Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN
77
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Contohnya terjadi pada industri pembuat panel surya pada pembangkit PLTS. Panel surya bila
diimpor secara utuh dari luar negeri tidak akan dikenakan pajak impor pajak impor 0 .
Tetapi bila sebuah perusahaan perakit panel surya mengimpor komponen berupa sel surya
akan dibebani oleh pajak bea masuk. Hal ini menyebabkan tidak dapat bersaingnya industri
perangkat pembangkit EBT di dalam negeri jika karena produk yang dijual masih kalah saing
dengan produk impor.
Tantangan utama
dalam kebijakan
pemerintah adalah koordinasi antar sektor dalam bidang EBT. Demikian juga kebijakan akan
subsidi energi listrik yang menurunkan pasar energi listrik EBT merupakan tantangan yang
cukup berat. Hal ini dapat diatasi dengan memindahkan subsidi listrik dari bahan bakar
HSD dan batubara ke perangkat listrik. Selain itu produsen perangkat pembangkit listrik lebih
menyukai kontrak tetap untuk jangka panjang sebagai jaminan pasar sehingga produsen
memiliki
dasar untuk
mengembangkan pabriknya menjadi lebih ke hulu untuk menekan
biaya dan membuat produknya lebih murah dan kompetitif.
PENUTUP Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa: 1. Penggunaan tenaga listrik EBT di Indonesia
sangat dibatasi oleh murahnya harga listrik subsidi PLN kecuali di daerah pedalaman
dimana PLN tidak ada dan penerapan kebijakan yang tidak harmonis antara sektor.
2. Karena pasar yang tidak besar, maka industri perangkat pembangkit EBT tidak
begitu berkembang.
Apalagi yang
menggunakan teknologi tinggi, terbatas hanya di perakitan saja
3. Inovasi yang terjadi hanya terbatas saja, kebanyakan inovasi untuk tujuan efisiensi
proses dan pemasaran. Adapun di industri pembangkit, inovasinya kebanyakan berupa
inovasi pembiayaan dari masyarakat pada pembangkit listrik tenaga EBT di daerah
pedalaman
Saran yang perlu dilakukan ialah bahwa pemerintah harus mendorong pengembangan
EBT dengan menciptakan iklim inovasi pada sektor
energi dan
para pelaku
swasta pengembang energi. Strateginya, pemerintah
harus membangun infrastruktur publik untuk menarik minat investor agar menanamkan
modalnya di sektor EBT dan melakukan pengembangan inovatif di EBT. Selain itu,
pemerintah dapat memberikan insentif kepada para pelaku swasta maupun BUMN dalam
pengembangan EBT melalui keringanan beban pajak yang dikenakan oleh perusahaan atau
pemberian subsidi untuk kegiatan produksi yang menggunakan salah satu sumber EBT.
UCAPAN TERIMA KASIH Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada
Pappiptek LIPI yang membiayai studi ini. Tulisan ini menjadi bagian dari studi dengan
tema kebijakan EBT di Indonesia yang tengah dijalankan di tahun 2014
DAFTAR PUSTAKA
British Broadcasting Corporation BBC. 2014. Pembangkit nuklir Jepang meledak lagi.
Diakses dari
http:www.bbc.co.ukindonesiadunia2011 03110315_japannuke.shtml
14 September 2014.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT. 2012. Outlook Energi Indonesia.
Jakarta: BPPT Birkland, Thomas A. An Introduction to the
Policy Process, Theories, Concepts, and Models of Public Policy Making
. New York-USA: M.E.Sharpe.
Cooper, R. G. 2001. Winning at New Product. New York: Perseus Publishing.
Fizzanty, T., Kusnandar. .2013. Analisis Sistem Kolaborasi Riset Internasional Dalam
Mendukung Inovasi: Studi Kasus di Sektor Kesehatan.
PAPPIPTEK-LIPI Kementerian Energi Sumber Daya Mineral
ESDM . 2008. Potensi Energi Baru dan Ter-barukan EBT Indonesia
. Dipetik September 14, 2008, dari Indonesia:
http:www.indonesia. go.ididindex.php?option
= com_contenttask
=viewid=8157Itemid=687 Lemhanas. 2012. Pengembangan Energi Baru
dan Terbarukan Guna Penghematan Bahan Baku Fosil Dalam Rangka Ketahanan
Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14: 12-19.
Godin, B. 2008. Innovation : The History of a Category.
Canadian Social Sciences and Humanities Research Council.
Mani, Sunil. 2002. Government, Innovation and Technology
Policy: An
International Comparative Analysis.
Cheltenham-UK: Edward Elgar.
78
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Mulyana, Rida. 2013 Peraturan Harga Tenaga Surya Diterbitkan Pekan Depan. Diakses
dari http:www.antaranews.comberita364689
peraturan-harga-tenaga-surya-diterbitkan- pekan- depan 5 September 2014
Preez, N. D., Louw, L. 2008. A Framework for Managing the Innovation Process.
PICMET 2008. Cape Town: University of
Pretoria. Rogers, M. 1998. The Definition and Measure-
ment of Innovation. Melbourne: University
of Melbourne. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
RUPTL PLN Tahun 2013-2022
Tim Casindo. 2012. Rencana Aksi Energi
Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2025. Laporan D-25: 1-43.
