Latar Belakang Penelitian 1. Identifikasi Masalah

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu proses kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan tersebut mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan PDB Produk Domestik Bruto atau PNB Produk Nasional Bruto Lincolin Arsyad, 2010: 11. Dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini pada dasarnya 2 mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejar ketertinggalan dengan negara lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negara- negara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunannya. Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu kondisi perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9 di 3 tahun 1986, kemudian 6,9 di tahun 1988 dan menjadi 7,5 di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun kedepan tingkat pertumbuhan ekonominya fluktuatif. Namun, pada satu titik tertentu, perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang semakin melemah. Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA dan Utang Luar Negeri Tahun 1997-2000 Sumber: Badan Pusat Statistik Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus -13,1. Laju pertumbuhan ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999 perekonomian nasional menunjukkan Tahun Pertumbuhan PMDN PMA ULN 1997 4,7 119,755,500,000.0 154,038,225.0 269,049,000 1998 -13,1 60,748,500,000.0 108,790,912.5 573,538,725 1999 0,79 55,600,300,000.0 77,328,940.0 573,140,400 2000 4,92 88,294,400,000.0 146,638,466.0 782,462,655 4 proses pemulihan dengan pertumbuhan yang semakin membaik. Keadaan pertumbuhan ekonomi pada saat krisis juga diikuti pada penurunan nilai PMDN dan PMA serta meningkatnya utang luar negeri yang melonjak hebat. Hal ini diperkirakan bahwa keterpurukan ekonomi telah sampai batas terendah dan kembali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79 setelah sebelumnya pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak, stabilitas moneter mulai terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat, keadaan sosial politik yang sudah lebih membaik. Tingkat suatu pertumbuhan ekonomi ditentukan antar lain oleh kekuatan sektor penanaman modal asing, sektor bantuan luar negeri, dan sektor penanaman modal dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya membutuhkan dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seharusnya merupakan sumber pokok pembiayaan, terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri. Karena keterbatasan sumber daya domestik yang dimiliki sedangkan kebutuhan dana untuk pembangunan ekonomi sangat besar, maka untuk mengatasi kekurangan dana yang diperlukan dalam proses 5 pembangunan nasional sejak Pelita I hingga beberapa tahun belakangan ini, dilakukan pemasukan dana dari luar negeri, baik berupa utang luar negeri ULN maupun penanaman modal asing utamanya yang bersifat penanaman modal langsung PMA Rustian Kamaluddin, 2007: 177. Peranan dana bantuan luar negeri dan modal asing terhadap kemajuan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara berkembang telah lama menjadi perdebatan hangat diantara kelompok –kelompok ekonomi dunia. Sekelompok ekonom pada tahun 1950-an dan 1960-an berpendapat dan meyakini bahwa banuan luar negeri mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tanpa menimbulkan gangguan pada masa sesudahnya bagi negara –negara debitor tersebut Rustian Kamaluddin, 2007: 103. Sebagaimana halnya dengan utang luar negeri dan Penanaman Modal Asing PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Penanaman modal asing, diarahkan untuk menggantikan peranan dari utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan pertumbuhan dan pembangunan perekonomian nasional. Peran modal asing dirasa semakin penting melihat kenyataan bahwa jumlah utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Pada masa Orde Baru, modal asing, khususnya utang luar negeri, secara faktual ditempatkan sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan, meskipun secara normatif harus ditempatkan sebagai 6 sumber tambahan. Kenyataan inilah yang menyebabkan bahaya tersembunyi, yang secara inheren melekat pada pola pembangunan yang didorong modal asing. Apabila posisi ketergantungan semakin besar, semakin besar pula resiko terkait yang harus dihadapi oleh sistem ekonomi global dalam bentuk ketergantungan terhadap modal asing, khususnya utang luar negeri. Utang luar negeri dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Tentunya jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga tidak menjadi beban yang berkepanjangan Rustian Kamaluddin, 2007: 105. Meningkatnya investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing PMA sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang No. 11 Tahun 1070, dan Undang – Undang No. 6 Tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri PMDN sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 1970. Dengan diberlakukanya undang – undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan Investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selam proses pembangunan di Indonesia. Berdasarkan hal – hal yang dikemukakakan diatas, penulis mencoba untuk membahas masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia 7 dalam hubungannya dengan penanaman modal dalam negeri PMDN, penanaman modal asing PMA, dan utang luar negeri dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, Dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1985- 2009”.

2. Batasan Masalah