11. keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.
470KMK.011994 tentang tata cara penghapusan dan pemanfaatan barang milikkekayaan negara
12. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.
248KMK.041995 tentang perlakuan pajak penghasilan terhadap pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam bentuk perjanjian
bangun guna serah Buil, Operate, And Transfer BOT 3
Sumber bahan hukum tersier Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti: kamus besar bahasa Indonesia, kamus istilah computer,
ensiklopedia hukum dan internet.
1.7.4 Teknik Pengumpulan Bahan HukumData
Teknik pengumpulan bahan hukum merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari penulisan skripsi ini, kerena jenis penelitian yang
digunakan adalah normatif. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik studi kepustakaan, yang mana dengan metode ini penulis mencari,
mempelajari dan memahami berbagai pendapat, teori dan konsepsi yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang didapatkan dari literatur-literatur
yang tersedia serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perjanjian Build Operate Transfer BOT. Bahan hukum yang relevan
dikumpulkan dengan sistem kartu card system, yang kemudian kartu ini disusun berdasarkan pokok bahasan untuk memudahkan analisis dan pada kartu dicatat
konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan atau isu hukum pada tulisan ini.
9
1.7.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analisis dengan menggunakan metode evaluatif, metode sistematis,
metode interprestatif dan metode argumentatif. Teknik deskriptif analisis adalah penjabaran data yang diperoleh dalam bentuk uraian yang nantinya akan
menjawab permasalahan. Metode evaluatif adalah penelitian yang bertujuan mengumpulkan
informasi tentang apa yang terjadi yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi.
Metode sistematis adalah segala usaha menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem
yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya.
Metode interprestatif adalah metode yang menafsirkan peraturan perundang-undangan dihubungkan dengan peraturan hukum atau undang-undang
lain atau dengan keseluruhan sistem hukum.Karena suatu undang-undang pada hakikatnya merupakan bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan yang
berlaku sehingga tidak mungkin ada satu undang-undang yang berdiri sendiri tanpa terikat dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
9
Winarno Surachman, 1973, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Tarsito, Bandung, h.257.
Metode argumentatif adalah alasan berupa uraian penjelasan yang diuraikan secara jelas, berupa serangkaian pernyataan secara logis untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan, berkaitan dengan asas hukum, norma hukum dan peraturan hukum konkret, serta system
hukum dan penemuan hukum yang berkaitan dengan obyeknya.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN,
BUILD OPERATE TRANSFER BOT, DAN WANPRESTASI
2.1 Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
2.1.1 Pengertian Perjanjian
Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenkomst Belanda atau contract Inggris.
1
Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk
mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu. Perjanjian memberikan kepastian bagi penyelesaian sengketa, dan perjanjian
ditujukan untuk memperjelas hubungan hukum. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak berarti para pihak yang bersepakat
memiliki suatu hubungan hukum untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing- masing. Hubungan hukum ini sering disebut sebagai perikatan. Perikatan
didefinisikan sebagai suatu hubungan hukum yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut
sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
2
1
Salim, op.cit, H.160.
2
Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I, h.229.