Diskusi kelompok dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam di SMA Darussalam Ciputat-Tangerang

(1)

SKRIPSI

DISKUSI KELOMPOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMA DARUSSALAM

CIPUTAT - TANGERANG

Oleh :

SURYONO NIM: 207011000830

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Nama : Suryono, NIM : 207011000830, Jurusan : Pendidikan Agama Islam, Skripsi : Diskusi Kelompok dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat.

Diskusi Kelompok merupakan salah satu metode dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk efektifitas pembelajaran di dalam kelas agar tercapat tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran tersebut. Diskusi Kelompok dapat digunakan efektif dalam proses pembelajaran yang menekankan siswa untuk mengadakan penelitian dan mencari solusi permasalahan yang timbul dalam pemahaman mata pelajaran menurut pengetahuan siswa sendiri sehingga mempertajam pemahaman siswa dalam mata pelajaran tersebut terutama dalam Pendidikan Agama Islam.

Prestasi siswa adalah hasil akhir dari suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Prestasi belajar siswa menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga dapat diketahui dengan benar efektifitas metode atau strategi pembelajaran yang direncanakan. Prestasi belajar siswa juga merupakan tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga prestasi belajar ini bisa mengalami peningkatan yang baik bila proses pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan efektif dalam pelaksanaannya.

Sekolah Menengah Atas merupakan sekolah dengan jenjang lebih tinggi dari jenjang sebelumnya. Artinya secara psikologis siswa yang ada di sekolah menengah atas telah dapat berpikir dan menggunakan argumentasi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kesimpulan yang diberikan oleh siswa sekolah menengah atas. Hal ini tepat bila siswa pada tingkat sekolah menengah atas mencari solusi permasalahan dalam proses pembelajaran menurut argumentasi dari siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran di sekolah menengah atas dapat memberikan pemahaman yang baik dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan demikian dapat dikatakan tepat bila metode diskusi kelompok yang menjadi metode dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ini menjadi efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan metode diskusi kelompok ini siswa berperan aktif mencari solusi dari permasalahan yang timbul dalam memahami suatu mata pelajaran, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini tidak bertentangan secara psikologis pada siswa, bahkan lebih baik dengan menggunakan metode diskusi kelompok ini yang sesuai dengan pembelajaran di sekolah menengah atas. Atas dasar inilah dapat diketahui bahwa tepat bila metode diskusi kelompok digunakan dalam proses pembelajaran pada jenjang ini. Dengan adanya kesesuaian ini tentunya bila dilaksanakan dengan baik akan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi siswa. Karena siswa tersebut yang berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut sehingga dengab pemahaman yang baik akan meningkatkan pula prestasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sangat dalam kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada seluruh isi alam. Dia yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik (ahsan taqwim). Dia pula yang mengajarkan manusia dengan kalam-Nya untuk menggali keagungan dan kebesaran-Nya.

Rangkaian shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang. Rasa haru dan lega yang telah dirasakan peulis sehingga bisa menyelesaikan tugas Penelitian Kependidikan dengan judul “Pengaruh Diskusi Kelompok terhadap Prestasi Belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang.

Selama penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data), maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras yang disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu Alhamdulillah dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dosen Penasihat Akademik penulis pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.


(7)

4. Segenap Dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis dalam menempuh pendidikan selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

5. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta perpustakaan Iman Jama’ yang telah menyediakan dan melayani dengan penuh keikhlasan dalam peninjauan literatur yang dibutuhkan.

6. Bapak M.Zuhdi M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kesabarannya telah member petunjuk, bimbingan, dan pengarahannya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Marul Wa’id S.Ag selaku kepala sekolah SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan.

8. Ayahanda Sarno dan Ibunda Rusnah yang dengan ketabahan dan kesabarannya serta ketawadu’annya membimbing dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang. Adik-adikku yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini serta teman yang selalu mendampingiku Anike Sudiyanti. Semoga Allah SWT menjadikan mereka orang-orang yang selalu dimuliakan.

9. Seluruh teman-teman dan sahabat serta kepada seluruh mahasiswa PAI angkatan 2003 dan 2005, khususnya kelas C yang telah membantu penulis dalam proses studi di UIN Syarif Hidayatullah hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat

membangun dan mohon maaf apabila dalam penulisan penelitian ini kurang sistematis dan penulis menyadari bahwa masih banyak beberapa kekurangan.


(8)

Akhirnya, tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses penyelesaian skripsi ini. Semoga mereka mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Jakarta, Agustus 2010


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Hal

BAB I

: PENDAHULUAN

………

A. Latar Belakang Masalah ………..3-4

B. Identifikasi Masalah ……….5

C. Pembatasan Masalah ………6

D. Rumusan Masalah ………6

E. Tujuan Penelitian ……….7

F. Kegunaan Hasil Penelitian ………..7

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran ………8-9 1. Pentingnya Metode ………10-11 2. Macam-macam Metode ……….12-17 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya Metode Mengajar ……….18

4. Metode Diskusi Kelompok dan manfaatnya …..19-20 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi …..21

B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam …………..22

2. Tujuan Pendidikan Islam ……….23-24 3. Fungsi Pendidikan Islam ……….25

C. Prestasi 1. Pengertian Prestasi ………26-27 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar ……..28-29 a. Faktor Internal ………30-32 b. Faktor Eksternal ……….33-34 D. Kerangka Berpikir ………35


(10)

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN

………..

A. Variabel Penelitian ………36 B. Tempat dan Waktu Penelitian ………...36 C. Populasi dan Sampel ……….36 D. Tekhnik Pengumpulan, Pengolahan

Dan Analisis Data ………..37-39

BAB IV

: HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Darussalam ………40 1.Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ………41-44 2.Struktur Organisasi ………45 3.Sarana dan Prasarana ……….46 B. Deskripsi data ………47 C. Analisis data ………48-53 D. Interpretasi data ………..54-57

BaB V

: PENUTUP

A. Kesimpulan ………58 B. Saran ……….59-61


(11)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Suryono

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 08 November 1981

NIM : 207011000830

Jurusan/Prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi :”Diskusi Kelompok dan pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat”

Dosen Pembimbing : M.Zuhdi,Ph.D

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat untuk pengambilan ijazah.

Jakarta, 10 Agustus 2011 Mahasiswa ybs


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pembelajaran dalam pendidikan membutuhkan beberapa komponen untuk menunjang terciptanya suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Terutama yang menjadi permasalahan pada saat ini adalah bagaimana dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan dapat dipahami oleh para peserta didik dengan baik.

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (Q.S.Al-Nahl 125)

Ayat di atas menyatakan perlunya proses yang dilakukan untuk ke arah yang lebih baik yaitu dengan cara satu sama lain saling memberikan kontribusi ke arah yang dinamis dan dengan cara-cara yang baik untuk saling memberikan penegtahuan dengan dilakukan dengan proses pembelajaran satu sama lain dalam memecahkan suatu masalah yang berbeda satu sama lain.