United Nations Organizations for Education, Science, and Culture UNESCO. 2005.
Oslo Manual. The Measu-rement of Scientific and Technological Activities 3rd
Edition . UNESCO Institute of Statistic.
Wahab, Abdul Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Malang: UMM Press.
Peraturan Perundangan UU RI No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
UU RI
No. 9
Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 04
Tahun 2012 Tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN Persero Dari
Pembangkit Tenaga
Listrik Yang
Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil Dan Menengah Atau Kelebihan
Tenaga Listrik
.
Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2010 mengenai penugasan Pemerintah kepada PLN untuk
melakukan percepatan
pembangunan pembangkit
tenaga listrik
dengan menggunakan ener
gi terbarukan, batubara dan gas.
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 22
Tahun 2012 Tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara Persero Untuk
Melakukan Pembelian Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Dan Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara
Persero Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 022010 jo Peraturan Menteri
ESDM No. 152010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 012012 jo Peraturan Menteri
ESDM No. 212013
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Energi Perdesaan Tahun Anggaran 2014
.
Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
79
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Model Diamond Porter Dalam Analisis Tekno Ekonomi Industri Mobil Listrik Nasional
Porter Diamond Model In Techno Economic Analysis of The National Electric Car Industry
Ridwan Arief Subekti
1
, Henny Sudibyo
2
, Vita Susanti
3
1,2,3
Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik-LIPI Komplek LIPI, Jl.Cisitu No.21, Bandung 40135
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
Keywords:
Techno Economic National Electric Car
Diamond Porter Innovation
Kata Kunci: Tekno Ekonomi
Mobil Listrik Nasional Diamond Porter
Inovasi The independence of the nation in the fields of automotive needs concrete steps to
establish national electric car industry. The success can be realized if the industry is built in accordance with the ‘diamond model’. This paper focuses on the analysis of
techno economic opportunity of nationwide electric car industry from the perspective of Diamond Porter. The primary and secondary data collection were obtained
through direct visits to relevant institutions, then were analyzed using the theory of Diamond Porter as a comparison. In The Diamond-Four Determinants of National
Competitive Advantage theory, there are four determinants of a nation’s competitive advantage. The first determinant is the factor of conditions. The opportunity of
developing national electric car industry is quite good because of the support of trained and educated human resources. The second determinant is the demand
conditions. It is a constraint because actually there is no chance of the electric car market in Indonesia, so it needs government intervention to create the market. The
third determinant is related and supporting industries. The inception of a national electric car industry also requires the support of industry supporters to realize the
program. The fourth determinant, corporate strategy, structure and rivalry played a key role in the formation of a national electric car industry. A strategy is needed to
determine the market share of electric car, for instance by choosing city car. This type suits the conditions of traffic density in major cities in Indonesia. Business concept,
innovation, management, and the legality of the national electric car industry are absolutely necessary for the successful establishment of the industry.
S A R I K A R A N G A N
Untuk mewujudkan kemandirian bangsa di bidang otomotif, perlu langkah nyata untuk membangun industri mobil listrik nasional. Keberhasilan membangun industri
dapat terwujud jika sesuai dengan model ‘berlian’. Makalah ini membahas tentang
analisis tekno ekonomi peluang industri mobil listrik nasional dilihat dari perspektif ‘Diamond Porter’. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui
kunjungan langsung ke instansi terkait dan dianalisis menggunakan teori ‘Diamond
Porter ’ sebagai pembanding. Pada teori ‘The Diamond-Four Determinants of National
Competitive Advantage ’, terdapat empat determinan yang menentukan keunggulan
kompetitif suatu bangsa. Determinan pertama adalah kondisi-kondisi faktor. Peluang pengembangan industri mobil listrik nasional cukup baik karena adanya dukungan
SDM yang terlatih dan terdidik. Determinan kedua ialah kondisi-kondisi permintaan. Ini yang menjadi kendala karena sebenarnya belum ada peluang pasar mobil listrik di
Indonesia sehingga dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menciptakan pasar mobil listrik. Determinan ketiga adalah industri terkait dan pendukung. Lahirnya
industri mobil listrik nasional juga tak lepas dari industri pendukungnya sehingga dibutuhkan jaringan industri untuk mewujudkan program mobil listrik nasional.
