Kesimpulan KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

commit to user

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan judul Petilasan Kraton Pajang Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sejarah Kraton Pajang bermula dari tokoh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Oleh karena lama di Desa Tingkir, dekat Salatiga, maka ia dinamakan Jejaka dari Tingkir. Sebagai pewaris Kerajaan Demak, Jaka Tingkir kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya dan mendirikan Kraton Pajang. Jaka Tingkir memerintah di Pajang selama hampir dua puluh tahun 1568- 1586. Daftar silsilah yang termuat dalam Babad Tanah Jawi, sebagai berikut: a Prabu Brawijaya penghabisan berputra Raden Patah, Sultan Demak pertama, b Prabu Brawijaya penghabisan berputra seorang puteri yang menadi istri Jaka Sengara Adipati Dayaningrat di Pengging, berputra Kyai Kebo Kenanga, berputera Mas Karebet Jaka Tingkir, Sultan Pajang pertama. Dari daftar silsilah tersebut, bahwa Demak dan Pajang sama-sama berasal dari satu dinasti, yaitu Majapahit, sehingga perang batin dan perebutan mahkota selalu terjadi. Demikian pula perebutan kekuasaan berulang kembali pada masa akhir Pajang dan awal Mataram. Kraton Pajang menduduki posisi yang penting dalam pentas sejarah nasional. Dinasti besar Kerajaan Jawa yaitu Majapahit, Demak dan Mataram, ketiganya bertemu di antara silsilah Kraton Pajang. Pada diri Sultan Hadiwijaya yang menjadi raja Pajang mengalir darah Majapahit dan Demak Purwadi, 2008: 5. 2. Petilasan Kraton Pajang dibangun tanggal 3 Desember 1993, di atas tanah milik Desa Makamhaji seluas kurang lebih 1000 meter. Pembangunan ini didirikan oleh Paguyuban Patilasan Kraton Pajang yang peduli dengan Budaya Jawa khususnya Daerah Desa Makamhaji dan sekitarnya. Pembangunan Benda Cagar Budaya ini dirintis oleh Bapak R. Koesnadi Kusumo Hoeningrat. Komplek Petilasan Kraton Pajang dibangun secara bertahap karena sumber commit to user pendanaan pembangunan dilakukan secara swadaya dari pihak masyarakat, pengunjung dan pengelola yang peduli terhadap Benda Cagar Budaya ini. Dalam komplek Petilasan Kraton Pajang dibuat beberapa bangunan, yaitu: 1 tempat pemujaan sungkeman, 2 bangsal, 3 mushola, 4 toko kelontong, 5 toilet, 6 tempat parkir. Selain bangunan di atas terdapat sumber air Selo Tirto Mulyo Abadi, air ini dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai sumber kehidupan dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Latar belakang dilakukan pembangunan Petilasan Kraton Pajang antara lain: a pengelola Petilasan Kraton Pajang berkeyakinan bahwa kita sebagai leluhur daripada Kraton Pajang, harus melestarikan salah satu kebudayaan Jawa. Peninggalan dari leluhur tidak boleh ditinggalkan karena kebudayaan tersebut bersifat luhur, b menurut pengunjung Petilasan Kraton Pajang pembangunan ini dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang sama-sama tertarik terhadap lingkungan budaya dalam hal ini Kraton Pajang sebagai monumental pernah ada suatu Kraton Pajang di Desa Makamhaji c menurut masyarakat sekitar Petilasan Kraton Pajang, ada orang yang mencari-cari letak dari Kraton Pajang tersebut, sehingga didirikan Petilasan Kraton Pajang di sekitar ditemukannya ompak yang merupakan satu-satunya peninggalan Kraton Pajang terdahulu. 3. Petilasan Kraton Pajang merupakan salah satu bentuk Benda Cagar Budaya peninggalan sejarah Bangsa Indonesia dan merupakan hasil karya budaya yang sangat tinggi nilainya, khususnya berkaitan dengan Kebudayaan Jawa. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Pemuda, Olah Raga, Pariwisata, dan Kebudayaan Dinas POPK juga menyatakan bahwa Petilasan Kraton Pajang merupakan Benda Cagar Budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Sukoharjo. Ini merupakan salah satu aset di bidang Kebudayaan milik Kabupaten. Petilasan Kraton Pajang penting bagi sejarah budaya pendidikan dan ilmu pengetahuan maka harus dilestarikan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian lebih lanjut sehingga sekarang pemerintah setempat mulai memperhatikan agar bisa menjadi obyek wisata religi, sehingga diharapkan dapat menambah pendapatan asli daerah dan sebagai upaya pelestarian peninggalan hasil budaya. Petilasan Kraton Pajang diharapkan commit to user menjadi aset wisata sejarah karena cukup relevan dalam penanaman nilai budaya bangsa sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap Benda Cagar Budaya tersebut. Persepsi masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang menjadi Obyek wisata religi penulis klasifikasikan menjadi dua golongan, antara lain: pro setuju Petilasan Kraton Pajang menjadi Obyek wisata religi dan kontra tidak setuju Petilasan Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi. Petilasan Kraton Pajang sebagai suatu Benda Cagar Budaya memiliki arti penting bagi nilai-nilai budaya bangsa, pemanfaatannya sebagai obyek wisata sejarah memiliki peranan yang sangat besar bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Pemanfaatan Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata religi berperan penting dalam penanaman nilai-nilai budaya dan perjalanan sejarah semata selain itu diharapkan dapat menjadi suatu tempat rekreasi yang nyaman dan memberikan ketenangan untuk memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi para pengunjung yang datang ke Petilasan Kraton Pajang itu sendiri. Untuk itu pemerintah dalam hal ini perlu memberikan perhatian khusus pada Petilasan Kraton Pajang. Dalam hal ini memberikan pelayanan yang baik dan menyediakan fasilitas memadai yang merupakan salah satu syarat utama Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata religi. 4. Masyarakat di sekitar Petilasan Kraton Pajang memandang bahwa Petilasan Kraton Pajang adalah tempat yang dianggap keramat karena merupakan peninggalan Sultan Hadiwijaya yang sudah Berjaya sekitar dua puluh tahun dan menguasai hampir seluruh wilayah. Persepsi masyarakat Desa Makamhaji dan sekitarnya terhadap Petilasan Kraton Pajang penulis klasifikasikan menjadi dua golongan, antara lain: a golongan tua, berusia 35 tahun ke atas, golongan ini masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat ataupun tradisi. Golongan ini masih sangat percaya pada kesakralan Petilasan Kraton Pajang. b golongan muda berumur antara 17 tahun sampai 30 tahun. Tanggapan golongan ini terhadap Petilasan Kraton Pajang bermacam-macam, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tebalnya iman seseorang. Golongan ini berpikir rasional, karena tingkat pendidikan mereka lebih tinggi, juga taat commit to user mendirikan solat serta ajaran Islam yang lain. mengunjungi Petilasan Kraton Pajang.

B. Implikasi