Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN

77 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Contohnya terjadi pada industri pembuat panel surya pada pembangkit PLTS. Panel surya bila diimpor secara utuh dari luar negeri tidak akan dikenakan pajak impor pajak impor 0 . Tetapi bila sebuah perusahaan perakit panel surya mengimpor komponen berupa sel surya akan dibebani oleh pajak bea masuk. Hal ini menyebabkan tidak dapat bersaingnya industri perangkat pembangkit EBT di dalam negeri jika karena produk yang dijual masih kalah saing dengan produk impor. Tantangan utama dalam kebijakan pemerintah adalah koordinasi antar sektor dalam bidang EBT. Demikian juga kebijakan akan subsidi energi listrik yang menurunkan pasar energi listrik EBT merupakan tantangan yang cukup berat. Hal ini dapat diatasi dengan memindahkan subsidi listrik dari bahan bakar HSD dan batubara ke perangkat listrik. Selain itu produsen perangkat pembangkit listrik lebih menyukai kontrak tetap untuk jangka panjang sebagai jaminan pasar sehingga produsen memiliki dasar untuk mengembangkan pabriknya menjadi lebih ke hulu untuk menekan biaya dan membuat produknya lebih murah dan kompetitif. PENUTUP Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan tenaga listrik EBT di Indonesia sangat dibatasi oleh murahnya harga listrik subsidi PLN kecuali di daerah pedalaman dimana PLN tidak ada dan penerapan kebijakan yang tidak harmonis antara sektor. 2. Karena pasar yang tidak besar, maka industri perangkat pembangkit EBT tidak begitu berkembang. Apalagi yang menggunakan teknologi tinggi, terbatas hanya di perakitan saja 3. Inovasi yang terjadi hanya terbatas saja, kebanyakan inovasi untuk tujuan efisiensi proses dan pemasaran. Adapun di industri pembangkit, inovasinya kebanyakan berupa inovasi pembiayaan dari masyarakat pada pembangkit listrik tenaga EBT di daerah pedalaman Saran yang perlu dilakukan ialah bahwa pemerintah harus mendorong pengembangan EBT dengan menciptakan iklim inovasi pada sektor energi dan para pelaku swasta pengembang energi. Strateginya, pemerintah harus membangun infrastruktur publik untuk menarik minat investor agar menanamkan modalnya di sektor EBT dan melakukan pengembangan inovatif di EBT. Selain itu, pemerintah dapat memberikan insentif kepada para pelaku swasta maupun BUMN dalam pengembangan EBT melalui keringanan beban pajak yang dikenakan oleh perusahaan atau pemberian subsidi untuk kegiatan produksi yang menggunakan salah satu sumber EBT. UCAPAN TERIMA KASIH Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Pappiptek LIPI yang membiayai studi ini. Tulisan ini menjadi bagian dari studi dengan tema kebijakan EBT di Indonesia yang tengah dijalankan di tahun 2014 DAFTAR PUSTAKA British Broadcasting Corporation BBC. 2014. Pembangkit nuklir Jepang meledak lagi. Diakses dari http:www.bbc.co.ukindonesiadunia2011 03110315_japannuke.shtml 14 September 2014. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT. 2012. Outlook Energi Indonesia. Jakarta: BPPT Birkland, Thomas A. An Introduction to the Policy Process, Theories, Concepts, and Models of Public Policy Making . New York-USA: M.E.Sharpe. Cooper, R. G. 2001. Winning at New Product. New York: Perseus Publishing. Fizzanty, T., Kusnandar. .2013. Analisis Sistem Kolaborasi Riset Internasional Dalam Mendukung Inovasi: Studi Kasus di Sektor Kesehatan. PAPPIPTEK-LIPI Kementerian Energi Sumber Daya Mineral ESDM . 2008. Potensi Energi Baru dan Ter-barukan EBT Indonesia . Dipetik September 14, 2008, dari Indonesia: http:www.indonesia. go.ididindex.php?option = com_contenttask =viewid=8157Itemid=687 Lemhanas. 2012. Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Guna Penghematan Bahan Baku Fosil Dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14: 12-19. Godin, B. 2008. Innovation : The History of a Category. Canadian Social Sciences and Humanities Research Council. Mani, Sunil. 2002. Government, Innovation and Technology Policy: An International Comparative Analysis. Cheltenham-UK: Edward Elgar. 78 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Mulyana, Rida. 2013 Peraturan Harga Tenaga Surya Diterbitkan Pekan Depan. Diakses dari http:www.antaranews.comberita364689 peraturan-harga-tenaga-surya-diterbitkan- pekan- depan 5 September 2014 Preez, N. D., Louw, L. 2008. A Framework for Managing the Innovation Process. PICMET 2008. Cape Town: University of Pretoria. Rogers, M. 1998. The Definition and Measure- ment of Innovation. Melbourne: University of Melbourne. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL PLN Tahun 2013-2022 Tim Casindo. 2012. Rencana Aksi Energi Terbarukan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2025. Laporan D-25: 1-43. United Nations Organizations for Education, Science, and Culture UNESCO. 2005. Oslo Manual. The Measu-rement of Scientific and Technological Activities 3rd Edition . UNESCO Institute of Statistic. Wahab, Abdul Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM Press. Peraturan Perundangan UU RI No. 30 Tahun 2007 tentang Energi UU RI No. 9 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 04 Tahun 2012 Tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN Persero Dari Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil Dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik . Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2010 mengenai penugasan Pemerintah kepada PLN untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan ener gi terbarukan, batubara dan gas. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 22 Tahun 2012 Tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara Persero Untuk Melakukan Pembelian Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Dan Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara Persero Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi . Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 022010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 152010 jo Peraturan Menteri ESDM No. 012012 jo Peraturan Menteri ESDM No. 212013 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Perdesaan Tahun Anggaran 2014 . Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional 79 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Model Diamond Porter Dalam Analisis Tekno Ekonomi Industri Mobil Listrik Nasional Porter Diamond Model In Techno Economic Analysis of The National Electric Car Industry Ridwan Arief Subekti 1 , Henny Sudibyo 2 , Vita Susanti 3 1,2,3 Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik-LIPI Komplek LIPI, Jl.Cisitu No.21, Bandung 40135 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Techno Economic National Electric Car Diamond Porter Innovation Kata Kunci: Tekno Ekonomi Mobil Listrik Nasional Diamond Porter Inovasi The independence of the nation in the fields of automotive needs concrete steps to establish national electric car industry. The success can be realized if the industry is built in accordance with the ‘diamond model’. This paper focuses on the analysis of techno economic opportunity of nationwide electric car industry from the perspective of Diamond Porter. The primary and secondary data collection were obtained through direct visits to relevant institutions, then were analyzed using the theory of Diamond Porter as a comparison. In The Diamond-Four Determinants of National Competitive Advantage theory, there are four determinants of a nation’s competitive advantage. The first determinant is the factor of conditions. The opportunity of developing national electric car industry is quite good because of the support of trained and educated human resources. The second determinant is the demand conditions. It is a constraint because actually there is no chance of the electric car market in Indonesia, so it needs government intervention to create the market. The third determinant is related and supporting industries. The inception of a national electric car industry also requires the support of industry supporters to realize the program. The fourth determinant, corporate strategy, structure and rivalry played a key role in the formation of a national electric car industry. A strategy is needed to determine the market share of electric car, for instance by choosing city car. This type suits the conditions of traffic density in major cities in Indonesia. Business concept, innovation, management, and the legality of the national electric car industry are absolutely necessary for the successful establishment of the industry. S A R I K A R A N G A N Untuk mewujudkan kemandirian bangsa di bidang otomotif, perlu langkah nyata untuk membangun industri mobil listrik nasional. Keberhasilan membangun industri dapat terwujud jika sesuai dengan model ‘berlian’. Makalah ini membahas tentang analisis tekno ekonomi peluang industri mobil listrik nasional dilihat dari perspektif ‘Diamond Porter’. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kunjungan langsung ke instansi terkait dan dianalisis menggunakan teori ‘Diamond Porter ’ sebagai pembanding. Pada teori ‘The Diamond-Four Determinants of National Competitive Advantage ’, terdapat empat determinan yang menentukan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Determinan pertama adalah kondisi-kondisi faktor. Peluang pengembangan industri mobil listrik nasional cukup baik karena adanya dukungan SDM yang terlatih dan terdidik. Determinan kedua ialah kondisi-kondisi permintaan. Ini yang menjadi kendala karena sebenarnya belum ada peluang pasar mobil listrik di Indonesia sehingga dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menciptakan pasar mobil listrik. Determinan ketiga adalah industri terkait dan pendukung. Lahirnya industri mobil listrik nasional juga tak lepas dari industri pendukungnya sehingga dibutuhkan jaringan industri untuk mewujudkan program mobil listrik nasional. Determinan keempat, strategi perusahaan, struktur, dan persaingan memegang peranan kunci dalam pembentukan industri mobil listrik nasional. Perlu strategi dalam menentukan pangsa pasar mobil listrik misalnya memilih tipe city car yang memiliki berbagai kelebihan dan cocok dengan kondisi lalu lintas kota-kota besar di Indonesia yang padat. Konsep bisnis, inovasi, manajemen, dan legalitas industri mobil listrik nasional sangat mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembentukan industri tersebut. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014  Corresponding author : E-mail address: ridwanarief_raisyahoo.com 80 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Kelangkaan bahan bakar minyak BBM, peningkatan subsidi BBM yang ditanggung oleh pemerintah, polusi udara, dan meningkatnya biaya kesehatan masyarakat adalah dampak negatif dari kendaraan bermotor yang jumlahnya terus meningkat tiap tahun di Indonesia. Hal ini erat kaitannya karena pola konsumsi BBM di Indonesia sebagian besar atau sekitar 60 digunakan pada sektor transportasi. Peningkatan populasi kendaraan bermotor yang tidak dibatasi menyebabkan jumlahnya bisa meningkat sekitar dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun Subekti, Hartanto, Susanti, Direction and Policies Needed to Support Hybrid Electric Car Research , 2012 BPS, 2009 Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, 2010 Syahril, Resosudarmo, Tomo, 2002 Safrudin Noviantara, 2011. Untuk menjawab tantangan tersebut, salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan kendaraan hemat energi ramah lingkungan, dan mobil listrik adalah salah satunya. Bila dibandingkan dengan kendaraan konvensional atau kendaraan berbahan bakar minyak, maka kendaraan listrik memiliki banyak kelebihan antara lain hemat energi efisiensi penggunaan energi dua kali lebih tinggi, ramah lingkungan tidak mengeluarkan emisi atau nol emisi, biaya operasional murah harga listrik lebih murah bila dibandingkan harga BBM, biaya perawatan murah komponen yang bergerak lebih sedikit, sumber bahan bakar di sektor hulu fleksibel dan dapat menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharuiberkelanjutan, pengisian energi fleksibel, dan biaya pembangunan infrastruktur stasiun pengisian energi murah MATTRIK, 2008 Puslit Telimek, 2012 . Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan mengenai mobil listrik cukup menarik perhatian pemerintah dan masyarakat di Indonesia. Dahlan Iskan selaku Menteri BUMN menggagas lahirnya mobil listrik nasional hasil karya bangsa Indonesia dengan melibatkan beberapa pihak seperti lima orang pemuda Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah ‘Pandawa Putra Petir’, perusahaan BUMN, dan perusahaan swasta nasional. Eforia mobil listrik nasional di Indonesia yang digagas oleh Dahlan Iskan direspon baik oleh berbagai kalangan bahkan mendapat perhatian dan dukungan langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dukungan tersebut diteruskan dan disambut baik oleh jajaran menteri di bawahnya seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Riset dan Teknologi agar mengkoordinir penelitian mobil listrik yang dilakukan oleh beberapa universitas dan lembaga riset pemerintah. Cita-cata bangsa ini untuk memiliki industri mobil listrik nasional tak lepas dari cerita lama dalam membangun industri mobil nasional yang sampai saat ini belum juga terwujud. Kemandirian industri suatu bangsa mutlak diperlukan dan perlu dibangun. Seperti kita ketahui bahwa industri otomotif di Indonesia saat ini dikuasai oleh pihak asing dan untuk mewujudkan kemandirian bangsa di sektor transportasi khususnya industri otomotif, perlu dipikirkan langkah nyata untuk membangun industri mobil listrik nasional. Keberhasilan suatu negara dalam membangun suatu industri dapat terwujud jika industri atau segmen industri tersebut sesuai dengan model ‘berlian’ yang dipunyainya. Ini juga bisa diterapkan untuk menganalisa kemungkinan berhasilnya rencana industri mobil listrik nasional di Indonesia. Dalam teori ‘The Diamond-Four Determinants of National Competitive Advantage ’, terdapat empat determinan yang menentukan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Determinan pertama adalah kondisi-kondisi faktor yang membahas mengenai peluang pengembangan industri mobil listrik nasional yang didukung SDM yang terlatih dan terdidik. Determinan kedua adalah kondisi- kondisi permintaan sedangkan determinan ketiga adalah hubungan dan industri pendukung. Determinan keempat adalah strategi