Determinan keempat, strategi perusahaan, struktur, dan persaingan memegang peranan kunci dalam pembentukan industri mobil listrik nasional. Perlu strategi dalam
menentukan pangsa pasar mobil listrik misalnya memilih tipe city car yang memiliki berbagai kelebihan dan cocok dengan kondisi lalu lintas kota-kota besar di Indonesia
yang padat. Konsep bisnis, inovasi, manajemen, dan legalitas industri mobil listrik nasional sangat mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembentukan industri tersebut.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Corresponding author : E-mail address: ridwanarief_raisyahoo.com
80
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
PENDAHULUAN Kelangkaan
bahan bakar
minyak BBM,
peningkatan subsidi BBM yang ditanggung oleh pemerintah, polusi udara, dan meningkatnya biaya
kesehatan masyarakat adalah dampak negatif dari kendaraan bermotor yang jumlahnya terus
meningkat tiap tahun di Indonesia. Hal ini erat kaitannya karena pola konsumsi BBM di
Indonesia sebagian besar atau sekitar 60 digunakan pada sektor transportasi. Peningkatan
populasi kendaraan bermotor yang tidak dibatasi menyebabkan jumlahnya bisa meningkat sekitar
dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun Subekti, Hartanto, Susanti, Direction and
Policies Needed to Support Hybrid Electric Car Research
, 2012 BPS, 2009 Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan, 2010
Syahril, Resosudarmo, Tomo, 2002 Safrudin
Noviantara, 2011. Untuk menjawab tantangan tersebut, salah
satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan kendaraan hemat energi ramah
lingkungan, dan mobil listrik adalah salah satunya. Bila
dibandingkan dengan
kendaraan konvensional atau kendaraan berbahan bakar
minyak, maka kendaraan listrik memiliki banyak kelebihan antara lain hemat energi efisiensi
penggunaan energi dua kali lebih tinggi, ramah lingkungan tidak mengeluarkan emisi atau nol
emisi, biaya operasional murah harga listrik lebih murah bila dibandingkan harga BBM, biaya
perawatan murah komponen yang bergerak lebih sedikit, sumber bahan bakar di sektor hulu
fleksibel dan dapat menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharuiberkelanjutan, pengisian
energi
fleksibel, dan
biaya pembangunan
infrastruktur stasiun pengisian energi murah MATTRIK, 2008 Puslit Telimek, 2012
. Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan
mengenai mobil listrik cukup menarik perhatian pemerintah dan masyarakat di Indonesia. Dahlan
Iskan selaku Menteri BUMN menggagas lahirnya mobil listrik nasional hasil karya bangsa Indonesia
dengan melibatkan beberapa pihak seperti lima orang pemuda Indonesia yang lebih dikenal
dengan istilah ‘Pandawa Putra Petir’, perusahaan BUMN, dan perusahaan swasta nasional. Eforia
mobil listrik nasional di Indonesia yang digagas oleh Dahlan Iskan direspon baik oleh berbagai
kalangan
bahkan mendapat
perhatian dan
dukungan langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dukungan tersebut diteruskan dan
disambut baik oleh jajaran menteri di bawahnya seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta
Menteri Riset dan Teknologi agar mengkoordinir penelitian mobil listrik yang dilakukan oleh
beberapa universitas
dan lembaga
riset pemerintah.
Cita-cata bangsa ini untuk memiliki industri mobil listrik nasional tak lepas dari cerita lama
dalam membangun industri mobil nasional yang sampai
saat ini
belum juga
terwujud. Kemandirian industri suatu bangsa mutlak
diperlukan dan perlu dibangun. Seperti kita ketahui bahwa industri otomotif di Indonesia saat
ini dikuasai oleh pihak asing dan untuk mewujudkan kemandirian bangsa di sektor
transportasi khususnya industri otomotif, perlu dipikirkan langkah nyata untuk membangun
industri mobil listrik nasional.
Keberhasilan suatu
negara dalam
membangun suatu industri dapat terwujud jika industri atau segmen industri tersebut sesuai
dengan model ‘berlian’ yang dipunyainya. Ini
juga bisa
diterapkan untuk
menganalisa kemungkinan berhasilnya rencana industri mobil
listrik nasional di Indonesia. Dalam teori ‘The
Diamond-Four Determinants
of National
Competitive Advantage
’, terdapat empat determinan
yang menentukan
keunggulan kompetitif suatu bangsa. Determinan pertama
adalah kondisi-kondisi faktor yang membahas mengenai peluang pengembangan industri mobil
listrik nasional yang didukung SDM yang terlatih dan terdidik. Determinan kedua adalah kondisi-
kondisi permintaan sedangkan determinan ketiga adalah hubungan dan industri pendukung.
Determinan keempat adalah strategi perusahaan, struktur, dan persaingan memegang peranan
kunci dalam pembentukan industri mobil listrik nasional Porter, 1990. Diperlukan strategi yang
tepat dalam menyasar pangsa pasar mobil listrik. Begitupun konsep bisnis, inovasi, manajemen,
dan legalitas industri mobil listrik nasional sangat mutlak
diperlukan untuk
keberhasilan pembentukan industri mobil listrik nasional.
Teori ‘Diamond Porter’ adalah salah satu
teori yang cukup banyak digunakan secara luas dalam pendekatan kompetitif, pengembangan
ekonomis, dan menganalisis daya saing suatu produk atau komoditas baik berupa barang
maupun jasa Baga, 2008
Zetzu, 2010 Inawati, 2011.
Kajian perspektif ‘Diamond Porter’ pada
peluang industri mobil nasional di Indonesia pernah dilakukan. Sebagai objek kajian adalah
mobil nasional asal kota Solo buatan anak-anak SMK yang dikenal dengan nama mobil ‘Kiat
Esemka’. Industri mobil nasional dilihat dari perspektif ‘Diamond Porter’ menunjukkan
bahwa negara Indonesia masih harus mencari dan menemukan fakta-fakta lain yang menunjukan
suatu ‘berlian’ industri dalam negeri yang unggul dan kompetitif Manurung, 2012.
