1.6.1 Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum yang dimaksud dalam teori ini untuk setiap perbuatan hukum dilakukan oleh pihak kreditor dan debitor dapat menjamin kepastian
hukum bagi para pihak apabila terjadi suatu wanprestasi. Teori Kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian yaitu pertama
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam
putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.
3
1.6.2 Teori Perjanjian
Menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak
yang wajib berprestasi debitor dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut kreditor.
Membuat suatu perjanjian harus memperhatikan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu syarat sahnya perjanjian, yaitu:
3
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, h. 158.
1. Adanya kata sepakat 2. Kecakapan dalm membuat perjanjian
3. Hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata menjelaskan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Artinya, perjanjian yang dibuat oleh para pihak ditentukan isinya oleh para pihak dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan, ketertiban
umum dan kesusilaan, selain itu, ketentuan ini memiliki suatu kekuatan mengikat karena perjanjian yang dibuat memiliki kekuatan mengikat layaknya sebagai suatu
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Itikad baik dalam suatu perjanjian sangat penting sebab dengan adanya itikad baik maka para pihak akan
melaksanakan perjanjian sebagaimana yang telah disepakati hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Menurut teori lama yang disebut perjanjian adalah hukum berdasarkan
kata sepakat untuk memberikan akibat hukum. dari definisi ini telah tampak adanya asas konsensualisme dan timbulnya akibat hukum timbullenyapnya hak
dan kewajiban.
4
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan
4
Salim, 2011, Pengantar Hukum Perdata Tertulis BW, Sinar Grafika, Jakarta, h. 161.
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Adapun tiga tahap dalam membuat perjanjian menurut teori baru :
1. Tahap Pracontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan
2. Tahap Contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak
antara para pihak 3.
Tahap Post Contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.
5
1.6.3 Teori Build Operate And Transfer BOT