(13)

Ilmu pendidikan secara mikro memandang manusia dari segi upaya normatif membantu pihak lain agar berkembang ke tingkat yang normatif lebih baik. Secara makro, objek formal pendidikan adalah upaya normatif merancang dan mengembangkan kemampuan keseluruhan manusia agar tercapai tingkat kehidupan yang normatif lebih baik.1

Menurut Amir Daen Indra Kusuma, pendidikan adalah suatu usaha yang sadar, terencana dan sistematis, yang dilakukan oleh orang- orang yang diserahi

tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabi’at

sesuai dengan cita- cita pendidikan.2

Ini mengandung makna bahwa aktivitas pendidikan berusaha mengajarkan kandungan ilmu pengetahuan dan al-hikmah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupannya yang bisa mendatangkan manfaat dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi mudharat.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan kehidupan yang lebih baik. Tentunya hal ini apabila pendidikan yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang efektif dan lebih baik. Untuk mempengaruhi peserta didik ini tentunya membutuhkan strategi khusus yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam pencapaian pengaruh dan pemahaman agar dapat memberi pemahaman yang baik tersebut. Metode Diskusi Kelompok adalah salah satu metode atau cara untuk melaksanakan proses pembelajaran agar dapat memberi pemahaman siswa dalam menguasai mata pelajaran, terutama yang paling penting ialah mata pelajaran pendidikan agama Islam. Metode Diskusi Kelompok dapat dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas dalam upaya memberikan pemahaman pelajaran pada peserta didik/siswa, terutama pada Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Hal ini tentunya dapat dilakukan mengingat faktor pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada siswa tersebut. Namun, metode ini sering diabaikan dalam pencapaian tujuan pembelajaran di dalam kelas. Peneliti ingin

1

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta; PT.Raja Grafindo Perkasa, 2006 )

2


(14)

mengetahui apakah diskusi kelompok dapat menjangkau kepada tujuan kegiatan belajar-mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Secara umum Diskusi kelompok ini belum digunakan dalam proses pembelajaran di kelas secara efektif pada Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok sehingga dapat dilihat keberhasilan dalam penggunaan metode ini dibandingkan dengan metode ceramah yang sering digunakan oleh para pendidik dalam mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelumnya. Diskusi Kelompok yang akan diambil di sini adalah salah satu metode yang akan dilakukan di kelas seperti halnya metode pembelajaran lainnya dengan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran tersebut, terutama dalam pengajaran pendidikan agama Islam. Melalui diskusi kelompok menjadikan kelas yang guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan subjeknya ialah para peserta didik tersebut dalam pencapaian efektifitas penguasaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan penguasaan metode diskusi kelompok meningkatkan siswa dalam memahami materi mata pelajaran pendidikan Agama Islam di dalam kelas, dengan memodifikasi kelas dalam pelaksanaannya sebagai satu kesatuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dalam pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa-siswi tidak menemukan hambatan dan kendala yang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan mata pelajaran secara efektif di dalam kelas. Acuan yang menjadi tujuan ini ialah peningkatan belajar yang dilakukan siswa sehingga proses pembelajaran ini mengenai sasaran yang ditujukan yang terkait dengan proses belajar-mengajar siswa/siswi.

Alasan penulis memilih Hasil Prestasi Siswa SMA Darussalam karena peneliti ingin melihat efektifitas metode diskusi kelompok dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dilakukan siswa di kelas. Efektifitas dalam menguasai pelajaran Pendidikan Agama Islam tentunya dapat ditentukan daya kekuatan dalam penyampaian materi dengan strategi penggunaan metode yang dapat memberikan pemahaman dan penguasaan siswa pada mata pelajaran.


(15)

Alasan Peneliti melakukan penelitian di SMA Darussalam tersebut karena pada jenjang sekolah ini dapat dilakukan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran siswa di kelas, terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun, yang menjadi landasan dari penelitian di sini adalah mengetahui apakah Metode Diskusi Kelompok dapat digunakan dalam metode pengajaran Pendidikan Agama Islam, di samping itu peneliti juga ingin mengetahui bentuk diskusi kelompok seperti apa yang sesuai dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat benar-benar efektif oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena siswa Sekolah Menengah Atas pada umumnya menggunakan metode ceramah di kelas, tidak dengan metode diskusi kelompok, dan dari penelitian ini pula dapat mengetahui efektifitas metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh siswa/siswi di dalam kelas.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa hal yang penulis jumpai di SMA Darussalam ialah :

a. Tidak adanya penggunaan kombinasi metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Tidak adanya penggunaan metode pembelajaran diskusi kelompok di SMA Darussalam

C. Pembatasan Masalah

Metode belajar yang efektif ialah suatu tanda pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran, tentunya proses pembelajaran tersebut dilakukan oleh pendidik secara efektif dengan perumusan pengajaran yang dapat memberi pengaruh terhadap peseta didik terutama di dalam kelas. Diskusi Kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman yang baik terhadap peserta didik/siswa. Dengan dilakukan di dalam kelas membentuk pengalaman belajar yang baik dalam pemahaman dan penguasaan Pendidikan Agama Islam yaitu mengikutsertakan seluruh siswa dengan membentuk kelompok-kelompok belajar antara satu dengan lainnya yang bercampur baur


(16)

dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga siswa-siswi dapat memahami dan menguasai materi dengan baik dengan metode diskusi kelompok tersebut.

Dikarenakan yang menjadi latar belakang masalah penelitiannya adalah mengenai Metode Belajar Diskusi Kelompok dengan sasaran metodenya adalah peserta didik, maka berdasarkan uraian di atas, masalah pada penelitian ini dibatasi pada metode diskusi kelompok dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam yakni melihat seberapa besar pengaruh dan motif-motif belajar diskusi kelompok seperti apa yang efektif dapat dilakukan untuk memberikan pemahaman yang baik dalam mata pelajaran oleh peserta didik dan subjek penelitian dibatasi oleh siswa SMA Darussalam.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusannya adalah :

a. Apa Diskusi Kelompok berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

b. Bagaimana proses metode diskusi kelompok yang dapat meningkatkan pretasi belajar menurut siswa SMA Darussalam ?

c. Apa bentuk diskusi kelompok yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di SMA Darussalam ?

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat penulis

identifikasikan ialah “Bagaimana pengaruh Metode Diskusi Kelompok dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat- Tangerang.”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metode diskusi yang efektif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

b. Untuk mengetahui prestasi belajar pendidikan agama Islam. c. Untuk mengetahui metode diskusi kelompok dengan peningkatan penguasaan mata pelajaran pendidikan agama Islam.


(17)

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam. b. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang pengaruh metode diskusi kelompok dengan peningkatan prestasi belajar siswa di SMA Darussalam dalam Pendidikan Agama Islam. c. Menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi pendidikan SMA Darussalam.

d. Sebagai bahan acuan referensi dalam meningkatkan wawasan tentang metode pembelajaran, baik bagi praktisi pendidikan maupun bagi peneliti untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan proses pembelajaran di dalam kelas.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Pembelajaran

Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar terdapat cara-cara atau alat untuk mencapai hasil tujuan tersebut. Mengingat proses pembelajaran adalah proses dari suatu sistem yang berperan dalam mempengaruhi terwujudnya peningkatan mutu dan hasil belajar itu sendiri. Adapun pengaruh tersebut ialah ada pada penggunaan metode dalam pembelajatan tersebut, sehingga kesulitan yang tampak dalam proses pembelajaran tersebut akan dengan mudah dapat diatasi dan memberikan pengaruh yang baik dalam sistem pembelajaran tersebut. Tampak dalam penggunaan metode tersebut adalah ujung pangkal dari seluruh sistem yang berperan penting dalam mencapai tujuan dari proses perencanaan pembelajaran.

Kata metode berasal dari bahasa Greek ( Yunani ) yang terdiri dari dua kata, yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan, cara, alat atau gaya.1Secara istilah, menurut H.Muzayyin Arifin “Metode yaitu suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.2

Demikianlah pengertian dari metode ditinjau dari arti bahasa dan istilah dalam proses pembelajaran, yang berarti suatu cara atau jalan yang dilakukan/digunakan dalam satu hal pembelajaran agar mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan pendapat lain yaitu pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

1

M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta; Bumi Aksara, 1987) Cet ke-3, h.97

2

Muzayyin Arifin, Kafita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, (Semarang;PT.CV Toha Putera, t.t),h.90


(19)

terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan lebih merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Sedangkan metode bersifat procedural, maksudnya adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu, dan tekhnik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan metode. Misalnya cara yang bagaimana yang harus dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya berceramah pada siang hari dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.3

Metode mengajar sebagai alat pencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Kekaburan di dalam tujuan yang akan dicapai menyebabkan kesulitan dalam memilih dan menentukan metode yang tepat.4 Pemilihan metode yang tepat akan dapat membantu pendidik dalam mencapai hasil tujuan yang dicapai, yaitu dapat memberikan pemahaman yang baik kepada para peserta didik.