81
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Indonesia memiliki
potensi mengejar
ketertinggalan bangsa lain dalam hal keunggulan kompetitif, salah satunya dengan cara membuka
kesempatan seluas-luasnya bagi pertumbuhan dan perkembangan
industri dalam
negeri. Keunggulan kompetitif suatu bangsa juga dapat
dilakukan dengan cara memacu inovasi frugal. Di Indonesia terdapat potensi inovasi frugal ditinjau
dari permintaan efektif, kemampuan teknologi, dan kewirausahaan Fizzanty, Simamora,
Hidayat, 2012.
Tujuan dari
makalah ini
adalah memaparkan hasil kajian tekno ekonomi industri
mobil listrik nasional berdasarkan teori ‘Diamond
Porter ’. Analisis dilakukan terhadap kemampuan
dalam negeri bangsa Indonesia berdasarkan sumber daya yang dimiliki dalam membangun
industri mobil listrik nasional dengan mengacu pada empat determinan yang terdapat pada model
‘Diamond Porter’. KERANGKA TEORI
Kreasi dan eksploitasi karya kekayaan intelektual akan lebih fokus pada era kreatif. Perdagangan
dan
perputaran barang
dan jasa
kreatif memunculkan corak ekonomi baru yang disebut
ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah sebuah sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan
produksi, distribusi, pertukaran, serta konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, dan
hiburan Simatupang, 2007. Pada era kreatif, inovasi merupakan syarat minimal yang harus
dipenuhi. Pentingnya inovasi sebagai pengungkit daya saing sudah terbukti dengan digunakannya
daya inovasi sebagai indikator penting dalam pengukuran indeks daya saing global atau Global
Competitiveness Index
Manurung, 2012. Inovasi bukan hanya didorong oleh
kemajuan iptek seperti aktivitas litbang di laboratorium saja, akan tetapi juga didorong oleh
kebutuhan pelanggan, informasi pengguna, dan analisis pasar. Muncul perspektif yang agak
berbeda di negara berkembang yang memandang penting membangun model bisnis baru sebagai
sebuah respon terhadap situasi dan kondisi negara berkembang yang serba terbatas Krishnan, 2010.
Di negara India dan China, dengan kondisi yang serba terbatas maka lahirlah sistem inovasi yang
mendukung kesejahteraan masyarakat secara luas. Inovasi tersebut dikenal dengan istilah inovasi
frugal low cost innovation. Kreativitas dan kewirausahaan inovatif kelompok penghasil iptek
akan terpacu oleh pengembangan inovasi frugal Fizzanty, Simamora, Hidayat, 2012. Inovasi
frugal memiliki karakteristik yaitu bertujuan menghasilkan sesuatu yang lebih baik, bukan
hanya sesuatu yang lebih murah; memberikan pelayanan bukan hanya produk; menyangkut
memodelkan kembali
bukan hanya
menyederhanakan; dan biaya rendah namun bukan berarti berteknologi rendah, dan inovasi frugal
dapat memenuhi atau dikombinasikan dengan iptek terdepan Krishnan, 2010.
Berbeda dengan inovasi pada umumnya, inovasi
frugal diciptakan
untuk melayani
kebutuhan masyarakat
luas, mengandalkan
sumberdaya yang ada dengan desain dan pengembangan produk yang murah sehingga
produk inovatif
tersebut dapat
terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Ini yang membuat
inovasi frugal unggul dalam memahami pasar dan kondisi negara berkembang. Untuk mencapai
tujuan efisiensi tersebut, inovasi frugal menjadi inovasi yang menghubungkan antara teknologi
kreatif dan keahlian wirausahawan dalam mengelola kebutuhan masyarakat umum. Dalam
penciptaannya,
inovasi frugal
memerlukan beberapa keahlian seperti ahli dalam bidang
desain teknologi, aplikasi teknologi, manajemen, dan pemasaran. Produk yang dihasilkan juga
memiliki intensitas teknologi tinggi seperti kendaraan bermotor, alat kesehatan, mesin dan
lain-lain Fizzanty, Simamora, Hidayat, 2012.
Inovasi di masa yang akan datang akan banyak diwarnai oleh inovasi frugal seperti yang
diterapkan oleh India dan Cina di mana inovasi frugal sudah menjadi fenomena yang tidak dapat
diabaikan lagi. Inovasi frugal menuntut struktur dan kondisi ekonomi sosial tertentu. Terdapat tiga
komponen utama dari struktur yang dapat mendorong
lahirnya inovasi
frugal, yaitu
peningkatan kemampuan
teknologi, jiwa
kewirausahaan, dan peningkatan permintaan efektif. Semua ini berawal dari keterbukaan
ekonomi nasional suatu bangsa dalam upaya pengintegrasiannya ke dalam ekonomi global.
Keterbukaan
ekonomi memungkinkan
peningkatan kemampuan
teknologi dengan
memanfaatkan investasi masuk dalam proses pembelajaran teknologi. Kombinasi kemampuan
teknologi yang
meningkat dengan
jiwa kewirausahaan dan permintaan efektif dari
masyarakat lapisan bawah, akan mendorong pengembangan produk-produk inovasi frugal oleh
para seorang wirausaha pada perusahaan dalam negeri Hidayat, 2012.
