Penggunaan media sosial dan digital

34 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Produk olahan daging sapi merupakan salah satu produk hasil ternak yang populer di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tingginya jumlah pemotongan sapi, sebagai contoh di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 kebutuhan sapi yang mencapai 687.457 ekor. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan ketersediaan populasi sapi potong yang hanya mencapai 422.989 ekor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Barat, 2012. Ketersediaan yang terbatas, permintaan dan kebutuhan akan daging sapi yang tinggi berdampak pada melambungnya harga daging sapi. Kondisi tersebut dan ditambah dengan rendahnya kesadaran aktor dalam rantai penyediaan daging sapi yang memicu muculnya berbagai kecurangan sehingga berbagai aspek mutu terabaikan. Maraknya kecurangan yang terjadi menyebabkan kegelisahan dan ketidaknyamanan konsumen ketika mengkonsumsi produk olahan daging sapi. Konsumen membutuhkan informasi yang lebih untuk meyakinkan bahwa produk yang dikonsumsinya telah memenuhi syarat mutu yang baik. Terlebih di Indonesia masyarakatnya memiliki pertimbangan kehalalan atas produk yang dikonsumsinya sehingga memerlukan jaminan mutu dan kehalalan sepanjang proses produknya dari hulu hingga konsumen. Dalam kaitan mutu dan halal serta membangun sistem informasi terkait penjaminan halal sepanjang rantai pasoknya menjadi hal yang sangat penting Purnomo, 2011. Selain menjadi menjadi syarat religius bagi umat muslim, aspek halal merupakan konsep mutu pangan tertinggi Dahlan, 2010. Penerapan produksi halal secara utuh dapat menjamin mutu pangan secara umum. Dengan kata lain dengan terjaminnya halal maka aspek mutu lain sudah pasti terpenuhi. Kendala yang ada saat ini adalah sulitnya mendapatkan informasi terkait halal yang menyeluruh dari sektor hilir ke hulu. Dengan kata lain produk halal memiliki kemampuan telusur yang masih rendah. Luas dan rumitnya jaringan distribusi pada rantai pasok produk olahan daging sapi menjadi sebuah kendala besar dalam penelusuran produk sehingga data atau dokumen terkait penjaminan mutu dan halal tidak terekam dan terdistribusi dengan baik dari satu aktor ke aktor lainnya Razad-Syah, 2012. Kemudahan telusur produk halal seharusnya diusahakan oleh setiap aktor dalam pembentukan produk sesuai dengan tuntutan dan aturan pemerintah. Tuntutan kemudahan telusur sebuah produk telah diisyaratkan oleh pemerintah melalui Peraturan Meteri Pertanian Nomor:20Permentan OT.14022010 Tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian pada Pasal 19 Ayat 1 yang menyatakan bahwa sistem ketelusuran harus diterapkan dalam rantai pasokan pangan segar hasil pertanian sesuai kebutuhan. Perkembangan teknologi yang terjadi begitu pesat dapat dimanfaatkan untuk mengatasi ketidakmampuan telusuran produk olahan sapi. Pemanfaatan teknologi dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pengawasan dan efisiensi penyebaran informasi mengenai jaminan halal. Seperti yang dilakukan oleh Thailand, Thailand begitu fokus mengembangkan sistem informasi berbasis ICT information communication technology sebagai upaya penjaminan kehalalan produk Dahlan, 2010. Dengan memanfaatkan sistem informasi tersebut, penelusuran kehalalan produk menjadi lebih efisien, efektif, dan dapat menjangkau setiap pemangku kepentingan yang ada sehingga hal tersebut berdampak langsung pada keterjaminan produk halal Thailand. Identifikasi Masalah 1. Luas dan rumitnya jaringan distribusi pada rantai pasok produk olahan daging sapi menjadi sebuah kendala besar dalam penelusuran produk. 2. Belum adanya sistem informasi menyangkut ketelusuran produk halal yang dapat mempermudah penelusuran dalam rantai pasok produk olahan daging sapi. Tujuan 1. Mengidentifikasi model rantai pasokan produk olahan daging sapi. 2. Merancang sistem informasi untuk mendukung ketelusuran pada rantai pasok produk halal olahan daging sapi terutama pada jenis produk bakso. Manfaat 1. Deskripsi dan penjabaran jaringan distribusi pada rantai pasok produk dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat secara umum mengenai kerangka rantai pasok produk turunan sapi sehingga dapat memberikan gambaran menyangkut penelusuran produk halal berbasis turunan sapi. 2. Informasi ketelusuran produk halal yang dibangun diharapkan dapat membantu dan mendukung ketelusuran pada rantai pasok produk halal berbasis olahan daging sapi. Batasan Penelitian Produk olahan sapi yang diamati dibatasi hanya pada produk yang berbasis daging sapi 35 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 yaitu bakso sapi. Alasan pemilihan baso menjadi komoditas yang diamati disebabkan oleh pertimbangan bahwa bakso menjadi komoditas berbasis daging sapi yang populer, namun maraknya isu negatif menyangkut aspek mutu dan halal pada baso menjadikan komoditas bakso menarik untuk ditelusuri asal-usul terutama asal- usul daging sapi sebagai salah bahan baku utama. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perancangan dan menggunakan model waterfall dalam pengembangan sistem informasi yang akan dirancang. Adapun ilustrasi dari pengembangan sistem informasi menggunakan model waterfall disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. Tahapan dimulai dengan tahapan analisis untuk mengumpulkan data dan informasi terkait sistem yang diamati rantai pasok produk halal berbasis olahan daging sapi. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan survei. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara dan observasi langsung. Data yang telah terkumpul diolah dengan pendekatan deskriptif yaitu menjabarkan hasil survei kedalam sebuah narasi agar mudah dipahami. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga Juli 2014 di beberapa daerah di Jawa Barat sebagai daerah tujuan survei, yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung dan Kabupaten Bogor. Pengolahan data dan perancangan sistem informasi dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi dan Manajemen Pertanian, Departemen Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. LITERATUR Analisis Sistem Hasil dari tahapan analisis sistem menjadi konsep dasar perancangan dan ditambah dengan studi literatur terkait dengan syarat-syarat sebuah sistem ketelusuran. Pembangunan sistem bertujuan untuk mendukung ketelusuran produk sehingga penentuan fungsi utama sistem didasarkan pada standar fungsi dari sebuah sistem ketelusuran traceability system. Fungsi utama yang harus ada atau kemampuan yang harus dicapai sistem disajikan pada Gambar 2. Sistem informasi yang dibangun merupakan sistem informasi ketelusuran produk halal berbasis website. Tiga alasan pemilihan website menjadi platform sistem informasi disebabkan karena melalui website, informasi yang ada pada sistem informasi yang dibangun dapat tersebar atau dijangkau secara luas karena jangkauan koneksi internet yang menjadi penunjang dalam mengakses website berkembang semakin luas. Selain itu, sekarang untuk mengakses internet sangat mudah karena fasilitas sudah tersebar luas. Dengan website diharapkan informasi dapat tersebar secara luas dan tidak terbatas. Pelacakan atau penelusuran perjalanan pembentukan produk dilakukan dengan konsep upstream traceability atau penelusuran yang dilakukan dari arah hilir ke hulu, dengan berfokus pada aktor pengolah ke pemasok daging PD lalu ke lokasi potong hewan. Adapun alur penelusuran disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 mengilustrasikan proses penelusuran yang dilakukan pada aktor terkait pembentukkan produk bakso. Penelusuran dilakukan dari sektor hilir ke sektor hulu upstream traceability. Penelusuran diawali dari pengolah berlanjut ke pemasok daging sapi hingga ke unit pemotongan hewan TPHRPH. Tiga aktor utama yang ditelusuri berpedoman pada proses penelusuran yang dilakukan oleh LPPOM- MUI dalam proses sertifikasi halal. Selain itu penelusuran karena dengan serangkaian proses yang ada di unit pemotongan seharunya kecurangan pada sapi dari sektor hulu dapat teridentifikasi di unit pemotongan. Selain itu di unit pemotongan terdapat proses pemotonganpenyembelihan yang menjadi titik paling kritis dan menentukan kehalalan daging dan produk turunan sapi lainnya. Selama proses survei diketahui bahwa sumber pasokan didominasi oleh pasokan sapi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelusuran hingga ke asal pasokan sapi. Variabel yang diamati adalah variabel sumber daya 5 M Machine, Material Method, Man, Money dari masing-masing aktor. penelusuran yang dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait sumber daya 5M dari aktor. Tahap awal adalah melakukan penelusuran ke masing-masing aktor Industri Pengolah, Pemasok Daging dan Rumah Potong HewanRPH. Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian pada masing-masing kondisi sumber daya 5M aktor. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan diskusi bersama pakar terkait dengan kondisi eksisting sumber daya. Adapun mekanisme penelusuran disajikan pada Gambar 4. Setelah didapatkan ruang lingkup penelusuran maka dilakukan studi kasus penelusuran mulai dari pengolah hingga ke unit pemotongan. Hasil dari penelusuran berupa data ketelusuran akan menjadi konten dalam sistem informasi. Studi kasus penelusuran dilakukan pada dua pengolah bakso sapi kemasan yang ada di 36 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Kota dan Kabupaten Bandung. Kegiatan dilanjutkan dengan pengembangan konsep dasar perancangan maka tahapan selanjutnya adalah perancangan sistem informasi . Perancangan sistem dengan menggunakan Data Flow Diagram DFD maka di buat terlebih dahulu Data Context Diagram DCD yang menggambarkan sistem informasi secara umum. Berdasarkan DCD pada Gambar 5, terdapat tiga aktor eksternal yang berkaitan dengan sistem informasi. Setiap aktor tersebut memiliki hak akses yang berbeda seperti yang dijelaskan sebelumnya. Terdapat dua jenis arah panah dalam DCD. Pertama adalah arah panah menunjuk ke sistem informasi. Hal tersebut berarti bahwa aliran data masukkan input bagi sistem. Sebaliknya jika arah panah keluar dari sistem maka aliran data adalah output sistem. Aktor pertama adalah pengunjung. Pengunjung memiliki peran sebagai penerima informasi yang telah diolah oleh sistem dengan bantuan administratorsuper administrator. Informasi yang diterima oleh pengunjung adalah informasi ketelusuran produk halal. mulai dari pengolahan produk hingga asal-usul sumber pasokan daging yang digunakan dalam pembuatan produk olahan. Sedangkan adminisitrator merupakan aktor yang menegelola sistem sehingga informasi yang ada dalam sistem dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan sistem terdiri dari penginputan data- data, perubahan data jika terdapat kesalahan atau perbaikan yang harus dilakukan, dan penghapusan data. Data administrator dikelola oleh super administrator. Dengan kata lain hanya super administrator yang memiliki level akses untuk menambahkan admin baruSetelah didapatkan model DCD maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan Data Flow Diagram DFD. DFD disusun untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai fungsional sistem informasi yang dikembangkan Shalahuddin dan Rosa, 2013. DFD level 1 merupakan penjabaran lebih lanjut dari DCD. Administrator memiliki enam kegiatan yang meliputi pengelolaan sistem informasi. Kegiatan yang pertama adalah aktivitas login, kedua adalah mengelola artikel, yang ketiga adalah mengelola data aktor, yang keempat adalah mengelola data faktor dan kriteria 5M, kelima adalah pengelolaan artikel dan keenam adalah pengelolaan data admin. Adapun DFD level 1 dari sistem disajikan pada Gambar 6. Perancangan Sistem Database Perancangan database dilakukan untuk mengatur data yang akan disimpan sehingga data akan tersedia ketika dibutuhkan. Adapun entitas data yang ada dalam database disajikan pada halaman berikutnya. Entitas data merupakan data inti yang akan dismpan dalam sebuah database. Bedasarkan gambar di atas terdapat empat entitas data yang harus ada dan disimpan pada sistem informasi, adapun entitas data tersebut yaitu: Entitas Artikel yang merupakan entitas data yang berisi artikel- artikel terkait rantai pasok dan aspek halal pada setiap aktor di rantai pasokan produk. Entitas data pengolah yang berisi data ketelusuran pengolah, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor- faktornya. 1 Entitas data pedagang daging yang berisi data ketelusuran pedagang, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor-faktornya. Entitas data RPH yang berisi data ketelusuran RPH, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor-faktornya. 2 Entitas data Admin yang berisi data mengenai admin atau pengurus sistem. 3 Entitas Data Faktor dan Kriteria 5M yang berisi faktor dan kriteria sumberdaya 5M yang digunakan pada proses penilaian. Terakhir adalah komentar yang menyimpan data komentar pengunjung. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perancangan sistem maka dihasilkan sebuah sistem informasi ketelusuran produk halal berbasis website. Halaman website dibagi ke dalam dua bagian utama. Bagian pertama adalah halaman admin yang disediakan untuk pengelolaan sistem informasi. Bagian kedua adalah bagian untuk pengunjung, halaman tersebut disediakan sebagai sarana jika masyarakat umum ingin mengetahui informasi terkait ketelusuran produk halal. Halaman admin disediakan untuk mengelola data ketelusuran dalam sistem informasi. Untuk mengakes halaman admin adminadministrator harus melakukan login terlebih dahulu. Jika data login yang dimasukkan tidak sesuaisalah maka halaman akan di redirectdiarahkan kembali ke halaman indexhome. Namun jika data admin yang dimasukkan itu sesuai maka admin akan bisa mengakses halaman admin. Area admin terbagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama adalah halaman untuk mengelola data aktor terkait data ketelusuran. Bagian kedua adalah halaman yang disediakan untuk mengelola data pengurusadmin. Bagian ketiga adalah halaman yang disediakan untuk mengelola data pesankomentar dari pengunjung dan bagian keempat adalah link untuk 37 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 keluar dari sistem logout. Halaman kelola data aktor ketelusuran disediakan untuk mengelola data ketelusuran mulai dari pengolah hingga ke unit pemotongan beserta pendukungnya. Halaman ini merupakan navigasi yang menuntun admin dalam pengelolaan data ketelusuran. Pengelolaan data ketelusuran meliputi penambahan data ketelusuran, melihat dan merubah data ketelusuran yang sudah ada, pengelolaan data faktor sumber daya 5M yang digunakan dalam penilaian aktor, dan pengelolaan artikel yang terkait dengan ketelusuran produk Halal. Adapun masing-masing detail dari setiap halaman dibahas di bawah ini. Penambahan data ketelusuran dimulai dari penambahan data pengolah dan diakhiri hingga data unit pemotongan. Adapun tahapan dari proses tambah data disajikan oleh gambar di samping. Penambahan data ketelusuran dimulai dari penambahan data aktor pengolah, pemasok daging dan unit pemotongan yang telah ditelusuri. Kemudian dilanjutkan oleh memasukkan penilaian sumber daya 5M dari masing-masing aktor tersebut. Adapun masing masing halaman website dari kedua aktivitas disajikan di bawah ini. Data ketelusuran aktor meliputi informasi umum terutama mengenai identitas aktor dan kepemilikan dokumen penjaminan mutu dan halal. Setelah data aktor selesai di tambahkan melalui form pada gambar di atas, maka halaman diarahkan untuk melakukan aktivitas selanjutnya yaitu penambahan data penilaian sumber daya 5M dari aktor. Penilaian sumber daya 5M dimulai dari penambahan data terkait sumber daya material hingga sumber daya moneykeuangan. Adapun tampilan dari halaman penilaian sumber daya 5M disajikan pada Gambar 10. Halaman data ketelusuran disediakan untuk melihat dan merubah data ketelusuran yang telah diinputkan pada proses tambah data yang telah dibahas sebelumnya. Adapun tampilan dari halaman lihat dan editubah data Selanjutnya, merupakan data-data aktor ketelusuran yang telah ada dalam database, data yang dimaksud adalah data umum berupa identitas aktor dan kepemilikan dokumen terkait penjaminan halal dan mutu. Sedangkan untuk melihat data hasil input penilaian terhadap sumber daya 5M dapat dilakukan dengan melakukan klik pada nama aktor. Adapun tampilan dari lihat data nilai sumber daya 5M disajikan Gambar 11 . Pengelolaan data admin hanya bisa dilakukan oleh penguruspengelola dengan level akses super admin. Pengelolaan data admin meliputi tambahan data admin, edit atau ubah dan hapus data admin. Setelah data admin diisikan pada form yang telah disediakan dan tombol submit ditekan maka data admin akan tersimpan dalam database. Super admin dapat melihat dan mengontrol data admin yang ada dalam sistem informasi. Pada pengelolaan komentar dari pengunjung website akan masuk dan disimpan dalam database. Komentar baru memiliki status pending hal tersebut sebagai salah satu tindakan preventif dari komentar yang tidak layak. Untuk bisa tampil di halaman website komentar terlebih dahulu diverifikasi oleh admin.Sedangkan pada halaman pengunjung merupakan halaman yang disediakan untuk menyediakan media agar masyarakat umum dapat melihat data ketelusuran yang sudah ada dalam database. Perbedaan dengan area admin adalah pada halaman pengunjung desain halaman dibuat lebih menarik dan mudah dimengerti. Halaman home merupakan halaman awal yang menyediakan menu navigasi untuk halaman berikutnya, yaitu menuju ke halaman penelusuran pengolah, pemasok daging atau penelusuran unit pemotongan. Adapun tampilan dari halaman home ditampilkan pada Gambar 12. Pada halaman home terdapat satu fitur yang menjelaskan atau memberikan gambaran penelusuran produk halal dari sektor hilir hingga ke hulu. Sedangkan menu navigasi pada halaman home akan mengantarkan pada penelusuran pengolah