Metode mengajar yang baik disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari materi-materi pelajaran. Oleh karena itu, metode yang baik dapat memudahkan pendidik dalam mencapai hasil tujuan yang dicapai kepada para siswa dengan tidak menambah kesulitan bagi pendidik dalam proses pembelajaran. Karena dalam hal ini arti dari proses pembelajaran yaitu proses yang terjadi antara guru dan murid dalam berinteraksi di dalam kelas menyampaikan dan menerima proses tersebut untuk mencapai tujuan kedua belah pihak, yaitu seorang guru memberikan/menyampaikan materi dan siswa menerima seluruh materi yang disampaikan guru untuk perkembangan peningkatan mutu dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa.5 Oleh karena itu metode pembelajaran yang

3

Wina Sanjaya.M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta;Prenada Media,2000) Cet, ke-5, h.127

4

Zuhairini dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya,Usaha Nasional;1981),h.79

5


(20)

dapat digunakan ialah yang memudahkan hubungan transaksional tersebut dalam suatu sistem proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi manfaat dari metode pembelajaran, tentunya metode pembelajaran yang difikirkan dan disiapkan secara sistematis dan tersusun dapat memudahkan proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa, juga terjadi antara siswa dengan siswa.

Hal ini membuktikan bahwa metode pembelajaran perlu diperhatikan dalam menentukan tekhnik yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Tekhnik inilah yang pada akhirnya menentukan berjalan baik atau tidaknya metode pembelajaran yang direncanakan tersebut. Dengan kata lain, tekhnik yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menyulitkan perencanaan sebelumnya dalam proses menuju metode pembelajaran yang baik. Tentunya diperlukan tekhnik yang baik dalam melaksanakan metode pembelajaran dalam bagian menuju satu sistem pembelajaran yang baik untuk menuju tujuan yang diinginkan guru dan siswa. Tekhnik ini tentunya terdapat berbagai macam dalam pelaksanaannya, hal ini diserahkan kepada guru yang akan merencanakan dan melaksanakan metode pembelajaran tersebut sehingga dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil dari tujuan proses pembelajaran.

1. Pentingnya Metode

Mendidik, di samping sebagai ilmu juga sebagai “suatu seni “. Seni mendidik/ mengajar disini yang dimaksudkan adalah keahlian di dalam penyampaian pendidikan/pengajaran ( metode mengajar ). Sesuai dengan uraian terdahulu, bahwa metode mengajar adalah :

a. Merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.

b. Merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.

c. Merupakan kebulatan dalam suatu sistim pendidikan.6

Dari hal-hal di atas penyampaian materi ini berarti juga mengandung arti metode dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Tentunya dalam hal ini tidak cukup saja hanya memberikan materi yang dilaksanakan melainkan dengan upaya memberikan pemahaman yang baik ke dalam benak pikiran dan perubahan tingkah laku siswa.

6


(21)

Bukan penyampaian materi yang baik saja yang harus dicapai akan tetapi, akan terlihat efektif atau tidaknya dari hasil yang dilaksanakan. Metode/penyampaian materi yang efektif akan memberikan kesan yang baik dalam peningkatan mutu dan hasil yang dicapai dari proses pembelajaran. Tentunya dalam hal ini dalam proses pembelajaran membutuhkan metode atau cara penyampaian materi yang dapat diterima dan memberikan hasil yang memuaskan bagi guru dan siswa.

Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sama diartikan dengan suatu sistem yang keseluruhan saling terkait dan berhubungan satu sama lain. Perlu adanya suatu alat/cara untuk mencapai target yang dapat mencapai sasaran tersebut. Alat tersebut dinamakan metode yang dapat digunakan untuk membantu mencapai hasil yang diinginkan. Karena metode ini ialah ujung tombak dari sistem pembelajaran tersebut, bila tidak efektif dalam penggunaannya akan menghasilkan juga ketidakefektifan pencapaian tujuan dari suatu sistem pembelajaran. Oleh karena itu, metode/cara penyampaian materi ini sangat berperan dalam mempengaruhi berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran di dalam kelas sehingga tidak akan mungkin terjadi suatu hasil yang baik dalam proses pembelajaran bila tidak disertai dengan pelaksanaan metode yang baik pula.

Telah diakui pula bahwa dalam proses pembelajaran yang baik tidak luput dari peran serta penggunaan metode dalam proses pembelajaran. Karena dengan penggunaan metode ini berarti merealisasikan strategi yang telah ditetapkan ari perencanaan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini berarti metode juga termasuk bagian dari strategi dalam pembelajaran untuk dapat dilihat hasil yang akan ditunjukkan dari pengaruh pelaksanaan metode. Jadi, demikianlah dapat diketahui bahwa metode dalam proses pembelajaran ini ialah ujung tombak dalam merealisasikan strategi yang darencanakan sebelumnya sehingga dengan jelas dapat dilihat hasil yang akan dilakukan dari proses pembelaharan ini.

Dengan demikian dapat dirasakan dalam menggunakan met/de atau tidak dalam pembelajaran akan terlihat dari hasil yang ditunjukkaN dari proses tersebut. Begitu pentingnya metode ini jadi tidak heran bila metode ini selalu beriringan dengan proses pembelajaran dan dapat dibuktikan dengan jelas bila terdaapat hasil dan mutu yang kurang baik atau memuaskan di dalam kelas, maka terdapat masalah dalam


(22)

penggunaan metode dalam proses pembelajaran tersebut. Namun, perlu diperhatikan metode yang baik pun tidak akan menghasilkan yang baik pula bila tidak didukung dari kesiapan dan kesigapan dari guru sendiri.

Dengan pentingnya metode ini dapat terlihat jelas hasil dan pencapaian yang baik dari proses pembelajaran. Perlunya penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan mutu hasil pembelajaran.

2. Macam-macam Metode

Beberapa ahli pendidikan mengemukakan macam-macam metode pembelajaran, yang saling berbeda pendapat dari segi jumlah metode yang digunakan pada proses pembelajaran. Namun, untuk perkembangan dan peningkatan proses pembelajaran tersebut keseluruhan metode-metode tersebut dapat digunakan dan diakui sebagai bagian dari metode suatu pembelajaran di dalam kelas, Adapun macam-macam metode tersebut adalah :

1. Metode Ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.7 Dapat juga dikatakan metode ceramah ialah penuturan bahan pelajaran secara lisan.8 Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas bahwa metode ceramah ini ialah metode dalam pembelajaran menggunakan lisan dan pernyataan dalam penyampaian materi kepada peserta didik.

2.Metode Tanya Jawab ialah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.9 Pendapat yang lain juga mengatakan metode tanya jawab ini yaitu suatu metode penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedang murid

7

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

8

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.105

9

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83


(23)

menjawab tentang bahan/materi yang ingin diperolehnya. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai appersepsi, selingan, dan evaluasi).10 Dengan demikian metode tanya jawab ini ialah metode yang digunakan dalam penyampaian materi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pengajuan pertanyaan- pertanyaan dan dijawab oleh murid.