Pada kajian yang dilakukan oleh Aminullah 2011, secara umum ciri kemampuan teknologi
Indonesia terdiri atas tiga kondisi rendahnya intensitas riset di mana pada akhirnya akan
mempengaruhi kemampuan teknologi Indonesia. Ketiga kondisi tersebut adalah kurangnya
82
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
perhatian dari pemerintah terhadap kegiatan riset yang ditandai dengan anggaran riset yang
cenderung menurun, investasi riset oleh sektor swasta masih rendah, dan karakteristik industri
manufaktur di Indonesia Aminullah, 2011. Sedangkan ciri umum kewirausahaan yang
berkembang di Indonesia adalah sebagian besar perusahaan berkembang karena adanya dukungan
sumber daya kapital dan tenaga kerja, dan bersifat perusahaan keluarga yang turun-temurun. Namun
demikian terdapat juga sejumlah perusahaan yang telah mengandalkan dukungan SDM yang
berpendidikan dan intelek yang bertumpu pada kemampuan
teknologi yang
dipimpin wirausahawan inovatif. Kondisi ini tidak dapat
diabaikan, karena dari perusahaan inilah potensi munculnya inovasi frugal di Indonesia. Strategi
untuk mendorong berkembangnya inovasi frugal di
Indonesia harus
difokuskan pada
pengembangan kemampuan
iptek melalui
peningkatan kemampuan
absorpsi yang
memerlukan literasi dan keahlian sumber daya manusianya Fizzanty, Simamora, Hidayat,
2012. T
EORI
D
IAMOND
P
ORTER
Suatu teori klasik mengenai perdagangan internasional menyatakan bahwa salah satu
keunggulan kompetitif
adalah hibah
atau pemberian termasuk tanah, sumber daya alam,
tenaga kerja, dan ukuran penduduk setempat. Suatu bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih
maju seperti tenaga kerja terampil dan teknologi yang kuat baik yang pada berbasis pada
pengetahuan, adanya dukungan pemerintah, maupun budaya lokal.
Keunggulan kompetitif
suatu bangsa
ditentukan oleh empat determinan atau faktor di mana keempatnya merupakan sebuah sistem yang
saling berkaitan,
menguntungkan, dan
menguatkan. Empat determinan tersebut adalah kondisi-kondisi
faktor factor
conditions ,
kondisi-kondisi permintaan demand conditions, industri terkait dan pendukung related and
supporting industries , dan strategi perusahaan,
struktur, dan persaingan firm strategy, structure, dan rivalry
. Teori ini dikenal dengan nama ‘Porter’s Diamond of National Advantage’
Porter, 1990. Keterkaitan empat faktor pada ‘Diamond Porter’ tersebut seperti yang terdapat
pada Gambar 1.
Secara singkat, empat determinan pada ‘Diamond Porter’ dapat dijelaskan sebagai
berikut: 1 Kondisi-kondisi Faktor
Faktor ini merupakan faktor yang merujuk pada posisi nasional suatu bangsa pada
kemampuan produksi
seperti tenaga
terampil, terlatih,
dan terdidik,
dan infrastruktur
yang diperlukan
dalam berkompetisi di industri tersebut. Sebuah
negara menciptakan kondisi-kondisi faktor sangatlah penting dan bukan hanya
mengandalkan yang diwariskannya saja. Contohnya seperti sumber daya yang
terampil dan berbasis teknologi. Faktor- faktor produksi seperti tenaga kerja yang
tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap perusahaan,
pada akhirnya tidak akan memiliki nilai kompetitif. Negara-negara yang memiliki
sumber daya terbatas sering membuat dan memacu mereka menjadi kompetitif dan
inovatif.
Firm strategy, Structure, and Rivalry
Related and Supporting Industries
Factor Conditions Demand
Conditions Chance
Government Sumber: Porter, 1990
Gambar 1. Diagram Diamond Porter
83
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
2 Kondisi-kondisi Permintaan Faktor
yang kedua
adalah demand
conditions atau kondisi-kondisi permintaan
yang merupakan karakteristik permintaan dalam negeri terhadap produk atau jasa.
Penerimaan yang baik pada sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak terhadap
daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif akan memberikan masukan
terhadap kualitas yang dapat dijadikan umpan balik bagi industri lokal sehingga
dapat memacu dan meningkatkan kualitas produksinya.
Dengan membawa citra tersebut dalam konteks global, maka
industri lokal dapat menjadi kompetitif dalam pasar internasional.
3 Industri Terkait dan Pendukung Pada determinan ini, kehadiran atau
ketidakhadiran industri
pemasok dan
pendukungnya yang kompetitif sangatlah berpengaruh. Ketika industri pendukung
lokal yang
kompetitif, perusahaan
menikmati input biaya yang lebih efektif dan inovatif. Dukungan industri terkait dan
industri inti akan meningkatkan daya saing industri tersebut.
4 Strategi Perusahaan,
Struktur, dan
Persaingan Faktor strategi perusahaan, struktur, dan
persaingan merupakan kondisi-kondisi yang mengatur
pendirian perusahaan,
pengoperasiannya, pengelolaannya, dan sifat persaingan antar perusahaan. Kondisi
dalam negeri dapat mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar modal.