perusahaan, struktur, dan persaingan memegang peranan kunci dalam pembentukan industri mobil listrik nasional Porter, 1990. Diperlukan strategi yang tepat dalam menyasar pangsa pasar mobil listrik. Begitupun konsep bisnis, inovasi, manajemen, dan legalitas industri mobil listrik nasional sangat mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembentukan industri mobil listrik nasional. Teori ‘Diamond Porter’ adalah salah satu teori yang cukup banyak digunakan secara luas dalam pendekatan kompetitif, pengembangan ekonomis, dan menganalisis daya saing suatu produk atau komoditas baik berupa barang maupun jasa Baga, 2008 Zetzu, 2010 Inawati, 2011. Kajian perspektif ‘Diamond Porter’ pada peluang industri mobil nasional di Indonesia pernah dilakukan. Sebagai objek kajian adalah mobil nasional asal kota Solo buatan anak-anak SMK yang dikenal dengan nama mobil ‘Kiat Esemka’. Industri mobil nasional dilihat dari perspektif ‘Diamond Porter’ menunjukkan bahwa negara Indonesia masih harus mencari dan menemukan fakta-fakta lain yang menunjukan suatu ‘berlian’ industri dalam negeri yang unggul dan kompetitif Manurung, 2012. 81 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Indonesia memiliki potensi mengejar ketertinggalan bangsa lain dalam hal keunggulan kompetitif, salah satunya dengan cara membuka kesempatan seluas-luasnya bagi pertumbuhan dan perkembangan industri dalam negeri. Keunggulan kompetitif suatu bangsa juga dapat dilakukan dengan cara memacu inovasi frugal. Di Indonesia terdapat potensi inovasi frugal ditinjau dari permintaan efektif, kemampuan teknologi, dan kewirausahaan Fizzanty, Simamora, Hidayat, 2012. Tujuan dari makalah ini adalah memaparkan hasil kajian tekno ekonomi industri mobil listrik nasional berdasarkan teori ‘Diamond Porter ’. Analisis dilakukan terhadap kemampuan dalam negeri bangsa Indonesia berdasarkan sumber daya yang dimiliki dalam membangun industri mobil listrik nasional dengan mengacu pada empat determinan yang terdapat pada model ‘Diamond Porter’. KERANGKA TEORI Kreasi dan eksploitasi karya kekayaan intelektual akan lebih fokus pada era kreatif. Perdagangan dan perputaran barang dan jasa kreatif memunculkan corak ekonomi baru yang disebut ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah sebuah sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, serta konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, dan hiburan Simatupang, 2007. Pada era kreatif, inovasi merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi. Pentingnya inovasi sebagai pengungkit daya saing sudah terbukti dengan digunakannya daya inovasi sebagai indikator penting dalam pengukuran indeks daya saing global atau Global Competitiveness Index Manurung, 2012. Inovasi bukan hanya didorong oleh kemajuan iptek seperti aktivitas litbang di laboratorium saja, akan tetapi juga didorong oleh kebutuhan pelanggan, informasi pengguna, dan analisis pasar. Muncul perspektif yang agak berbeda di negara berkembang yang memandang penting membangun model bisnis baru sebagai sebuah respon terhadap situasi dan kondisi negara berkembang yang serba terbatas Krishnan, 2010. Di negara India dan China, dengan kondisi yang serba terbatas maka lahirlah sistem inovasi yang mendukung kesejahteraan masyarakat secara luas. Inovasi tersebut dikenal dengan istilah inovasi frugal low cost innovation. Kreativitas dan kewirausahaan inovatif kelompok penghasil iptek akan terpacu oleh pengembangan inovasi frugal Fizzanty, Simamora, Hidayat, 2012. Inovasi frugal memiliki karakteristik yaitu bertujuan menghasilkan sesuatu yang lebih baik, bukan hanya sesuatu yang lebih murah; memberikan pelayanan bukan hanya produk; menyangkut memodelkan kembali bukan hanya menyederhanakan; dan biaya rendah namun bukan berarti berteknologi rendah, dan inovasi frugal dapat memenuhi atau dikombinasikan dengan iptek terdepan Krishnan, 2010. Berbeda dengan inovasi pada umumnya, inovasi frugal diciptakan untuk melayani kebutuhan masyarakat luas, mengandalkan sumberdaya yang ada dengan desain dan pengembangan produk yang murah sehingga produk inovatif tersebut dapat terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Ini yang membuat inovasi frugal unggul dalam memahami pasar dan kondisi negara berkembang. Untuk mencapai tujuan efisiensi tersebut, inovasi frugal menjadi inovasi yang menghubungkan antara teknologi kreatif dan keahlian wirausahawan dalam mengelola kebutuhan masyarakat umum. Dalam penciptaannya, inovasi frugal memerlukan beberapa keahlian seperti ahli dalam bidang desain teknologi, aplikasi teknologi, manajemen, dan pemasaran. Produk yang dihasilkan juga memiliki intensitas teknologi tinggi seperti kendaraan bermotor, alat kesehatan, mesin dan lain-lain Fizzanty, Simamora, Hidayat, 2012. Inovasi di masa yang akan datang akan banyak diwarnai oleh inovasi frugal seperti yang diterapkan oleh India dan Cina di mana inovasi frugal sudah menjadi fenomena yang tidak dapat diabaikan lagi. Inovasi frugal menuntut struktur dan kondisi ekonomi sosial tertentu. Terdapat tiga komponen utama dari struktur yang dapat mendorong lahirnya inovasi frugal, yaitu peningkatan kemampuan teknologi, jiwa kewirausahaan, dan peningkatan permintaan efektif. Semua ini berawal dari keterbukaan ekonomi nasional suatu bangsa dalam upaya pengintegrasiannya ke dalam ekonomi global. Keterbukaan ekonomi memungkinkan peningkatan kemampuan teknologi dengan memanfaatkan investasi masuk dalam proses pembelajaran teknologi. Kombinasi kemampuan teknologi yang meningkat dengan jiwa kewirausahaan dan permintaan efektif dari masyarakat lapisan bawah, akan mendorong pengembangan produk-produk inovasi frugal oleh para seorang wirausaha pada perusahaan dalam negeri Hidayat, 2012. Pada kajian yang dilakukan oleh Aminullah 2011, secara umum ciri kemampuan teknologi Indonesia terdiri atas tiga kondisi rendahnya intensitas riset di mana pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan teknologi Indonesia. Ketiga kondisi tersebut adalah kurangnya 82 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 perhatian dari pemerintah terhadap kegiatan riset yang ditandai dengan anggaran riset yang cenderung menurun, investasi riset oleh sektor swasta masih rendah, dan karakteristik industri manufaktur di Indonesia Aminullah, 2011. Sedangkan ciri umum kewirausahaan yang berkembang di Indonesia adalah sebagian besar perusahaan berkembang karena adanya dukungan sumber daya kapital dan tenaga kerja, dan bersifat perusahaan keluarga yang turun-temurun. Namun demikian terdapat juga sejumlah perusahaan yang telah mengandalkan dukungan SDM yang berpendidikan dan intelek yang bertumpu pada kemampuan teknologi yang dipimpin wirausahawan inovatif. Kondisi ini tidak dapat diabaikan, karena dari perusahaan inilah potensi munculnya inovasi frugal di Indonesia. Strategi untuk mendorong berkembangnya inovasi frugal di Indonesia harus difokuskan pada pengembangan kemampuan iptek melalui peningkatan kemampuan absorpsi yang memerlukan literasi dan keahlian sumber daya manusianya Fizzanty, Simamora, Hidayat, 2012. T EORI D IAMOND P ORTER Suatu teori klasik mengenai perdagangan internasional menyatakan bahwa salah satu keunggulan kompetitif adalah hibah