3. Metode Diskusi ialah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk menumbuhkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.11 Pendapat lain mengatakan metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.12 Dengan demikian dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa metode diskusi ialah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memberikan permasalahan kepada siswa, sehingga terjadinya saling tukar pikiran dan pandangan dalam diskusi untuk memecahkan permasalahan tersebut oleh murid.

4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen merupakan metode pengajuan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar

10

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

11

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.97

12

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83


(24)

tiruan.13 Adapun pendapat lain mengatakan metode demonstrasi dan eksperimen ini yaitu suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.

(misalnya : proses cara mengambil air wudhu, proses cara mengerjakan shalat jenazah dan sebagainya). Sedangkan metode eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid-murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui.

(misalnya : mengadakan eksperimen tentang tanah/debu yang dapat dipergunakan untuk tayamum, eksperimen untuk merawat jenazah dan sebagainya).14 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dan eksperimen ialah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan guru dalam penyampaian materi kepada murid/siswa memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses situasi atau benda tertentu.

5. Metode Tugas dan Resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bias dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.15 Pendapat lain mengatakan bahwa metode tugas dan resitasi ini yaitu suatu metode dimana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, di laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada guru.16 Dengan demikian dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa metode tugas dan resitasi ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pemebrian tugas khusus di luar jam

13

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.100

14

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

15

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.102

16

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83


(25)

pelajaran kepada siswa, dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di manapun dapat dikerjakan oleh siswa, dengan catatan tempatnya benar-benar mendukung dan kondusif dalam belajar.

6. Metode Kerja Kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.17 Dapat juga dikatakan bahwa metode kerja kelompok ini yaitu kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerjasama) antara individu serta saling percaya mempercayai.18 Dari beberapa pernyataan di atas dapat dipahami dengan jelas bahwa metode kerja kelompok ini ialah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan pemebrian tugas kepada siswa dan dikerjakan secara berkelompok dalam pelaksanaan metode ini.

7. Metode Sosiodrama ialah bentuk metode mengajar dengan mendramakan/memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan social. Sedangkan bermain peranan lebih menekankan pada kenyataan di mana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan social.19 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara pendidik mendramakan/memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial, sehingga siswa terpengaruh dari segi emosional untuk mengikuti dari peranan tingkah laku yang dilakukan oleh guru.

8. Metode Karyawisata ialah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran. Dalam perjalanan karyawisata ada hal-hal tertentu yang telah direncanakan

17

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.103

18

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

19

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83


(26)

oleh guru untuk didemonstrasikan/ditunjukkan kepada siswa, di samping ada hal-hal yang secara kebetulan diketemukan dalam perjalanan tamasya tersebut, Misalnya : pengenalan terhadap kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam semesta.20 Dapat juga berarti metode karya wisata (field trip) ini dalam arti metode pembelajaran yang mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karya wisata dalam arti umum. Karya wisata ini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.21 Dengan demikian dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa metode karya wisata ini ialah suatu metode dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada kunjungan ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan kepada siswa hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran.

9. Metode Drill/Latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini.22 Pendapat lain mengatakan bahwa metode drill/latihan ini ialah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan malatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Metode drill/latihan siap biasanya digunakan pada pelajaran-pelajaran yang bersifat motoris, seperti : pelajaran menulis, pelajaran bahasa, dan pelajaran-pelajran keterampilan, lalu pelajaran-pelajaran yang bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berfikir cepat.23 Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas bahwa metode drill/latihan ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan keterampilan dan ketangkasan

20

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

21

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.105

22

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.104

23

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83


(27)

kepada siswa dari apa yang telah dipelajari, dalam hal ini keterampilan atau ketangkasan yang diberikan bersifat motoris.

10.Metode Sistem Regu ialah suatu metode pembelajaran : dua orang guru atau lebih bekerja sama pembelajaran sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.24 Hal ini berarti juga bahwa metode sistim regu (Team Teaching) ini yaitu metode mengajar di mana dua orang guru (atau lebih bekerja sama mengajar sekelompok murid).25 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode sistim regu ini ialah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan cara/tekhnik dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sekelompok murid. Jadi terdapat beberapa guru dalam proses pembelajaran tersebut.

11.Metode Problem Solving adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak untuk menghadapi masalah-masalah dari apa yang paling sederhana sampai kepada masalah-masalah yang sulit.26 Pendapat lain mengatakan bahwa metode problem solving (metode pemecahan masalah) ini yaitu bukan hanya sekedar metode pembelajaran tetapi juga metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.27 Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas bahwa metode problem solving ini ialah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dapat mencari jawaban dari masalah tersebut dengan cara berfikir pada masalah tersebut dan dapat menarik kesimpulan dari masalah tersebut. Demikian metode-metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk menunjang guru dalam mengatasi masalah dalam penyampaian materi kepada siswa. Dari beberapa metode di atas seorang

24

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.104

25

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

26

Zuhairini dan Abdul Ghafir,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang;PT.FT IAIN Sunan Ampel, 1983) cet,Ke-8,h.83

27

Asep Herry Hermawan,dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung;UPI Press,2007)Cet,Ke-1, h.104


(28)

guru dapat menggunakan dan menvariasikan beberapa metode tersebut, dengan harapan dapat mencapai hasil dari tujuan proses pembelajaran yaitu memberikan pemahaman dan peningkatan dari proses pembelajaran ini.

3. Faktor-faktor penyebab banyaknya metode mengajar

Sesuai dengan kekhususan-kekhususan yang ada pada masing-masing bahan/materi pelajaran, baik sifat maupun tujuan maka diperlukan metode-metode yang berlainan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Dari perbedaan mata pelajaran tersebut, tentunya tidak seluruh metode dapat digunakan dalam satu mata pelajaran, dipilih metode yang sesuai dengan tujuan akhir dari mata pelajaran tersebut sehingga dengan metode yang dipilih dapat memudahkan dalam pengajaran, bukan malah menyulitkan dalam pengajaran satu mata pelajaran.

Faktor-faktor penyebab bermacam ragamnya metode mengajar, yaitu :

1. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing..

2. Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakangkehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya.

3. Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung; dengan pengertian bahwa disamping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial kultural ikut menentukan metode yang dipakai guru.

4. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari pada pendidik masing-masing.

5. Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya.

Demikianlah yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya berbagai macam ragamnya dari metode mengajar dalam proses pembelajaran, yang bertujuan untuk tercapainya tujuan dari pembelajaran dan memudahkan menyampaikan bahan materi ajar dengan baik dan efektif melalui metode yang sesuai dengan masing-masing mata pelajaran.


(29)

4. Metode Diskusi dan manfaatnya

Pengertian Diskusi ditinjau dari segi bahasa dan istilah meliputi, diskusi berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”, “investigate” (memeriksa, menyelidiki). “Discuture” berasal dari akar kata “dis” dan “cuture”. Dis artinya terpisah dan Cuture artinya menggoncang atau memukul.

Secara etimologi, “discuture” berarti suatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya. (to clear away by breaking up or cuturing). Diskusi secara umum, adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan suatu masalah tertentu (problem solving).28

Metode Diskusi menurut Drs.M.Basyiruddin Usman M.Pd, adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.29 Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.30 Sedangkan kelompok berarti bersama-sama dalam satu kelompok kurang lebih dari tiga orang atau lebih yang saling berinteraksi dan bertukar ide, informasi sehingga satu sama lain memberi respon/tanggapan dan jawaban dari jawaban antara satu dengan lainnya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Metode Diskusi Kelompok ialah suatu cara atau metode dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan mempelajari bahan materi pengajaran dan mendiskusikannya secara berkelompok, bertukar ide, argumentasi dan referensi dalam upaya untuk mencari solusi atau jawaban dari permasalahan yang terdapat pada satu mata pelajaran sehingga dapat mencapai hasil dari tujuan pembelajaran secara aktif dan efektif.