Negara dengan sistem permodalan jangka pendek
cenderung menginvestasikan
dananya pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka pendek. Sedangkan negara
dengan sistem permodalan jangka panjang cenderung menginvestasikan dananya pada
industri yang dibiayai oleh investasi jangka panjang. Struktur perusahaan sendiri sangat
dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh, perusahaan Jerman cenderung
hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan
keluarga. Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan
kinerja dan
kemajuan industri tersebut. Persaingan antar pelaku
industri akan mempercepat akselerasi inovasi
yang pada
akhirnya secara
akumulatif dapat meningkatkan daya saing. Selain empat determinan seperti yang telah
dijelaskan di atas, terdapat dua variabel lain yang juga mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu
produk yaitu peluang chance dan pemerintah government. Peluang adalah perkembangan yang
terjadi di luar kendali perusahaan dan biasanya ada campur tangan dari pemerintah seperti temuan
dasar
ilmu pengetahuan,
terobosan dasar
teknologi, keadaan perang, perkembangan situasi politik luar negeri, dan perubahan-perubahan
utama pasar internasional. Semua ini menciptakan diskontinuitas yang dapat mencairkan atau
membentuk ulang struktur industri dan memberi peluang bagi perusahaan-perusahaan suatu negara
untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan negara lain.
Peran pemerintah
lainnya dalam
membangun kemampuan kompetitif suatu industri adalah
mendorong perusahaan
untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan
menegakkan standar
produk yang
ketat; merangsang permintaan awal untuk produk
lanjutan; fokus pada penciptaan faktor khusus; dan merangsang persaingan lokal dengan membatasi
kerja sama langsung dan menegakkan peraturan anti-trust Porter, 1990 Manurung, 2012
Ridwan, 2012. METODE PENELITIAN
Pada kajian ini dilakukan analisis terhadap empat faktor
‘
Diamond Porter
’ yang
dapat mempengaruhi keberhasilan industri mobil listrik
nasional. Kajian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data primer melalui kunjungan
lapangan ke beberapa perguruan tinggi dalam negeri Universitas Indonesia, Institut Teknologi
Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, perusahaan swasta PT. Sarimas Ahmadi Pratama, dan perusahaan BUMN PT.
Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia yang terlibat dalam proyek mobil listrik nasional. Selain
itu juga dilakukan pengumpulan data sekunder melalui internet berupa hasil kajian terdahulu,
kebijakan yang ada saat ini, dan sumber literatur lainnya.
Selanjutnya diadakan diskusi yang diikuti oleh instansi terkait dalam sebuah forum group
discussion FGD
untuk membedah
perkembangan dan
permasalahan dalam
mengembangkan industri mobil listrik nasional. Dari data primer dan sekunder yang ada,
selanjutnya dianalisis dengan membandingkan empat faktor
‘Diamond Porter’ untuk menemukan kelebihan, kekurangan, dan permasalahan yang
dimiliki bangsa Indonesia dalam pembentukan
84
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
industri mobil listrik nasional. Dari pengolahan dan analisis data tersbut selanjutnya dibuat suatu
rekomendasi agar rencana pembentukan industri mobil listrik nasional dapat terwujud.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Kondisi-Kondisi Faktor
Kondisi-kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing industri suatu bangsa ditentukan oleh
banyak hal. Pada kajian industri mobil listrik nasional ini akan menyoroti beberapa kondisi
faktor yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan program industri mobil listrik
nasional. Kondisi-kondisi faktor tersebut antara lain adalah:
a sumber daya manusia, b sumber daya alam, dan
c infrastruktur. Untuk lebih jelasnya, kondisi-kondisi faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan program mobil listrik nasional akan dijabarkan sebagai
berikut.
a Sumber Daya Manusia
Saat ini di bidang transportasi khususnya kendaraan atau otomotif, dikuasai oleh merek-
merek dari luar negeri baik dari Asia, Eropa, maupun Amerika. Tidak ada satupun merek dalam
negeri yang berkembang walaupun awalnya sempat digagas oleh beberapa kalangan untuk
mempelopori program mobil nasional. Kondisi ini menyebabkan ketergantungan Indonesia akan
teknologi luar negeri karena tidak ada satupun industri otomotif dalam negeri yang dapat
menguasai 100 teknologi otomotif tersebut. Selama ini Indonesia hanya sebagai tempat
produksi atau perakitan kendaraan bermotor dan belum menjadi tempat penghasil atau pengembang
teknologi, sehingga masih besar ketergantungan- nya pada impor.
Sebenarnya kita mempunyai kemampuan untuk
menguasai teknologi
mobil listrik.
Kemampuan yang kita miliki tidak kalah bila dibandingkan dengan luar negeri karena saat ini
pabrikan otomotif luar negeri juga masih dalam tahap pengembangan teknologi mobil listrik.
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan melibatkan lima perguruan tinggi negeri untuk
melakukan kegiatan penelitian mobil listrik. Perguruan tinggi tersebut adalah Universitas
Indonesia, Institut
Teknologi Bandung,
Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kemampuan dalam negeri dalam penguasaan teknologi mobil listrik ini dibuktikan dengan
sejumlah hasil karya nyata prototipe mobil listrik antara lain adalah mobil listrik iVe Aru, Si Jalak,
eSemar, SemarT Ecocity, e-Gang Car dan lainnya. Selain perguruan tinggi di atas, kegiatan
penelitian mobil listrik juga dilakukan oleh lembaga riset pemerintah seperti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
LIPI dan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT.