atau pemberian termasuk tanah, sumber daya alam, tenaga kerja, dan ukuran penduduk setempat. Suatu bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih maju seperti tenaga kerja terampil dan teknologi yang kuat baik yang pada berbasis pada pengetahuan, adanya dukungan pemerintah, maupun budaya lokal. Keunggulan kompetitif suatu bangsa ditentukan oleh empat determinan atau faktor di mana keempatnya merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan, menguntungkan, dan menguatkan. Empat determinan tersebut adalah kondisi-kondisi faktor factor conditions , kondisi-kondisi permintaan demand conditions, industri terkait dan pendukung related and supporting industries , dan strategi perusahaan, struktur, dan persaingan firm strategy, structure, dan rivalry . Teori ini dikenal dengan nama ‘Porter’s Diamond of National Advantage’ Porter, 1990. Keterkaitan empat faktor pada ‘Diamond Porter’ tersebut seperti yang terdapat pada Gambar 1. Secara singkat, empat determinan pada ‘Diamond Porter’ dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Kondisi-kondisi Faktor Faktor ini merupakan faktor yang merujuk pada posisi nasional suatu bangsa pada kemampuan produksi seperti tenaga terampil, terlatih, dan terdidik, dan infrastruktur yang diperlukan dalam berkompetisi di industri tersebut. Sebuah negara menciptakan kondisi-kondisi faktor sangatlah penting dan bukan hanya mengandalkan yang diwariskannya saja. Contohnya seperti sumber daya yang terampil dan berbasis teknologi. Faktor- faktor produksi seperti tenaga kerja yang tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap perusahaan, pada akhirnya tidak akan memiliki nilai kompetitif. Negara-negara yang memiliki sumber daya terbatas sering membuat dan memacu mereka menjadi kompetitif dan inovatif. Firm strategy, Structure, and Rivalry Related and Supporting Industries Factor Conditions Demand Conditions Chance Government Sumber: Porter, 1990 Gambar 1. Diagram Diamond Porter 83 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 2 Kondisi-kondisi Permintaan Faktor yang kedua adalah demand conditions atau kondisi-kondisi permintaan yang merupakan karakteristik permintaan dalam negeri terhadap produk atau jasa. Penerimaan yang baik pada sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak terhadap daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif akan memberikan masukan terhadap kualitas yang dapat dijadikan umpan balik bagi industri lokal sehingga dapat memacu dan meningkatkan kualitas produksinya. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks global, maka industri lokal dapat menjadi kompetitif dalam pasar internasional. 3 Industri Terkait dan Pendukung Pada determinan ini, kehadiran atau ketidakhadiran industri pemasok dan pendukungnya yang kompetitif sangatlah berpengaruh. Ketika industri pendukung lokal yang kompetitif, perusahaan menikmati input biaya yang lebih efektif dan inovatif. Dukungan industri terkait dan industri inti akan meningkatkan daya saing industri tersebut. 4 Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan Faktor strategi perusahaan, struktur, dan persaingan merupakan kondisi-kondisi yang mengatur pendirian perusahaan, pengoperasiannya, pengelolaannya, dan sifat persaingan antar perusahaan. Kondisi dalam negeri dapat mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar modal. Negara dengan sistem permodalan jangka pendek cenderung menginvestasikan dananya pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka pendek. Sedangkan negara dengan sistem permodalan jangka panjang cenderung menginvestasikan dananya pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka panjang. Struktur perusahaan sendiri sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh, perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan keluarga. Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja dan kemajuan industri tersebut. Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang pada akhirnya secara akumulatif dapat meningkatkan daya saing. Selain empat determinan seperti yang telah dijelaskan di atas, terdapat dua variabel lain yang juga mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu produk yaitu peluang chance dan pemerintah government. Peluang adalah perkembangan yang terjadi di luar kendali perusahaan dan biasanya ada campur tangan dari pemerintah seperti temuan dasar ilmu pengetahuan, terobosan dasar teknologi, keadaan perang, perkembangan situasi politik luar negeri, dan perubahan-perubahan utama pasar internasional. Semua ini menciptakan diskontinuitas yang dapat mencairkan atau membentuk ulang struktur industri dan memberi peluang bagi perusahaan-perusahaan suatu negara untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan negara lain. Peran pemerintah lainnya dalam membangun kemampuan kompetitif suatu industri adalah mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan menegakkan standar produk yang ketat; merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan; fokus pada penciptaan faktor khusus; dan merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan menegakkan peraturan anti-trust Porter, 1990 Manurung, 2012 Ridwan, 2012. METODE PENELITIAN Pada kajian ini dilakukan analisis terhadap empat faktor ‘ Diamond Porter ’ yang dapat mempengaruhi keberhasilan industri mobil listrik nasional. Kajian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data primer melalui kunjungan lapangan ke beberapa perguruan tinggi dalam negeri Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, perusahaan swasta PT. Sarimas Ahmadi Pratama, dan perusahaan BUMN PT. Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia yang terlibat dalam proyek mobil listrik nasional. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data sekunder melalui internet berupa hasil kajian terdahulu, kebijakan yang ada saat ini, dan sumber literatur lainnya. Selanjutnya diadakan diskusi yang diikuti oleh instansi terkait dalam sebuah forum group discussion FGD untuk membedah perkembangan dan permasalahan dalam mengembangkan industri mobil listrik nasional. Dari data primer dan sekunder yang ada, selanjutnya dianalisis dengan membandingkan empat faktor ‘Diamond Porter’ untuk menemukan kelebihan, kekurangan, dan permasalahan yang dimiliki bangsa Indonesia dalam pembentukan 84 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 industri mobil listrik nasional. Dari pengolahan dan analisis data tersbut selanjutnya dibuat suatu rekomendasi agar rencana pembentukan industri mobil listrik nasional dapat terwujud. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi-Kondisi Faktor Kondisi-kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing industri suatu bangsa ditentukan oleh banyak hal. Pada kajian industri mobil listrik nasional ini akan menyoroti beberapa kondisi faktor yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan program industri mobil listrik nasional. Kondisi-kondisi faktor tersebut antara lain adalah: a sumber daya manusia, b sumber daya alam, dan c infrastruktur. Untuk lebih jelasnya, kondisi-kondisi faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program mobil listrik nasional akan dijabarkan sebagai berikut. a Sumber Daya Manusia Saat ini di bidang transportasi khususnya kendaraan atau otomotif, dikuasai oleh merek- merek dari luar negeri baik dari Asia, Eropa, maupun Amerika. Tidak ada satupun merek dalam negeri yang berkembang walaupun awalnya sempat digagas oleh beberapa kalangan untuk mempelopori program mobil nasional. Kondisi ini menyebabkan ketergantungan Indonesia akan teknologi luar negeri karena tidak ada satupun industri otomotif dalam negeri yang dapat menguasai 100 teknologi otomotif tersebut. Selama ini Indonesia hanya sebagai tempat produksi atau perakitan kendaraan bermotor dan belum menjadi tempat penghasil atau pengembang teknologi, sehingga masih besar ketergantungan- nya pada impor. Sebenarnya kita mempunyai kemampuan untuk menguasai teknologi mobil listrik. Kemampuan yang kita miliki tidak kalah bila dibandingkan dengan luar negeri karena saat ini pabrikan otomotif luar negeri juga masih dalam tahap pengembangan teknologi mobil listrik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melibatkan lima perguruan tinggi negeri untuk melakukan kegiatan penelitian mobil listrik. Perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kemampuan dalam negeri dalam penguasaan teknologi mobil listrik ini dibuktikan dengan sejumlah hasil karya nyata prototipe mobil listrik antara lain adalah mobil listrik iVe Aru, Si Jalak, eSemar, SemarT Ecocity, e-Gang Car dan lainnya. Selain perguruan tinggi di atas, kegiatan penelitian mobil listrik juga dilakukan oleh lembaga riset pemerintah seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT. Beberapa prototipe mobil listrik yang telah dihasilkannya antara lain adalah retrofit mobil konvensional jenis mini bus dan sedan menjadi mobil listrik. Ada juga prototipe mobil listrik berbentuk sedan sport dan bus mikro. Kemampuan menghasilkan prototipe mobil listrik juga ditunjukan oleh industri, baik industri swasta maupun perusahaan BUMN. Dahlan Iskan selaku menteri BUMN menggandeng lima orang pemuda untuk terlibat dalam program mobil listrik. Kelima pemuda yang lebih dikenal dengan nama ‘Pandawa Putra Petir’ tersebut adalah Dasep Ahmadi direktur PT. Sarimas Ahmadi Pratama, Danet Suryatama pendiri Elektrik Car LLC, Michigan, Amerika Serikat, Ravi Desai Presiden Direktur PT. Great Asia Link PT. GRAIN, Mario Rivaldi Presiden Direktur PT. Betrix Indonesia, dan Ricky Elson yang merupakan seorang teknokrat Indonesia ahli dalam teknologi motor penggerak listrik. Perusahaan BUMN juga terlibat pada program mobil listrik nasional Dahlan Iskan. BUMN tersebut antara lain adalah PT. Pindad yang memiliki kemampuan dalam membuat motor listrik jenis motor induksi, PT. Len Industri yang akan berperan dalam menangani sistem propulsi dalam pengembangan komponen mobil listrik, dan PT. Dirgantara Indonesia sebagai integrator sistem mobil listrik Subekti, Sudibyo, Susanti, Saputra, Hartanto, 2014. Sebagai salah satu kondisi-kondisi faktor, sumber daya manusia SDM merupakan faktor utama. Bicara mengenai biaya SDM di Indonesia, beberapa tahun yang lalu kita terkenal dengan biaya SDM yang murah. Setingkat dengan beberapa negara berkembang di Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Kamboja, dan lainnya. Saat itu, ongkos SDM yang murah merupakan salah satu faktor ‘anugerah’. Namun dengan berjalannya waktu, maka ongkos biaya tenaga kerja murah bukan menjadi tren lagi di Indonesia dan akan bergeser karena zaman atau era tenaga kerja profesional yang tidak lagi murah. Tenaga kerja yang profesional ini harus diciptakan karena bukan merupakan anugerah. 85 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Untuk menunjang daya saing suatu bangsa, maka faktor kondisi SDM yang terdidik, terlatih, dan terampil harus terus diciptakan dan ditingkatkan kualitasnya. Ini erat kaitannya dalam menunjang program mobil listrik nasional yang memiliki teknologi canggih dan maju. Tenaga ahli yang terdiri dari lulusan diploma III, strata 1 sampai profesor, dan didukung tenaga teknisi terlatih telah banyak menghasilkan prototipe mobil listrik di Indonesia. Kemampuan dalam negeri bangsa ini merupakan suatu potensi besar yang ada, di mana saat ini masih belum diberdayakan secara maksimal. Apabila potensi tersebut dinaungi dalam suatu wadah dan dikoordinir dengan arah yang jelas, maka bukanlah suatu hal yang mustahil program mobil listrik nasional dapat terwujud di Indonesia. b Sumber Daya Alam Sumber daya alam pendukung industri mobil listrik nasional di Indonesia melimpah namun masih dalam bentuk material mentah, belum dalam bentuk siap pakai untuk menjadi komponen mobil listrik. Komponen utama mobil listrik adalah platform, baterai, motor, sistem kendali elektronik, dan sistem pengisian. Saat ini kita telah menguasai 100 rancang bangun platform. Sedangkan untuk komponen lainnya seperti baterai, motor, sistem kendali elektronik, dan sistem pengisian masih harus didatangkan dari luar negeri. Namun demikian penelitian keempat komponen utama mobil listrik tersebut saat ini sedang dilakukan secara bersama- sama oleh lembaga riset dari perguruan tinggi, Lembaga Pemerintah Non Kementerian LPNK, maupun industri swasta dan Badan Usaha Milik Negara BUMN. Saat ini mobil listrik hasil karya bangsa Indonesia telah menggunakan kandungan lokal sebesar 30-40. Dalam lima tahun mendatang ditargetkan kandungan lokal mobil listrik nasional dapat mencapai 50 Kementrian Perindustrian, 2013 Universitas Gadjah Mada, 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Untuk dapat dikatakan berhasil dalam menciptakan mobil listrik nasional, maka penguasaan teknologi sangatlah penting sebab kalau hanya merakit komponen mobil listrik saja, kita akan terus bergantung pada komponen impor. Persoalan kemandirian dalam bahan baku komponen mobil listrik menjadi sangat penting mengingat sebagian besar bahan baku utama mobil listrik masih impor sehingga hal ini dapat menjadi ganjalan dalam pengembangan program mobil listrik nasional. Tingkat kandungan komponen dalam negeri TKDN mobil listrik harus tinggi agar kemandirian dan keberlanjutan dalam proses produksi mobil listrik bisa terus berkesinambungan. Peningkatan TKDN mobil listrik nasional dapat dilakukan melalui riset dan pengembangan teknologi, pelayanan jasa industri pendukung, dan membuat standardisasi komponen serta suku cadang mobil listrik. Keberhasilan Gambar 2. Bagan Kerjasama Penelitian Komponen Mobil Listrik 86 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 dalam menciptakan mobil listrik dengan komponen berbahan baku dalam negeri dan diproduksi secara massal menjadi salah satu wujud kemandirian bangsa dalam bidang otomotif. Salah satu cara untuk meningkatkan TKDN mobil listrik yang saat ini masih rendah adalah melalui kerja sama riset atau penelitian antar lembaga riset, universitas, dan litbang industri. Kerja sama riset tersebut diperlukan guna mensinkronisasikan sub-sub kegiatan penelitian komponen mobil listrik sehingga seluruh teknologi mobil listrik dapat dikuasai secara mandiri oleh bangsa Indonesia. Kerjasama penelitian antar instansi, lembaga riset, dan universitas dalam melakukan riset komponen mobil listrik dapat dilihat seperti pada Gambar 2. Salah satu komponen utama mobil listrik yang masih menjadi