28

Ramayulis, op.Cit, h.145

29

M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta; Ciputat Press, 2002), Cet.ke-1,h.36

30

Zuhairini, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya; Usaha Nasional, 1983), Cet.Ke-8, h.89


(30)

Menurut Basyiruddin Usman ada beberapa jenis diskusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membimbing belajar siswa, terutama belajar dalam berkelompok antara lain :

a. Whole group

b. Diskusi kecil/diskusi kelompok c. Buzz group

d. Panel

e. Syndicate group f. Symposium g. Informal Debate h. Fish bowl

i. The open discussion group j. Brain Storming31

Jenis-jenis diskusi ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran secara berkelompok. Dari macam-macam disksui di atas dapat dijelaskan secara terperinci, yaitu :

1) Whole group merupakan bentuk diskusi kelas dmana para peserta duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya.

2) Diskusi kecil/diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang peserta, dan juga diskusi kelompok besar yang terdiri dari 7-15 orang anggota. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberikan kesempatan berbicara atau mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah.

3) Buzz group

Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok. Kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agara para siswa dapat bertukar pikiran dan bertatapmuka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-

31

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat Press; Cet I Juni 2002 Jakarta) h.42-43


(31)

pertanyaan yang muncul. 4) Panel

Yang dimaksud [anel disini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topic tertentu dan duduk dalam bentuk semi melingkar. Yang dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan langsung dengan audien atau dapat

juga secara tidak langsung. Sebagai contoh diskusi panel yang terdiri dari para ahli yang membahas suatu topik di muka televisi. Biasanya dalam

diskusi panel ini para audien tidak turut bicara. Namub dalam forum tertentu para audien diperkenankan untuk memebrikan tanggapannya.

5) Syndicate group

Dalam bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas- tugas tertntu atau tugas yang bersifat komplementer. Guru menjelaskan garis besar permaslahan, menggambarkan asapek-aspeknya, dan kemudian tiap kelompok diberi tuags untuk mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber informasi atau referensi yang dijadikan rujukan oleh para peserta.

6) Symposium

Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah, penyanggah, moderator, dan notulis, serta beberapa peserta simpusium. Pembawa makalah diberi kesempatan untuk menyampaikan makalahnya di muka peserta secara singkat (antara 10-15 menit) selanjutnya diikuti oleh penyanggah dan tanggapan para audien. Bahasan diskusi kemudian disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil symposium.

7) Informal Debate

Biasanya bentuk diskusi ini dibagi menjadi dua tim yang agak seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal.

8) Fish bowl


(32)

ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap peserta diskusi kelompok pandangan duduk mengelilingi jkelompok diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkok.

Selama diskusi kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang telah disediakan.

Apabila ketua diskusi mempersilahkannya bicara, maka dia boleh bicara, dan kemudian meninggalkan kursi tersebut setelah selesai bicara.

9) The open discussion group

Kegiatan dalam bentuk ini akan dapat mendorong siswa agar lebih tertaik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah anggota kelompok yang baik terdiri antara 3-9 orang peserta. Dengan diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan pendapat secara jelas, memecahkan masalah,

memahami apa yan dikemukakan oelh orang lain dan dapat menilai kembali pendapatnya.

10)Brain Storming

Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri dari 8-12 orang peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat

menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil bahasan yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide yang ditemukan atau dianggap benar.

Demikianlah beberapa jenis atau model diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di dalam kelas. Dengan memilih diantara satau model tersebut akan terwujud diskusi dalam kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang baik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tentunya model-model di atas dapat dilakukan hanya di dalam kelas maupun dalam kelompok yang lebih kecil


(33)

sehingga diskui ini dapat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar siswa/siswi.

Adapun penggunaan diskusi yang tertera di atas paling sederhana dalam pelaksanaanya dan sesuai dengan tingkatan pembelajaran dalam diskudi maka yang paling tepat digunakan yaitu diskusi informal (Informl Debate) dan diskusi kelompok kecil.

Diskusi kelompok kecil inilah yang dipakai peneliti dalam penelitian ini guna memberikan pengaruh pada pengingkatan prestasi belajar siswa/siswi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Pertama : Pemilihan topik yang akan didiskusikan dapat dilakukan oelh guru dengan siswa atau oleh siswa itu sendiri.

Kedua : Dibentuk kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 4-6 anggota setiap kelompok dan dipimpin oleh seorang ketua dan seorang notulis.

Pembentukan kelompok dapat dilakukan secara acak atau memperhatikan minat dan latar belakang siswa.

Ketiga : Dalam pelaksanaan diskusi. Para siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing, sedangkan guru memperhatikan dan memberikan petunujuk bilamana diperlukan.

Keempat : Laporan kecil hasil diskusi, hasil diskusi dilaporkan secara tertulis oleh masing-msing kelompok kemudian diadakan suatu forum panel diskusi untuk menanggapi etiap laporan kelompok tertentu.

Terdapat manfaat dari Metode Diskusi Kelompok dalam proses pembelajaran. Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa antara lain :

a) Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya, yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan.

b) Mereka tidak terjebak kepada jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia


(34)

mempertimbangkan alasan-alasan orang lain, menerima berbagai pandangan dan segera hati-hati mengajukan pendapat dan pandangannya sendiri,

c) Berbagai diskusi timbul dari percakapan guru dan murid mengenai suatu kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Bila kelompok/kelas itu ikut serta membicarakan dengan baik, niscaya segala kegiatan belajar akan beroleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas sehingga dapat diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik lagi.

d) Diskusi Kelompok/kelas member motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa-apa yang sedang mereka pelajari karena itu dapat membantu siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan alasan-alasan yang memadai, bukan hanya sekedar jawaban “ya” atau “tidak” saja.

e) Diskusi juga membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas, karena dari pembicaraan itu mereka berkesempatan menarik hal-hal atau pengertian-pengertian baru yang dibutuhkan.

Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi dapat merupakan cara belajar Yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena hal tersebut merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu, sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.32

Demikianlah beberapa manfaat dari metode diskusi yang digunakan sebagai metode dalam pembelajaran di kelas ini sehingga membawa dampak yang baik dan dapat mempengaruhi siswa dalam upaya peningkatan dan pengembangan pengetahuan dengan memanfaatkan metode diskusi untuk mencapai tujuan yang diharapkan bagi proses pembelajaran yang terjadi di kelas.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Metode Diskusi mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya :

32


(35)

a. Suasana kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengerahkan perhatian/pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi anak dalam hal ini lebih baik.

b. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti : toleransi, demokratis, berfikir kritis, sistimatis, sabar dan sebagainya.

c. Kesimpulan hasil diskusi mudah difahami anak, karena anak-anak mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.

d. Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata-tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.

Kekurangan Metode Diskusi

Metode Diskusi mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya :

a. Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab dan dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh.

b. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.

c. Para siswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.

