b. Barmawi Umar berkata bahwa tujuan pendidikan akhlak itu ialah
supaya hubungan kita dan sesama makhluik selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
42
c. Menurut Ibn Maskawih tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya
sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan
dan mencapai kebahagiaan sejati dan sempurna.
43
d. Menurut M. Ali Hasan tujuan pendidikan akhlak ialah: 1
Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah dan terpuji dan terhindar dari yang buruk, jelek, hina dan tercela.
2 Supaya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan
sesama manusia terpelihara dengan baik. 3
Dapat memperoleh irsyad, taufik, hidayah yang dengan demikian kita akan dapat kebagahaiaan di dunia dan akhirat.
44
4. Macam-macam akhlak
Sesuai dengan pengertian pembinaan akhlak yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan memerlukan
pikiran. Dengan demikian dapat disimpulkan akhlak terdiri dari dua macam yaitu
akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji adalah perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lainnya, seperti:
45
a. Mentauhidkan Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S. al- Ikhlas
ayat 1-4 . ö≅è
uθèδ ª
î‰ymr ∩⊇∪
ª ߉yϑ¢Á9
∩⊄∪ öΝs9
ôÎtƒ öΝs9uρ
ô‰s9θム∩⊂∪
öΝs9uρ ä3tƒ
…ã© θà à2
7‰ymr
42
Barmawi Umar, Materi Akhlak, Solo: Ramadhan, 1993, h. 2
43
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, h. 11
44
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak Jakarta: Bulan Bintang, 1978, h. 11
45
Mahyuddin, Kuliah Akhlak tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, h. 9
1. Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
46
b. Bertawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah
berbuat semaksimal mungkin, hal ini digambarkan dalam surat al- Imron ayat 159.
47
yϑÎ6sù 7πyϑômu‘
zÏiΒ «
|MΖÏ9 öΝßγs9
öθs9uρ |MΨä.
ˆàsù xá‹Î=xî
É=ù=sø9 θ‘Òx Ρ]ω
ôÏΒ y7Ï9öθym
ßôãsù öΝåκ÷]tã
öÏ øótGó™uρ öΝçλm;
öΝèδö‘Íρx©uρ ’Îû
Í÷ö F{ sŒÎsù
|MøΒz•tã ö≅©.uθtGsù
’n?tã «
4 ¨βÎ
© =Ïtä†
t,ÎÏj.uθtGßϑø9 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
48
c. Bersyukur yaitu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Sikap yang demikian dijelaskan dalam Q.S. an-Nahl ayat 14.
49
uθèδuρ ”Ï©
t¤‚y™ tóst7ø9
θè=à2ùtGÏ9 çF÷ΖÏΒ
Vϑóss9 wƒÌsÛ
θã_Ì÷‚tGó¡nuρ çF÷ΨÏΒ
ZπuŠù=Ïm yγtΡθÝ¡t6ù=s?
”ts?uρ šù=à ø9
tÅzuθtΒ ÏFŠÏù
θäótFö7tFÏ9uρ ∅ÏΒ
ÏÎôÒsù öΝà6‾=yès9uρ
šχρãä3ô±s?
∩⊇⊆∪
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar ikan, dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari keuntungan dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur
.
”QS an-Nahl: 14
50
Sebaliknya yang dimaksud dengan akhlak tercela adalah perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.
46
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 603
47
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h. 207
48
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 71
49
Mahyuddin, Kuliah Akhlak..., h 10
50
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 268
a. Musyrik, yaitu sikap mempersekutukan Allah dengan makhlukNya
dengan cara menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaannya. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. az-Zumar 65
ô‰ss9uρ zÇrρé
y7ø‹s9Î ’nÎuρ
tÏ© ÏΒ
šÎ=ö6s ÷È⌡s9
|Mø.uõ°r £sÜt6ósu‹s9
y7è=uΗxå £tΡθä3tGs9uρ
zÏΒ zƒÎÅ£≈sƒø:
∩∉∈∪ “Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi
yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
51
b. Munafik, yaitu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan
kemauan hatinya dalam kehidupan beragama. Q.S. al munafiqun ayat 1. sŒÎ
x8uy` tβθàÏ ≈uΖßϑø9
θä9s ߉pκô¶tΡ
y7¨ΡÎ ãΑθß™ts9
« 3
ªuρ ãΝn=÷ètƒ
y7¨ΡÎ …ãèθß™ts9
ªuρ ߉pκô¶tƒ
¨βÎ tÉÏ ≈uΖßϑø9
šχθçÉ‹≈s3s9 ∩⊇∪
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. dan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.”
52
c. Boros adalah sikap yang selalu melampaui batas ketentuan agama. Hal
ini diterangkan dalam Q.S. as-Syu’ara ayat 151.
53
Ÿ
ωuρ þθãè‹ÏÜè?
z÷ö r tÏùÎô£ßϑø9
∩⊇∈⊇∪
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas”
54
Hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina agar menghasilkan akhlak yang mulia begitu juga sebaliknya anak-anak yang tidak dibina akhlaknya
akan menjadi anak yang nakal dan dapat dengan mudah melakukan perbuatan yang tercela.
51
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 465
52
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 554
53
Mahyuddin, Kuliah Akhlak ..., h 10-12
54
Departemen Agama, Al-Qur’an ..., h. 373
5. Metode Pembinaan Akhlak