f. Sumber Nilai
Pendidikan agama Islam merupakan sumber nilai yang memberikan pedoman hidup bagi pemeluknya dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. g.
Pengajaran Pengajaran merupakan usaha penyampaian materi pelajaran kepada siswa
dalam kegiatan proses belajar mengajar, lembaga pendidikan harus dapat menentukan dan memilih pengetahuan apa saja yang bermanfaat bagi anak didik
yang dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu anak didik haruslah diberikan pengetahuan yang fungsional agar ditanamkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
35
B. Pendidikan Islam Dalam Membentuk Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab Jama’ dari bentuk mufradnya khalaqa yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,
tingkah laku. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalkan yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan kata
khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
36
Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih 421 H adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi.”
37
Menurut Imam Ghazaly, akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa
perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika suatu sikap itu yang darinya lahir perbuatan baik dan terpuji baik dari akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang
baik. Tetapi jika lahir dari perbuatan tercela maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
38
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan, meskipun pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu
35
Ramayulis, dkk, Metode Pendidikan ..., h.25-26
36
Zahruddin A R, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004, h.1
37
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2005, h. 27
38
Mohammad Ardani, Akhlak..., h. 29
perbuatan atau akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan secara terus- menerus dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Dari defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak
bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan
menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya dengan
metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan pembinaan akhlak.
Pada kenyataannya dilapangan, usaha-uasaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai macam metode terus dikembangkan.
Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat
kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat kepada orang tua dan sayang kepada sesama.
Dengan uraian diatas, kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap
berbagai potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya. Disinilah letak peran dan fungsi lembaga
pendidikan. Dengan demikian pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan konsisten.
39
39
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1999, h. 157-158
2. Ruang Lingkup Pendidikan akhlak