Demikianlah kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan metode diskusi ini. Namun, perlu diingat kembali bahwa metode ini mempunyai kelebihan yang lebih baik, bila dibandingkan dengan kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan metode diskusi ini, yaitu dapat berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan peningkatan kepribadian siswa/peserta didik sehingga mampu untuk menyampaikan ide-ide atau informasi, kemudian dapat menjawab dan merasakan sendiri respon yang berlangsung dalam pelaksanaan metode diskusi ini.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan dengan tiga kata yaitu : Ta’lim, Ta’dib dab Tarbiyah. Istilah dalam Pendidikan Islam dari ketiga kata tersebut


(36)

saling berhubungan dengan makna Pendidikan secara keseluruhan. Namun, diterjemahkan kata At-Ta’dib berarti memberi adab/akhlak/mendidik, kata At-Ta’lim yang berarti hal yang mengajar/melatih sedangkan kata At-Tarbiyah dengan arti kata pendidikan.33 Dilihat dari asal bahasa, kata At-Tarbiyah mempunyai tiga asal kata, pertama kata Tarbiyah berasal dari kata “raba yarbu” yang berarti “Jadawa nama”

“bertambah dan tumbuh”. Kedua kata At-Tarbiyah berasal dari kata “rabiya yarbaa”

berarti “masayara wa tara’ ra’a, tumbuh dan berkembang. Ketiga kata At-Tarbiyah

dari kata “”rabba – yarubbu” berarti aslahuhu, tawalla amrahu, sasahu, qama’alaihi waraahu, memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara.34

Dengan demikian istilah pendidikan yang relevan dengan rekanan konsep bahasa Arabnya adalah At-Tarbiyah, sehingga istilah Pendidikan Islam akan menjadi At-Tarbiyah Al-Islamiyah, bukan At-Ta’lim Al-Islamiy ataupun At-Ta’dib Al -Islamiy.35

Dari paparan di atas dapat diketahui dengan jelas tentang kata yang relevan untuk istilah Pendidikan Islam dengan makna pendidikan secara keseluruhan sesuai dengan arti dari kata At-Tarbiyah yang berarti Pendidikan. Jadi, dapat diketahui bahwa pengertian Pendidikan Agama Islam yaitu Keseluruhan aktivitas pendidikan yang berlandaskan kepada ajaran dan doktrin agama Islam. Dengan cara merencanakan dan memberikan pendidikan yang sesuai dengan agama Islam sebagai sumber dari pendidikan tersebut.

Namun secara khusus tentang pengertian Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam. Demikianlah yang dimaksud dengan pengertian pendidikan agama Islam secara khusus yang tidak membandingkan dengan Pendidikan islam yang sebetulnya saling berkaitan antara keduanya yaitu sama-sama memberikan pengajaran pendidikan agama Islam.

33

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia; (Jakarta, YP3A, 1973),h.37,137 dan 278

34

Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002) Cet.I h. 10

35

Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002) Cet.I h. 10


(37)

2. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dalam hal ini menyiapkan generasi yang mempunyai nilai moral dan pengetahuan yang baik. Imam Ghazali sebagaimana dikutip oelh Djamaluddin mengemukakan tentang tujuan pendidikan agama Islam yaitu membina insan paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia dunia dan akhirat, tidak dapat dilupakan pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dak kelezatan pula ini dapat mengantarkannya pada pembentukan insan paripurna.36 Dengan demikian dari pernyataan di atas dapat diketahui tujuan pendidikan Islam ini berarti membentuk manusia yang lebih dekat dengan Allah sebagai tujuan akhir untuk mengapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk menciptakan kebahagiaan dalam tiap-tiap individu untuk menjalani kehidupan di dunia.

Adapun menurut Fadlil Al-Jamaly sebagaimana dikutip oleh Abdul Halim Soebahar merumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih rinci sebagai berikut :

1. mengamalkan manusia akan perananya diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini

2. mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.

3. mengenalkan manusia akan alam ini, dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.

4. Mengenalkan manusia akan pencipta lama ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepadanya (Al-jamali, 1986:3).37

Dalam hal ini berarti arti tujuan pendidikan secara luas atau secara umum dan terinci dengan tidak melupakan sebagai hamba Allah yang senantiasa berusaha untuk menjadi makhluk yang mampu menjalani hidup ini secara keseluruhan baik secara pribadi maupun sosial. Dengan arti pula menciptakan dan mewujudkan suatu hal

36

Djamaluddin,dkk, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung ; PT.Pustaka Setia, 1998) Cet.Ke-II h.14-15

37

Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002) Cet.I h. 30


(38)

yang baik pada pribadi dan lingkungan sekitar. Sedangkan tujuan pendidikan Islam dalam arti khusus yang berkaitan dengan individu, yaitu :

1. Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya.

2. Tujuan-tujuan profesionil yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu.38

Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa hal demikian tujuan pendidikan Islam dalam arti khusus, yaitu yang berkaitan dengan individu-individu untuk menjadi manusia yang lebih baik sebagai hamba Allah. Dengan mewujudkan hal di atas dalam tercapainya tujuan yang lebih baik dan bermanfaat tanpa melupakan dari kewajiban dari ajaran agama Islam itu sendiri yaitu menjadi makhluk yang terbaik dan menjalankan amal ma’ruf dan nahi munkar. Dengan kedinamisan potensi yang dimilikinya akan menciptakan manusia-manusia yang mampu menjadi contoh atau teladan dengan banyak keterampilan dan kemampuan yang baik yang dimilikinya. Tujuan-tujuan yang demikianlah yang diharapkan dari pendidikan Islam, yaitu :

1. Tujuan individu 2. Tujuan Sosial

3. dan tujuan profesionil

Jadi, tujuan pendidikan Islam demikian luasnya untuk menciptakan manusia yang mempunyai akhlak dan bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap masyarakat dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah.

Dari paparan di atas adalah tujuan umum dari pendidikan Islam. Namun tujuan dari pendidikan Agama Islam ialah :

a. Tujuan sementara

Tujuan ini ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi

sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

b. Tujuan Operasional

Tujuan ini ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah

38

Omar Mohammad Al-Tommy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta, t.t Bulan Bintang ) h. 399


(39)

kegiatan pendidikan tertentu.39

Adapun tujuan pendidikan agama Islam di SMA yaitu : a. memperluas materi tingkat SLTP

b. memberikan ajaran-ajaran agama sejauh mungkin secara rasionil baik yang berhubungan dengan keimanan, ibadah maupun pergaulan.

c. memberikan ajaran-ajaran agama yang menyangkut segi-segi social, kebudayaan, hukum, ekonomi dan moral.

d. perkembangan agama dan aliran-aliran dalam agama e. perluasan lebih lanjut terhadap bahasa asli agama f. sejarah perkembangan agama dan kebudayaan.40

Demikianlah tujuan dari pendidikan agama Islam secara khusus di sekolah menengah atas yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan islam yang umum.

3. Fungsi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam mempunyai pengaruh yang besar dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Dalam hal ini dalam pendidikan Islam, selain mempunyai tujuan yang mulia, juga mempunyai fungsi-fungsi Pendidikan Islam, yaitu :

Dilihat dari segi pendidikan, Agama Islam besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan manusia. Tentunya dengan ini membuktikan bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam sangat berguna untuk kehidupan manusia. Oleh karena itu, fungsi pendidikan agama Islam dapat dilihat dalam dua dimensi, yaitu :

1. Dimensi mkro (internal), yaitu manusia sebagai subyek dan obyek Pendidikan. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi

memelihara dan mengembangkan fitrah (potensi) insani yang ada di dalam diri anak didik seoptimal mungkin sesuai dengan norma agama. Dengan upaya ini diharapkan pendidikan agama Islam mampu membentuk insan yang berkualitas dan mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya baik bagi pribadi, maupun kepada masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai uapaya menuju terbentuknya kepribadian muslim seutuhnya.

2. Dimensi mikro (eksternal), yaitu perkembangan kebudayaan dan

peradaban manusia sebagai hasil akumulasi dengan lingkungannya. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai saran pewaris budaya dan identitas suatu komunitas yang di dalamnya manusia

39

Nurul Uhbiyati.Ilmu Pendidikan Islam,(CV Pustaka Setia,Cet II September 1999 Bandung ) h.34

40


(40)

melakukan berbagai bentuk interaksi dn saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.41

Dari keterangan di atas dapat diketahui, bahwa fungsi pendidikan Islam terdapat dua dimensi yaitu dimensi mikro yang menunjukkan upaya menuju terbentuknya pribadi muslim seutuhnya dan dimensi mikro, yaitu diemnsi eksternal yang menunjukkan upaya melakukan berbagai interaksi antara satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas fungsi pendidikan Islam secara umum, yaitu :

1. Makro (universal)

Untuk memantapkan proses internalisasi nilai universal dalam diri peserta didik.