kendala dalam pembuatan mobil listrik nasional adalah baterai lithium karena komponen ini masih diimpor. Untuk meningkatkan TKDN khususnya baterai lithium, kerjasama penelitian dapat dilakukan oleh LIPI, PT Nipress, dan PT LEN. Saat ini penelitian tentang baterai lithium masih pada tahap pengembangan bahan aktif dan ditargetkan tahun 2016 sudah akan tercipta prototipe lengkapnya. Peta potensi serta aktivitas litbang yang dilakukan masing-masing stakeholder yang terkait dengan pengembangan baterai lithium sedang disusun. Komponen baterai lithium mulai dari bahan baku sampai produk baterai juga sudah dipetakan dan pada tahun 2015 tingkat kandungan dalam negeri TKDN baterai lithium ditargetkan dapat mencapai 70 Prihandoko, 2013. Upaya pembentukan konsorsium riset harus pula melibatkan industri terkait sejak awal agar peneliti dapat mengetahui spesifikasi yang dibutuhkan industri. Sebenarnya bahan baku baterai mobil listrik seperti lithium terdapat di beberapa beberapa daerah di Indonesia namun belum diolah untuk kebutuhan baterai mobil listrik. Bila penelitian baterai lithium telah berhasil, rencananya akan diproduksi oleh perusahaan pembuat baterai yaitu NS Baterai PT Nipress. c Infrastruktur Kendaraan bermotor membutuhkan infrastruktur sebagai penunjangnya. Bila kendaraan berbahan bakar minyak membutuhkan stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU, maka kendaraan listrik membutuhkan stasiun pengisian listrik umum SPLU untuk melakukan proses pengisian energi listrik pada baterainya. Ini yang menjadi kendala dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, perkembangan mobil listrik di duniapun terkendala masalah SPLU tersebut. Bila program mobil listrik nasional dimulai, maka sarana infrastruktur pendukungnya juga harus dibangun. Salah satu kekurangan mobil listrik adalah jarak tempuhnya yang masih terbatas karena kapasitas baterai yang terbatas. Masyarakat akan membandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak yang memiliki jarak tempuh yang tidak terbatas. Bila sarana SPLU tersedia di banyak tempat dan telah mengaplikasikan teknologi sistem pengisian cepat atau fast charging, maka ini karena memudahkan konsumen mobil listrik untuk melakukan pengisian baterainya. Namun sebaiknya jika SPLU jumlahnya yang sangat minim, tentu masyarakat masih enggan untuk membeli mobil listrik. Ketersediaan SPLU yang memadai, diharapkan dapat menggugah masyarakat agar mau membeli mobil listrik. SPLU harus tersedia di tempat-tempat umum seperti di mal, SPBU, perkantoran, dan tempat-tempat publik lainnya. Pemerintah harus mempelopori pembangunan SPLU karena infrastruktur ini sangat penting untuk menunjang berkembangnya pemakaian mobil listrik oleh masyarakat luas. Salah satu perusahaan BUMN yaitu PT. PLN menyatakan kesiapannya mendukung pengembangan mobil listrik nasional dengan mempersiapkan alat pengisian baterai yang bisa dipakai di rumah maupun di sarana umum. Pengisian baterai yang cepat dan sarana SPLU yang memadai dapat mempengaruhi masyarakat untuk tertarik membeli mobil listrik. Namun pembangunan infrastruktur ini sangat mahal sehingga membutuhkan biaya investasi yang cukup besar. Selain SPLU, perlu juga dipersiapkan infrastruktur pembangkit listrik sebagai pemasok energi yang dibutuhkan oleh mobil lisrik. Bila jumlah mobil listrik bertambah, maka perlu dipikirkan pasokan energi listriknya. Jangan sampai mobil listrik ada, tetapi pasokan listriknya terhambat.

2. Kondisi-Kondisi Permintaan

Kehadiran mobil listrik hasil karya bangsa Indonesia sempat mencuri perhatian masyarakat. Saat perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional tahun 2012, masyarakat cukup antusias dan kagum dengan keberadaan mobil listrik tersebut. Namun demikian karena harganya yang dirasa lebih mahal bila dibandingkan dengan mobil konvensional berbahan bakar minyak, masyarakat masih sebatas tertarik namun belum berkeinginan untuk membelinya bila mobil listrik 87 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 nasional tersebut benar-benar sudah diproduksi massal. Hal ini berbeda dengan mobil nasional ‘Esemka’ yang dimotori oleh Joko Widodo. Saat diperkenalkan ke masyarakat umum, cukup banyak masyarakat yang tertarik dan memesan mobil nasional tersebut karena harganya yang lebih murah bila dibandingan dengan mobil sejenis di pasaran. Jadi sebenarnya peluang pasar mobil listrik nasional bagi masyarakat umum masih belum terlihat. Bila dibandingkan dengan mobil konvensional, harga mobil listrik masih lebih mahal karena harga baterainya sangat tinggi mencapai sekitar 40 dari harga mobil listrik. Hampir semua komponen utama mobil listrik masih didatangkan dari luar negeri. Hal tersebut juga menyebabkan harga mobil listrik menjadi sangat mahal. Tidak hanya di Indonesia, di banyak negara di dunia ini juga mengalami masalah dalam mengembangkan industri mobil listrik karena segmen pasarnya yang belum banyak sehingga industri mobil belum berani memproduksi mobil listrik secara massal. Ini menjadi kendala utama dalam mengembangkan program mobil listrik nasional. Untuk mengatasi permasalahan kondisi permintaan mobil listrik nasional yang belum ada, perlu ditentukan segmen pasar secara spesifik. Campur tangan pemerintah melalui suatu kebijakan untuk menciptakan pasar mobil listrik nasional sangatlah dibutuhkan. Pemerintah dapat melakukan proyek percontohan dengan mempelopori penggunaan mobil listrik untuk kendaraan dinasnya, baik kendaraan dinas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan kendaraan operasional BUMN dan BUMD. Selain mobil dinas pemerintahan, kendaraan umum dalam kota seperti taksi dan angkot juga dapat menjadi proyek percontohan mobil listrik. Ini sesuai dengan karakter mobil listrik yang memang cocok untuk penggunaan dalam kota karena keterbatasan jarak tempuhnya. Padat sehingga tipe mobil listrik city car berpeluang untuk dikembangkan. Pertumbuhan pasar kendaraan bermotor tipe city car di Indonesia rata-rata sekitar 19,5 per tahun Gaikindo, 2013. Secara umum, segmen pasar mobil tipe city car cukup besar di Indonesia mengingat karakter kota-kota besar di Indonesia yang lalu lintasnya Bila proyek percontohan penggunaan mobil listrik oleh pemerintah ini cukup berhasil, maka masyarakat dapat melihat keseriusan pemerintah dalam mengembangkan industri mobil listrik nasional. Dengan demikian diharapkan masyarakat menjadi lebih tertarik untuk menggunakan mobil listrik apalagi biaya operasional mobil listrik lebih murah bila dibandingkan dengan mobil konvensional. Mobil listrik yang akan dikembangkan hendaknya memiliki keunikan sendiri dengan sentuhan inovasi teknologi agar dapat diterima oleh masyarakat luas. Penerimaan yang baik dari masyarakat terhadap mobil listrik nasional akan berdampak terhadap daya saing dan kemajuan mobil listrik nasional tersebut. Masukan dari masyarakat secara aktif terhadap kualitas mobil listrik nasional dapat dijadikan umpan balik bagi industri untuk memacu dan meningkatkan kualitas dari mobil listrik nasional. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks global, maka industri mobil listrik nasional akan menjadi kompetitif dalam bukan hal yang mustahil dapat menembus pasar internasional.

