. Petilasan Kraton Pajang dimungkinkan untuk menjadi aset wisata sejarah dikarenakan cukup relevan dalam penanaman nilai budaya bangsa karena masyarakat luas dapat melihat secara lebih dekat commit to user mengenai adanya Kraton Pajang yang selama ini dianggap tidak ada. Sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap Benda Cagar Budaya tersebut. Penulis tertarik untuk meneliti Petilasan Kraton Pajang ini karena petilasan ini merupakan Benda Cagar Budaya yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah karena dimungkinkan akan menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut menarik bagi pneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul “Petilasan Kraton Pajang Studi tentang Penjajagan Menjadi Aset Wisata”

B. Rumusan Masalah