2. Messo (sosial)

Pendekatan ini mengupayakan terbentuknya konstruksi sosial yang dinamis melalui program pendidikan.

3. Ekso (kultural)

Program ini memberi petunjuk dan kompetensi bagi peserta didik. Untuk menyerap nilai-nilai kontemporer yang menunjang nilai-nilai sakral dalam rangka proses symbiosa kulturalis bagi pembinaan akhlak.

4. Mikro (individual)

Yang membina kecakapan seseorang sebagai teanga profesional, yang mampu mengamalkan ilmu, teori dan informasi yang diperoleh, sekaligus terlatih dalam memecahkan problem yang dihadapi.42

Dengan demikian dapat disimpulkan dari fungsi pendidikan islam yaitu : 1. Makro (universal)

2. Mikro (individu) 3. Messo (sosial) 4. Ekso (kultural)

Namun yang dimaksud dengan fungsi Pendidikan Agama Islam yaitu sesuadi dengan fungsi pendidikan Islam. Yaitu sebagai :

a. sebagai pedoman dalam pengkajian pelajaran

b. sebagai petunjuk dan pengarah dalam pengkajian pelajaran

41

Nizar,Syamsul DR,MA, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002) h.121

42

Abd.Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam ( Jakarta, Kalam Mulia,2002) Cet.I h.


(41)

C. Prestasi

1. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum memahami dari kata prestasi belajar ini secara keseluruhan, baiknya dapat memahami pengertian dari kata prestasi dengan kata belajar terlebih dahulu, karena dengan adanya pemisahan dari kedua kata tersebut dapat dipahami arti dari kata prestasi belajar tersebut. Dalam kamus populer kata prestasi berasal dari bahasa belanda “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang diartikan dengan apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keletan belajar.43 Sedangkan dalam kamus pelajar, kata “prestasi” diartikan sebagai hasil yang diperoleh dengan kerja keras yang dilakukan oleh seseorang.44 Dari pernyataan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa prestasi itu ialah suatu usaha yang dilakukan dengan cara kerja keras dan semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang diinginkan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan usaha dari hasil keuletan dan kedisiplinan dalam belajar.

Dalam bahasa Inggris belajar disebut learning, yang didefinisikan “Sebagai perubahan yang relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh kemudian melalui pengalaman-pengalaman.45

Menurut Cronbach yang dikemukakan oleh fadhillah Suralaga,dkk, mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Definisi lain yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Kimble bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang merupakan hasil dari pengalaman. Sedangkan James Whittaker, masih sama dikemukakan oleh Fadhillah Suralaga,dkk, mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.46 Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kata belajar yang berarti suatu proses yang dilakukan untuk perubahan tingkah lauk yang dilakukan denga pengalaman-pengalaman.

43

S.F Habeyb, Kamus Populer (Jakarat, Centra 1983), Cet.20 h.196

44

Djalinus Syah, et. Al, Kamus Pelajar ( Jakarta ; Rineka Cipta 1992), Cet I h. 168

45

Linda L.davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, (jakarat; Erlangga 1988) Cet Ke 2 h. 175

46

Fadhillah Suralaga,dkk, Psikologi Pendidikan, (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005) Cet I, h.62


(42)

Adapun menurut pendapat Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan mengemukakan pendapat beberapa tokoh pendidikan, mengenai belajar, yaitu :

a. Hilgard dan Bower, dalam bukunya “Theory of Learning” mengemukakan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi itu, tertentu yang disebabkan oleh pengalaman.

b. Gagne, dalam bukunya “the Conditioning of Learning” menyatakan bahwa, belajar terjadi apabila stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.

c. Morgan dalam bukunya “Introduction to Psychology” mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalama tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

d. Witherington, dalam bukunya “Educational Psychology” mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kerpibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola reaksi dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan atau suatu pengertian.47

Dengan demikian dari definisi-definisi yang tertera di atas dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu-individu yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman.

Prestasi belajar merupakan tingkat keebrhasilan siswa dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor (nilai) yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah pelajaran.

Prestasi belajar biasanya digunakan untuk menunjukkan tercapainya tingkat keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan dalam proses yang sudah ditentukan, melalui bimbingan, perhatian, pengaruh dalam proses belajar mengajar tertentu. Bahkan prestasi belajar berarti penguasaan anak terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor (nilai) setelah mengikuti kegiatan belajar.48

Keberhasilan anak dalam prestasi dari proses belajar ini dapat dilihat atau dinilai prestasinya dengan melihat hasil-hasil yang ditunjukkan dengan nilai atau angka-angka pada sebuah rapor dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Sehingga

47

M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 1995) Cet Xh. 84

48


(43)

dengan adanya bukti-bukti nilai tersebut dapat membuktikan prestasi anak tersebut dalam proses belajar.

Dengan ini dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi berhubungan dengan nilai (skor) dalam penilaian bahwa telah memahami atau menguasai pengetahuan dari pengajaran yang diterimanya dengan baik. Dengan kata lain prestasi adalah hasil yang diperoleh anak setelah melalui proses belajar mengajar yang diterimanya dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Apabila seseorang mencita-citakan sesuatu, maka ia harus berusaha dengan langkah awal suatu gerakan ke arah cita-cita tujuan itu. Demikian pula apabila seseorang ingin memiliki kepandaian tentang sesuatu maka ia harus belajar mengenai hal itu sebagai satu-satunya jalan ke arah itu. Adapun bekal utamanya ialah beberapa faktor yang mempengaruhi dalam belajar yang baik ialah sebagai berikut :

1. Faktor Kesungguhan Jiwa

Belajar adalah pertarungan jiwa manusia untuk mengerti dan menerima kebenaran yang bersifat obyektif. Dengan kesungguhan jiwa manusia, menantang kita untuk tidak lekas puas dengan hal-hal yang biasa saja teapi menerobos kepada hal-hal yang mendalam, mengering, menguji,

menyelidiki, hingga menemukan mutiara kebenaran. 2. Faktor Keseimbangan

Dalam hidup dan kehidupan manusia, terdapat banyak tugas yang harus dikerjakan nilai-nilai hidup yang wajib dikejar, yang kesemuanya meminta perhatian. Hal ini menuntut kita untuk pandai-panadi membagi waktu sehingga terjadi harmonisasi atau keseimbangan dalam pelaksanaannya. 3. Faktor Konsentrasi

Sejalan dengan peningkatan kedewasaannya, seorang pelajar wajib meningkatkan dan organisasi atas segala gerak kejiwaan, yang dapat meningkatkan konsentrasinya dalam belajar.

4. Faktor Jiwa Obyektif (tunduk kepada kebenaran)

Dalam belajar, sikap tunduk, patuh kepada kebenaran merupakan

“conditiosime quanon”, isyarat mutlak, kebenaran bukanlah soal suka dan tidak suka, kalau memang suatu kebenaran wajiblah kita menerimanya. 5. Faktor Antusiasme atau kegembiraan dalam belajar

Belajar adalah suatu hal yang sangat penting dan menentukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Hindarkanlah rasa paksaan untuk belajar dan peliharalah antusiasme, sesuatu kegembiraan, kesenangan dan semangat


(44)

belajar.

6. Faktor Wawasan Ilmiah yang luas

Terdapat banyak tuntutan dalam belajar, karena itu dalam belajar

seyogyanya menghubungkan segala sesuatu dengan arti yang luas, sehingga kepribadian akan berkembang dan belajar menjalani aktivitas yang

menghasilkan wawasan ilmiah yang luas.