3. Industri Terkait dan Pendukung

Industri-industri terkait mobil listrik merupakan salah satu faktor untuk membangun industri mobil lsitrik nasional. Keunggulan kompetitif suatu bangsa pada industri mobil listrik akan terkait pada pendukung industri tersebut yang memiliki keunggulan kompetitif baik secara nasional maupun internasional. Keunggulan kompetitif industri ini sangat ditunjang oleh keberadaan pemasok-pemasok dalam negerinya yang berkelas dunia. Keunggulan kompetitif pada industri pemasok tertentu juga dapat mengalir ke industri-industri lebih ke hilir karena produk yang dihasilkannya diperlukan untuk inovasi. Kerja sama antar universitas, lembaga litbang pemerintah, dan lembaga litbang pemerintah swasta sebagai penghasil produk riset mobil listrik perlu dikembangkan dan ditindaklanjuti secara nyata. Demikian juga dengan kerja sama antara industri pendukung mobil listrik, seperti industri baterai lithium di Bogor, industri sepeda motor listrik di Bandung serta industri mobil listrik PT. Sarimas Ahmadi Pratama di Depok, akan lebih baik dapat membentuk suatu klaster industri mobil listrik nasional. a Roadmap Industri Mobil Listrik Nasional Saat ini Kementerian Perindustrian belum mempunyai roadmap tentang industri mobil listrik. Yang ada adalah roadmap industri otomotif secara umum. Bila program industri mobil listrik nasional digulirkan, maka Kementerian Perindustrian harus membuat roadmap tentang industri mobil listrik di Indonesia. Roadmap industri otomotif Indonesia seperti yang terdapat pada Permenperin No.592010 perlu direvisi 88 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 sehingga diharapkan mobil listrik dapat masuk dalam revisi Permenperin tersebut. Nasionalisasi industri mobil listrik di Indonesia membutuhkan roadmap industri utama dan industri pendukung mobil listrik. Rancangan roadmap akan menjadi arahan nasional menuju pengembangan mobil listrik hingga siap di pasaran serta mendukung program pembangunan nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan ITB, UI, UGM, ITS, dan UNS serta LIPI dan BPPT telah menyusun roadmap pengembangan mobil listrik nasional yang pada tahun 2015-2016 sudah masuk pada proses pabrikasi. Di dalam roadmap tersebut diagendakan pada tahun 2018 mobil listrik akan diproduksi massal. Selain Kemendikbud, Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Riset dan Teknologi, serta Kementerian Perindustrian ikut berperan serta dalam menyusun roadmap mobil listrik nasional. Roadmap pendukung industri untuk mobil listrik nasional yang telah disusun seperti yang terdapat pada Gambar 3. b Industri Pendukung Mobil Listrik Tantangan dalam mengembangkan mobil listrik nasional cukup berat. Mobil listrik nasional memiliki kompetitor baik dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri terutama dari produsen mobil konvensional. Para pemain mobil konvensional sudah lama dan jauh lebih mapan di pasar otomotif Indonesia. Jaringan industri pendukungnya sudah tertata dengan baik. Hal ini yang menjadi tantangan untuk mengembangkan mobil listrik nasional sehingga dibutuhkan perencanaan mulai dari industri utama sampai dengan industri-industri pendukungnya. Campur tangan dan peran serta dari Kementerian Perindustrian sangat dibutuhkan untuk mengkoordinir bakal calon industri-industri pendukung yang dibutuhkan tersebut. Industri pendukung mobil listrik harus dapat menguasai dan mengacu pada ‘lima teknologi kunci’ mobil listrik. Teknologi kunci mobil listrik terdiri dari platform, baterai, motor, sistem kendali elektronik, dan sistem pengisian seperti yang terdapat pada Gambar 4. Sumber: Rivaldi, 2012 Gambar 4 . Lima Teknologi Kunci Mobil Listrik Beberapa faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong bangkitnya industri otomotif nasional yaitu adanya industri pendukung sektor otomotif yang cukup besar, Luar negeri Indonesia multi motor single speed Platform Baterai Motor Sistem Kendali Elektronik Sistem Pengisian handling driving experience multi motor single speed multi motor multi speed CAN BUS EV System CAN BUS ICE Vehicle Regulasi Inpres tentang mobil listrik UU tentang mobil listrik PP kendaraan listrik KepmenPermen laik jalan kendaraan listrik Insentif Pembiayaan dan pemasaran Edukasi dan komunikasi SNI HAKI Infrastuktur Charging station Ketersediaan energi listrik Ketersediaan fasilitas perawatan Penyediaan SDM pendukung Fasilitas daur ulang 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 dst. Gambar 3. Roadmap Pendukung Industri untuk Mobil Listrik Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 89 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 potensi kontribusi terhadap produk domestik bruto PDB Indonesia, jumlah sarjana teknik, prestasi terkait dengan industri otomotif yang sudah cukup berkembang, dan potensi penguasaan teknologi otomotif di masa mendatang. Namun demikian saat ini juga terdapat beberapa kekurangan yang salah satunya adalah lemahnya kemampuan industri kecil menengah IKM yang ada dalam memenuhi standardisasi OEM original equipment manufacturer Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Industri komponen utama dan industri komponen pendukung mobil listrik perlu dipetakan dengan jelas karena program mobil listrik nasional tergantung industri-industri tersebut. Industri-industri yang dapat berperan untuk mendukung program mobil listrik nasional bisa berasal dari perusahaan BUMN maupun industri swasta. Perusahaan BUMN tersebut antara lain adalah PT. Pindad, PT. LEN, PT. DI, PT. INKA, PT. PLN, PT. Nipress industri baterai. Sedangkan industri swasta di bawah naungan ‘Pandawa Putra Petir’, dapat berperan karena perusahaan-perusahaan tersebut telah menghasilkan prototipe mobil listrik yang dikoordinasi oleh Dahlan Iskan. PT. Pindad telah memiliki pengalaman dalam pembuatan motor dan generator. Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor listrik diaplikasikan sebagai penggerak pada mobil listrik. PT. Pindad telah memiliki kemampuan dalam membuat motor listrik jenis motor induksi yang telah digunakan untuk aplikasi oleh PT. KAI. PT. LEN sebagai industri elektronik nasional dapat berperan menangani sistem propulsi dalam pengembangan kandungan lokal mobil listrik, seperti electronic control unit, inverter, DC chopper, battery charger, dan battery management system . PT. PLN sebagai operator listrik negara dapat menyiapkan charger atau alat isi ulang baterai mobil listrik untuk rumah tangga. Sedangkan PT. DI yang telah berpengalaman dengan industri pesawat terbang dengan standar internasional siap berperan dalam menyiapkan standar desain dan industrialisasi mobil listrik nasional. Selain industri pendukung mobil listrik nasional, yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan jaringan bengkel yang kompeten, suku cadang, dan tenaga teknisi yang terlatih. Hal ini harus disiapkan agar layanan purna jual mobil listrik ke pada masyarakat umum dapat memuaskan. Hal tersebut juga sangat berpengaruh pada perkembangan industri mobil listrik nasional.