Beberapa prototipe mobil listrik yang telah dihasilkannya antara lain adalah retrofit mobil
konvensional jenis mini bus dan sedan menjadi mobil listrik. Ada juga prototipe mobil listrik
berbentuk sedan sport dan bus mikro.
Kemampuan menghasilkan prototipe mobil listrik juga ditunjukan oleh industri, baik industri
swasta maupun perusahaan BUMN. Dahlan Iskan selaku menteri BUMN menggandeng lima orang
pemuda untuk terlibat dalam program mobil listrik. Kelima pemuda yang lebih dikenal dengan
nama ‘Pandawa Putra Petir’ tersebut adalah Dasep Ahmadi direktur PT. Sarimas Ahmadi Pratama,
Danet Suryatama pendiri Elektrik Car LLC, Michigan, Amerika Serikat, Ravi Desai Presiden
Direktur PT. Great Asia Link PT. GRAIN, Mario Rivaldi Presiden Direktur PT. Betrix
Indonesia, dan Ricky Elson yang merupakan seorang teknokrat Indonesia ahli dalam teknologi
motor penggerak listrik.
Perusahaan BUMN juga terlibat pada program mobil listrik nasional Dahlan Iskan.
BUMN tersebut antara lain adalah PT. Pindad yang memiliki kemampuan dalam membuat motor
listrik jenis motor induksi, PT. Len Industri yang akan berperan dalam menangani sistem propulsi
dalam pengembangan komponen mobil listrik, dan PT. Dirgantara Indonesia sebagai integrator sistem
mobil listrik Subekti, Sudibyo, Susanti, Saputra, Hartanto, 2014.
Sebagai salah satu kondisi-kondisi faktor, sumber daya manusia SDM merupakan faktor
utama. Bicara mengenai biaya SDM di Indonesia, beberapa tahun yang lalu kita terkenal dengan
biaya SDM yang murah. Setingkat dengan beberapa negara berkembang di Asia Tenggara
seperti Thailand, Vietnam, Kamboja, dan lainnya. Saat itu, ongkos SDM yang murah merupakan
salah satu faktor ‘anugerah’. Namun dengan berjalannya waktu, maka ongkos biaya tenaga
kerja murah bukan menjadi tren lagi di Indonesia dan akan bergeser karena zaman atau era tenaga
kerja profesional yang tidak lagi murah. Tenaga kerja yang profesional ini harus diciptakan karena
bukan merupakan anugerah.
85
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Untuk menunjang daya saing suatu bangsa, maka faktor kondisi SDM yang terdidik, terlatih,
dan terampil harus terus diciptakan dan ditingkatkan kualitasnya. Ini erat kaitannya dalam
menunjang program mobil listrik nasional yang memiliki teknologi canggih dan maju. Tenaga ahli
yang terdiri dari lulusan diploma III, strata 1 sampai profesor, dan didukung tenaga teknisi
terlatih telah banyak menghasilkan prototipe mobil listrik di Indonesia. Kemampuan dalam
negeri bangsa ini merupakan suatu potensi besar yang ada, di mana saat ini masih belum
diberdayakan secara maksimal. Apabila potensi tersebut dinaungi dalam suatu wadah dan
dikoordinir dengan arah yang jelas, maka bukanlah suatu hal yang mustahil program mobil
listrik nasional dapat terwujud di Indonesia.
b Sumber Daya Alam
Sumber daya alam pendukung industri mobil listrik nasional di Indonesia melimpah
namun masih dalam bentuk material mentah, belum dalam bentuk siap pakai untuk menjadi
komponen mobil listrik. Komponen utama mobil listrik adalah platform, baterai, motor, sistem
kendali elektronik, dan sistem pengisian.
Saat ini kita telah menguasai 100 rancang bangun platform. Sedangkan untuk komponen
lainnya seperti baterai, motor, sistem kendali elektronik, dan sistem pengisian masih harus
didatangkan dari luar negeri. Namun demikian penelitian keempat komponen utama mobil listrik
tersebut saat ini sedang dilakukan secara bersama- sama oleh lembaga riset dari perguruan tinggi,
Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, maupun industri swasta dan Badan Usaha Milik
Negara BUMN.
Saat ini mobil listrik hasil karya bangsa Indonesia telah menggunakan kandungan lokal
sebesar 30-40. Dalam lima tahun mendatang ditargetkan kandungan lokal mobil listrik nasional
dapat mencapai 50 Kementrian Perindustrian, 2013
Universitas Gadjah
Mada, 2012
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Untuk dapat dikatakan berhasil dalam
menciptakan mobil
listrik nasional,
maka
penguasaan teknologi sangatlah penting sebab kalau hanya merakit komponen mobil listrik saja,
kita akan terus bergantung pada komponen impor. Persoalan kemandirian dalam bahan baku
komponen mobil listrik menjadi sangat penting mengingat sebagian besar bahan baku utama
mobil listrik masih impor sehingga hal ini dapat menjadi ganjalan dalam pengembangan program
mobil listrik nasional.