Dari beberapa faktor di atas dapat diketahui dengan jelas, dapat dikelompokkan kembali berdasarkan pemaparan di atas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua bagian, terdiri atas dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Inilah yang menjadi pengaruh tiap individu dalam proses belajar dalam kepribadiannya masing-masing.

3. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, diantara faktor-faktor tersebut, yaitu : “(1) Intelegensi (2) Sikap (3) Bakat (4) Minat, dan (5) Motivasi.49

1.Intelegensi

Menurut Reber yang dikutip Muhibbin Syah bahwa intelegensi dapat diartikan

sebagai “kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan dengan cara yang tepat”.50

Tingkat kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki anak merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya presatsi belajar. Dengan demikian, anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar dari pada anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. 2. Sikap

Menurut Muhibbin Syah bahwa sikap adalah gejala internal yang berdiemnsi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif, maupun negatif. Sikap (Attitude) anak yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar anak didik tersebut. Sebaliknya, sikap negatif anak terhadap guru dan

49

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda karya, 2001) Cet Ke-6 h.132.

50


(45)

mata pelajaran yang diberikan dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif anak, guru dituntut untuk menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran, seperti menghargai dan mencintai profesinya dengan cara menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studi yang diberikan dan mampu meyakinkan kepada para siswa tentang manfaat bidang studi itu, bagi kehidupan mereka. Dengan demikian , siswa akan merasa membutuhkannya dan dari perasaan kebutuhan itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi yang diberikan dan sekaligus terhadap guru yang bersangkutan.

3. Bakat

Menurut Chaplin and Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa bakat (talent) adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat anak dapat dikembangkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, bakat itu dapat mempengaruhi belajar siswa, khususnya berkenaan dengan keberhasilan atau prestasi belajar itu sendiri.51

Seorang anak bisa saja berbakat dalam satu bidang tetapi rendah dalam bidang lainnya. Oleh karen aitu anak yang berbakat dalam bidan studi Pendidikan Agama Islam akan rajin dan senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oelh bidang studi tersebut.

4. Minat

Secara sederhana, Minat berarti kecenderungan clan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.52 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajarinya ticlak sesuai demean minat anak, maka hasi l b el aj arn ya pu n t i cl a k s esuai de ngan ap a ya n g cl i har apk an.

51

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda karya, 2001) Cet Ke-6 h.135

52


(1)

17 Pendidikan Agama Islam yang disebabkan oleh hanya satu metode dalam pembelajarannya. Sehingga metode diskusi kelompok ini dapat digunakan di SMA Darussalam tersebut sebagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa/siswi dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.


(2)

18 BAB V

PENUTUP

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan, selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai tanggal 10 Mei 2010 hingga 15 Agustus 2010, serta berdasarkan ujicoba dengan menggunakan Uji beda rata-rata untuk sampel yang saling berhubungan, seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dibuat ringkasan kesimpulan dan saran sebagaimana yang akan dijelakan di bawah ini.

A. Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan melalui uji “t” sebagaimana dijelaskan pada bab IV, kesimpulan yang dapat diberikan dri penelitian yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan adalah memang metode diskusi kelompok ini dapat digunakan ebagai salah satu alternatif oleh guru dalam proses belajar-mengajar selanjutnya.

2. Bentuk dikusi kelompok yang dilaksanakan yaitu dengan cara berkelompok mengutarakan materi pelajaran pendidikan agama Islam dan mendiskusinya. Namun, tidak semua hal pelajaran dapat didiskusikan. Hal inilah yang menjadi kelemahan diskusi kelompok dalam metode pembelajaran di SMA Darussalam. Bentuk diskusi kelompok yang demikian mendapat perhatian dari siswa dalam pelaksanaannya.

3. Dengan membagi siswa menjadi tiap kelompok dan menjadwalkan dari tiap kelompok tersebut untuk mengutarakan mteri pelajaran secara


(3)

19 bersamaan dan mendiskusikannya. Proses diskusi kelompok ini mendapat antusias dan respon yang baik bagi siswa SMA Darussalam sehingga metode diskusi kelompok yang dilaksanakan berpengaruh bagi prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya indikasi-indikasi yaitu :

a. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya metode diskusi kelompok ini.

b. Terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan dengan metode diskusi kelompok dan yang tidak menggunakan metode diskusi kelompok.

Dengan demikian hipotesis alternatif yang dirumuskan telah dapat Diketahui kebenarannya pada penelitian ini, sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa metode yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan telah memberikan pengaruh yang nyata dan positif, hal ini dalam arti kata yaitu dapat diandalkan sebagai metode yang baik untuk mengajarkan bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah ini.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode diskusi kelompok yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat – Tangerang Selatan hendaknya siswa diberi tanggung jawab dan kebebasan dalam menentukan pendapat yang ingin diutarakan sehingga siswa mampu memahami materi dengan baik.

2. Murid membutuhkan bimbingan dan perhatian yang serius dan baik dari guru agar mereka dapat belajar dengan aktif, apalagi dalam memahami pengetahuan agama yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah (Hadist Nabi) bukan pengalaman empirisme.

3. Dalam rangka meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat-Tangerang Selatan mengusahakan adanya pembaharuan, dalam hal ini khususnya pembaharuan dalam


(4)

20 penggunaan metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran.

4. Hendaknya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam terlibat langsung dengan murid dalam upaya menciptakan iklim belajar, menyiapkan bahan ajar erta membina keakraban di antara peserta didik.

5. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang memadai dan lebih banyak lagi berkenaan dengan materi pelajaran agama Islam, sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari sumber literature yang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2006)

Kusuma, Amir Daen, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Usaha Nasional, Malang; 1973)

M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1987)

Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, (Semarang; PT; CV Toha Putera, t.t)

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta; Prenada media, 2000)

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya, Usaha Nasional, 1981)

Hatimah, Ibath dkk, Penelitian Pendidikan (Bandung; UPI Press, 2007)

Hermawan, Asep Hery dkk, Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar (Bandung; UPI Press 2007)

Usman, M.Basyiruddin, Metodologi Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya; Usaha Nasional, 1983)

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; YP3A, 1973)

Soebahar, Abd.Halim, Wawasan Baru Pendidikan Agama Islam (Jakarta; Kalam Mulia, 2002)

Djamaluddin, dkk Wawasan Baru Pendidikan Islam (Bandung; Pustaka Setia, 1998)

Al- Sayaibany- Omar Mohammad Al- Tommy, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta; Bulan Bintang t.t)


(6)

Habeyb S.F, Kamus Populer (Jakarta; Centra 1983)

Djalinus Syah, Kamus Pelajar (Jakarta; Rineka Cipta, 1992)

Davidoff, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar (Jakarta; Erlangga, 1988)

Suralaga, Fadhillah dkk, Psikologi Pendidikan (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005) Purwanto, M.Ngalim, Psikologi Pendidikan (bandung; PT Remaja Rosda Karya, 1995)

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan (Jakarta; Rajawali Press, 1989) Salam, Burhanuddin, Cara Belajar yang sukses di Perguruan Tinggi (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2008)

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung; Rosda Karya, 2001)

M.Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta; PT Rineka Cipta, 1997) Crow, Crow, Psikologi Pendidikan (Surabaya; PT Bina Ilmu, 1984)

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (bandung; PT.Remaja Rosda Karya, 1992)

Slameto, Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya (Jakarta; Bin Aksara, 1998)

Gunarsa, Singgih D, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta; Gunung Agung, 1991)

Sudjana, Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung; Rosda Karya, 2006)

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Pendidikan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2003)

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2007)