4. Strategi Perusahaan, Struktur, dan

Persaingan Faktor keempat pada determinan ini membahas masalah bagaimana akan merencanakan dan mengaplikasikan strategi perusahaan, pengorganisasian, dan pengelolaan perusahaan yang menekuni produksi mobil listrik nasional. Mobil listrik di Indonesia yang bermula dari hasil riset telah melalui beberapa tahapan dalam proses pengembangannya. Terdapat sembilan tahapan atau level yang harus dilalui dalam proses penelitian dan pengembangan sebuah mobil listrik hingga akhirnya dapat diproduksi massal. Level 1-3 adalah tahap eksplorasi, level 4-6 tahap pengembangan, dan level 7-9 adalah masa pengujian di laboratorium dan pengujian lapangan untuk selanjutnya masuk ke manufakturing atau produksi massal. Level 1 hingga level 6 telah dilalui yang artinya sampai pembuatan prototipe, dicoba, dan telah diuji Setyorini, 2014. Saat ini mobil listrik di Indonesia masih berada di level 7 sehingga belum masuk ke tahap produksi massal atau masuk industri. Berbeda dengan tiga determinan yang lain, determinan keempat ini merupakan determinan yang paling lemah dan belum terlihat, karena industri mobil listrik nasional masih sebatas wacana dan belum didirikan secara khusus. Di sisi lain, kondisi seperti ini justru memunculkan kesempatan untuk menyusun strategi perusahaan, struktur industri, dan iklim persaingan sebaik- baiknya. Saat ini beberapa perusahaan BUMN dan swasta yang terlibat dalam program mobil listrik Dahlan Iskan telah siap melebarkan sayap usahanya untuk memproduksi mobil listrik bila ada komitmen dari pemerintah untuk mengembangkan mobil listrik nasional. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah, terutama Kementrian Ristek sebagai inisiator penggagas ide, Kementerian Perindustrian, industri terkait, dan pihak yang akan terlibat pada program mobil listrik nasional, adalah membaca keinginan pasar, dinamika kondisi otomotif di Indonesia, serta kemampuan masyarakat. Strategi pemasaran mobil listrik di Indonesia salah satunya dengan memilih mobil listrik tipe city car karena lebih pas untuk kondisi jalan raya di kota-kota besar di Indonesia yang padat. Ukuran city car lebih kecil sehingga sesuai dengan kondisi tersebut. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan dukungan tim mobil listrik nasional 90 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 merencanakan strategi untuk mendukung industri mobil listrik nasional dari tahap riset sampai produksi dengan membentuk wadah Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Otomotif PPTI-O. PPTI-O didukung oleh beberapa universitas seperti UI, ITB, UGM, UNS, dan ITS serta Lembaga Riset Non Kementerian seperti LIPI dan BPPT. PPTI-O yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Riset dan Teknologi memiliki komitmen agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, khususnya di bidang industri otomotif. PPTI-O diharapkan dapat berperan dalam penelitian dan pengembangan terutama bagi IKM yang memproduksi komponen otomotif maupun industri otomotif nasional. Dengan adanya peran PPTI-O, kondisi otomotif saat ini yang lebih dikuasai oleh prinsipal asing, diharapkan akan berubah menjadi industri nasional yang mandiri seperti yang terlihat pada Gambar 5. Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 Gambar 5. Skema Industri Otomotif Setelah PPTI-O Mobil listrik dalam negeri tentu akan menghadapi persaingan dari produsen mobil yang ada saat ini. Industri tersebut sudah sangat mapan karena sudah puluhan tahun berkiprah di industri otomotif di Indonesia. Namun demikian, jika ada niat dan dukungan yang kuat dari pemerintah, bukan menjadi hal yang tidak mungkin untuk mewujudkan industri mobil listrik nasional. Korea dengan merek KIA dan Hyundai, India dengan Tata Motornya, serta Malaysia dengan Protonnya, merupakan suatu bukti keberhasilan industri otomotif di masing-masing negara tersebut. Selain empat determinan seperti yang telah diterangkan di atas, terdapat dua variabel lain yang juga mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu bangsa yaitu peluang dan pemerintah. Peluang pengembangan industri mobil listrik nasional lebih disebabkan oleh momentum kerinduan bangsa ini akan produk hasil karya dalam negeri. Momentum yang pas, akan memunculkan kesempatan yang baik untuk mengembangkan industri mobil listrik nasional, apalagi bila ada dukungan dari seluruh elemen bangsa seperti pemerintah, universitas, lembaga riset, perusahaan BUMN, dan swasta. Peran pemerintah pada program mobil listrik nasional antara lain adalah merencanakan dan menjadikan program mobil listrik nasional menjadi program utama atau unggulan. Untuk itu, dibutuhkan grand plan dan roadmap pengembangan mobil listrik nasional. Penyiapan industri utama, industri pendukung, pemberian insentif bagi industri mobil listrik nasional, insentif bagi pengguna mobil listrik, dan pembuatan regulasi untuk melindungi pelaku industri mobil listrik nasional juga harus difasilitasi oleh pemerintah. Pada tahap awal, pemerintah harus menciptakan pasar mobil listrik sebagai pemicu agar produk industri mobil listrik nasional dapat berkelanjutan. Pemerintah harus mempelopori pembangunan infrastruktur pengisian listrik serta menjamin ketersediaan pasokan listriknya. Selain itu, pemerintah juga harus menerbitkan peraturan legalitas mobil listrik di jalan raya, memfasilitasi pengujian dan kelayakan mobil listrik, dan membuat Standar Nasional Indonesia mengenai komponen dan pengujian mobil listrik. PENUTUP Kajian mobil listrik nasional berdasarkan analisis metode ‘Diamond Porter’, dengan empat determinannya menunjukkan bahwa program tersebut layak menjadi program nasional agar dapat membangun kemandirian industri otomotif dalam negeri. Empat faktor ‘Diamond Porter’ yang dipaparkan menunjukkan berbagai faktor pendukung yang dapat menjadi kesuksesan program mobil listrik nasional. Faktor-faktor pendukung tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur, kondisi pasar, roadmap mobil listrik nasional, dan beberapa industri pendukung mobil listrik telah ada di Indonesia. Indonesia memiliki SDM yang kompeten yang tersebar di berbagai universitas, lembaga riset, dan industri BUMN dan swasta. Sistem tenaga kerja di Indonesia akan bergeser ke zaman tenaga kerja profesional yang tidak lagi murah, sehingga tenaga kerja yang profesional harus diciptakan karena bukan merupakan anugerah. Untuk menunjang kompetitif suatu bangsa pada program mobil listrik nasional, maka faktor kondisi SDM yang terdidik, terlatih, dan terampil harus terus diciptakan dan ditingkatkan kualitasnya.