struktur demikian pula penebalan atau edema mukosa berlebihan dapat mencegah aliran udara untuk mencapai daerah olfaktorius, dan, dengan demikian dapat
sangat menggangggu penciuman. Bagian tulang dari septum terdiri dari kartilago septum kuadrangularis di sebelah anterior, lamian perpendikularis tulang
etmodalis di sebelah atas, vomer dan rostum sfenoidalis di posterior dan suatu krista di sebelah bawah, terdiri dari krista maksial dan palatina Hilger, 1997.
2.1.2 Anatomi sinus paranasalis
Menurut Ballenger 2002, terdapat delapan buah sinus paranasalis, empat buah di setiap sisi hidung. Sinus frontalis kanan dan kiri, sinus etmoidalis kanan
dan kiri, sinus maksilaris kanan dan kiri dan sinus sfenoidalis kanan dan kiri. Semua rongga hidung tersebut merupakan kelanjutan dari mukosa hidung yang
berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Sinus paranasalis pada fase embriologik berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan berkembang sejak usia fetus 3-4 bulan, kecuali sinus
sfenoidalis dan sinus frontalis Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007. Sinus maksilaris berkembang pada bulan ketiga masa gestasi sedangkan sinus
etmoidalis berkembang pada bulan kelima masa gestasi Lee, 2008. Sinus frontalis berkembang dari sinus etmoidalis anterior ketika berusia kurang dari
8 tahun. Sinus sfenoidalis berkembang dari usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus ini akan mencapai perkembangan
maksimal pada usia 15-18 tahun Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007. Sinus paranasalis terdiri daripada sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus etmoidalis dan
sinus sfenoidalis. Bentuk dan ukuran sinus frontalis sangat bervariasi, dan seringkali juga
sangat berbeda bentuk dan ukurannya dari sinus pasangannya. Ukuran rata-rata sinus frontalis ialah: tinggi 3,0 cm, lebar 2,0-2,5 cm, dalam 1,5-2,0 cm dan isi
rata-rata 6-7 ml. Dinding depan sinus frontalis hampir selalu dipliok, terutamanya pada bagian luar atau sudut infero-lateral dan pada sulkus superior tempat
pertemuan dinding anterior dan posterior Benninger, 2003. Dinding medial sinus
merupakan septum sinus tulang interfrontalis yang biasanya berada dekat garis tengah, tetapi biasanya berdeviasi pada penjalarannya ke posterior, sehingga sinus
yang satu bisa lebih besar daripada yang lain. Sinus frontalis bermuara ke dalam meatus medius melalui duktus nasofrontalis. Kadang-kala kedua frontalis tidak
terbentuk atau yang lebih lazim tidak terbentuk salah satu sinus Hilger, 1997.
Gambar 2.2 : Sinus Paranasalis Adam, 1997
Pada waktu lahir, sinus maksilaris merupakan celah kecil di sebelah medial orbita. Pada awalnya dasarnya lebih tinggi daripada rongga hidung,
kemudian terus mengalami penurunan sehingga pada usia delapan tahun menjadi sama tinggi. Perkembangannya berjalan kearah bawah dan membentuk
sempurna setelah erupsi gigi permanen. Ukuran rata-rata pada bayi yang baru lahir 7-8 x 4-6 mm dan pada usia 15 tahun 31-32 x 18- 20 x 19- 20 mm dan isinya
kira-kira 15ml Ballanger, 2002. Sinus maksilaris berbentuk piramid. Dinding anterior sinus ialah
permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral
rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya
ialah prosesus alveolaris dan palatum Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007. Antrum mempunyai hubungan dengan infundibulum di meatus medius melalui
lubang kecil yaitu ostium maksila yang terdapat di bagian anterior atas dinding medial sinus Ballanger, 2002. Yang perlu diperhatian dari anatomi sinus
maksilaris adalah; dasar sinus maksilaris berdekatan dengan akar gigi rahang atas, akar gigi menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi geligi dapat naik ke atas
dan menyebabkan sinusitis; sinusitis maksilaris dapat menyebabkan komplikasi orbita; ostium sinus maksilaris terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drainase hanya bergantung dari gerakkan silia yang juga harus melalui infundibulum yang sempit Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007.
Sinus etmoidalis pada orang dewasa berbentuk seperti piramid dengan dasarnya pada bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior adalah
4,0-5,0 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm di anterior sedangkan di bagian posterior 1,5 cm. Sinus etmoidalis berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang
menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoidalis, yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbita.
Berdasarnya letaknya, sinus etmoidalis dibagi menjadi sinus etmoidalis anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoidalis posterior yang bermuara di
meatus superior dengan perlekatan konka media. Di bagian terdepan sinus etmoidalis anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang
berhubungan dengan sinus frontalis. Di daerah etmoidalis anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya sinus ostium
sinus maksilaris. Pembengkakan di resesus frontalis dapat menyebabkan sinusitis frontalis dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan menyebabkan
sinusitis maksilaris Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007. Sinus sfenoidalis terletak di os sfenoidalis, di belakang sinus etmoidalis
posterior. Sinus sfenoidalis dibagi dua oleh sekat yang jarang terletak di tengah disebut septum intersfenoid Soetjipto dan Mangunkusumo, 2007. Ukuran sinus
ini kira-kira pada saat usia 1 tahun 2.5 x 2.5 x 1.5 mm, pada usia 9 tahun 15,0 x 12,0 x 10,5 mm. Isi rata-rata sekitar 7,5ml 0,05-30 ml Ballanger, 2002.
Batas- batasnya ialah sebelah superior terdapat fossa serebri dan kelenjar hipofisa,
sebelah inferiornya atap nasofaring sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa
serebri posterir di daerah pons Maqbool, 2001.
Gambar 2.3: Kompleks Ostiomeatal KOM, Potongan Koronal Adam, 1997
Kompleks ostiomeatal KOM, terdiri dari sel-sel udara dari etmoidalis dan ostiumnya, infundibulum etmoidalis, ostium sinus maksilaris, ostium sinus
frontalis dan meatus media, seperti terlihat di gambar 2.4 Kennedy, 2005. Struktur lain yang juga merupakan KOM adalah sel agger nasi, prosessus
unsinatus, bula etmoidalis, hiatus semilunaris inferior dan konka media. Secara fungsional, KOM berperan sebagai jalur drainase dan ventilasi untuk sinus
frontalis, maksilaris, dan etmoidalis anterior Kamel, 2003.
2.1.3 Suplai darah