Tingkat kandungan komponen dalam negeri TKDN
mobil listrik
harus tinggi
agar kemandirian dan keberlanjutan dalam proses
produksi mobil
listrik bisa
terus berkesinambungan. Peningkatan TKDN mobil
listrik nasional dapat dilakukan melalui riset dan pengembangan teknologi, pelayanan jasa industri
pendukung, dan membuat standardisasi komponen serta suku cadang mobil listrik. Keberhasilan
Gambar 2. Bagan Kerjasama Penelitian Komponen Mobil Listrik
86
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
dalam menciptakan
mobil listrik
dengan komponen berbahan baku dalam negeri dan
diproduksi secara massal menjadi salah satu wujud
kemandirian bangsa
dalam bidang
otomotif. Salah satu cara untuk meningkatkan TKDN
mobil listrik yang saat ini masih rendah adalah melalui kerja sama riset atau penelitian antar
lembaga riset, universitas, dan litbang industri. Kerja sama riset tersebut diperlukan guna
mensinkronisasikan sub-sub kegiatan penelitian komponen
mobil listrik
sehingga seluruh
teknologi mobil listrik dapat dikuasai secara mandiri oleh bangsa Indonesia. Kerjasama
penelitian antar instansi, lembaga riset, dan universitas dalam melakukan riset komponen
mobil listrik dapat dilihat seperti pada Gambar 2.
Salah satu komponen utama mobil listrik yang masih menjadi kendala dalam pembuatan
mobil listrik nasional adalah baterai lithium karena komponen ini masih diimpor. Untuk
meningkatkan TKDN khususnya baterai lithium, kerjasama penelitian dapat dilakukan oleh LIPI,
PT Nipress, dan PT LEN.
Saat ini penelitian tentang baterai lithium masih pada tahap pengembangan bahan aktif dan
ditargetkan tahun 2016 sudah akan tercipta prototipe lengkapnya. Peta potensi serta aktivitas
litbang yang
dilakukan masing-masing
stakeholder yang terkait dengan pengembangan
baterai lithium sedang disusun. Komponen baterai lithium mulai dari bahan baku sampai produk
baterai juga sudah dipetakan dan pada tahun 2015 tingkat kandungan dalam negeri TKDN baterai
lithium
ditargetkan dapat
mencapai 70
Prihandoko, 2013. Upaya pembentukan konsorsium riset harus
pula melibatkan industri terkait sejak awal agar peneliti dapat mengetahui spesifikasi yang
dibutuhkan industri. Sebenarnya bahan baku baterai mobil listrik seperti lithium terdapat di
beberapa beberapa daerah di Indonesia namun belum diolah untuk kebutuhan baterai mobil
listrik. Bila penelitian baterai lithium telah berhasil, rencananya akan diproduksi oleh
perusahaan pembuat baterai yaitu NS Baterai PT Nipress.
c Infrastruktur
Kendaraan bermotor
membutuhkan infrastruktur
sebagai penunjangnya.
Bila kendaraan berbahan bakar minyak membutuhkan
stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU, maka kendaraan listrik membutuhkan stasiun
pengisian listrik umum SPLU untuk melakukan proses pengisian energi listrik pada baterainya. Ini
yang menjadi kendala dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia,
perkembangan mobil
listrik di
duniapun terkendala masalah SPLU tersebut. Bila program
mobil listrik nasional dimulai, maka sarana infrastruktur pendukungnya juga harus dibangun.
Salah satu kekurangan mobil listrik adalah jarak tempuhnya yang masih terbatas karena
kapasitas baterai yang terbatas. Masyarakat akan membandingkan dengan mobil berbahan bakar
minyak yang memiliki jarak tempuh yang tidak terbatas. Bila sarana SPLU tersedia di banyak
tempat dan telah mengaplikasikan teknologi sistem pengisian cepat atau fast charging, maka
ini karena memudahkan konsumen mobil listrik untuk melakukan pengisian baterainya. Namun
sebaiknya jika SPLU jumlahnya yang sangat minim, tentu masyarakat masih enggan untuk
membeli mobil listrik. Ketersediaan SPLU yang memadai,
diharapkan dapat
menggugah masyarakat agar mau membeli mobil listrik.
SPLU harus tersedia di tempat-tempat umum seperti di mal, SPBU, perkantoran, dan
tempat-tempat publik lainnya. Pemerintah harus mempelopori
pembangunan SPLU
karena infrastruktur ini sangat penting untuk menunjang
berkembangnya pemakaian mobil listrik oleh masyarakat luas. Salah satu perusahaan BUMN
yaitu PT.
PLN menyatakan
kesiapannya mendukung pengembangan mobil listrik nasional
dengan mempersiapkan alat pengisian baterai yang bisa dipakai di rumah maupun di sarana
umum. Pengisian baterai yang cepat dan sarana SPLU yang memadai dapat mempengaruhi
masyarakat untuk tertarik membeli mobil listrik. Namun pembangunan infrastruktur ini sangat
mahal sehingga membutuhkan biaya investasi yang cukup besar.
Selain SPLU, perlu juga dipersiapkan infrastruktur pembangkit listrik sebagai pemasok
energi yang dibutuhkan oleh mobil lisrik. Bila jumlah mobil listrik bertambah, maka perlu
dipikirkan pasokan energi listriknya. Jangan sampai mobil listrik ada, tetapi pasokan listriknya
terhambat.