bakso, pemasok daging dan unit pemotongan. Halaman penelusuran dari masing-masing aktor merupakan halaman yang disediakan untuk melihat data aktor yang sudah ditelusuri. Adapun contoh tampilan dari halaman telusur aktor disajikan pada Gambar 13. Informasi terkait identitas aktor yang disediakan meliputi nama aktor dan dokumen penjaminan halal. Jika pengunjung ingin mengeatahui lebih jauh mengenai aktor maka pengunjung dapat memilih tombol telusur sehingga pengunjung akan di arahkan ke halaman detail aktor. Pada halaman detail disediakan informasi tambahan berupa informasi mengenai kondisi sumber daya 5M dari aktor. Adapun tampilan dari halaman detail aktor disajikan pada Gambar 13. Fitur lain yang disediakan dalam penelusuran aktor pengolah adalah ketelusuran lokasi, baik lokasi pengolah itu sendiri atau lokasi dari aktor eksternal yang terkait dengan pengolah. Adapun tampilan dari penelusuran lokasi disajikan pada Gambar 14. Tahap pengujian merupakan tahap akhir dari perancangan sistem informasi ketelusuran produk 38 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 halal. Pengujian difokuskan pada fungsi-fungsi yang ada dalam sistem informasi. Pengujian dilakukan selama proses implementasi yaitu mengecek hasil pada browser apakah terjadi error atau tidak. Selain itu dilakukan pengecekan hasil perhitungan manual yang menggunakan MS. Excel dengan hasil perhitungan yang dihasilkan oleh sistem. Hasil pengujian menyatakan bahwa tidak ada kesalahan yang ditandai dengan tidak adanya perbedaan antara hasil hitungan manual dengan yang dihasilkan oleh sistem. Perancangan Sistem Database Perancangan database dilakukan untuk mengatur data yang akan disimpan sehingga data akan tersedia ketika dibutuhkan. Adapun entitas data yang ada dalam database disajikan pada halaman selanjutnya. Entitas data merupakan data inti yang akan dismpan dalam sebuah database. Bedasarkan gambar di atas terdapat empat entitas data yang harus ada dan disimpan pada sistem informasi, adapun entitas data tersebut yaitu: 1. Entitas Artikel yang merupakan entitas data yang berisi artikel-artikel terkait rantai pasok dan aspek halal pada setiap aktor di rantai pasokan produk. 2. Entitas data pengolah yang berisi data ketelusuran pengolah, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor-faktornya. 3. Entitas data pedagang daging yang berisi data ketelusuran pedagang, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor-faktornya. 4. Entitas data RPH yang berisi data ketelusuran RPH, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor- faktornya. 5. 8 Entitas data Admin yang berisi data mengenai admin atau pengurus sistem. Entitas Data Faktor dan Kriteria 5M yang berisi faktor dan kriteria sumberdaya 5M yang digunakan pada proses penilaian. Terakhir adalah komentar yang menyimpan data komentar pengunjung PENUTUP Rantai pasokan produk olahan daging sapi terbagi kedalam dua sektor, yaitu sektor hulu dan sektor hilir. Sektor hulu terdiri aktor penyedia sapi dan aktor distribusi sapi. Aktor penyedia sapi terdiri dari peternakan rakyat dan perusahaan peternakan. Sedangkan aktor distribusi adalah pedagang pengumpul sapi. Sektor hilir terdiri dari aktor distribusi daging dan aktor industri pengolahan. Untuk mendukung ketelusuran produk halal telah dibuat sebuah sistem informasi berbasis website yang memfasilitasi penelusuran mulai dari pengolah hingga ke sumber daging yaitu ke unit pemotongan hewan TPHRPH. Fasilitas yang tersedia dalam website terkait penelusuran dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama menelusuri informasi internal dari aktor, kedua menelusuri variabel sumber daya 5M dari masing-masing aktor, dan ketiga adalah menelusuri lokasi dari masing-masing aktor dengan bantuan google maps. Saran 1. Perlu adanya kesadaran dari setiap aktor dalam pembentukan produk untuk lebih memperhatikan aspek mutu dan halal. 2. Setiap aktor seharusnya menerapkan aturan-aturan yang sesuai dengan tuntutan dokumensertifikat mutu atau halal yang telah dimiliki. 3. Terdapat beberapa instansi dan lembaga yang bertanggung jawab dalam penjaminan produk halal berbasis olahan daging sapi dan berkoordinasi dengan instasi tersbut menjadi keharusan untuk berjalannya sistem informasi ketelsuran produk halal. Studi kasus penelusuran dilakukan hanya pada dua pengolah bakso sehingga perlu ada penelusuran lebih lanjut untuk menambah jumlah pengolah yang bisa ditelusuri baik pengolah bakso atau pengolah dengan jenis produk yang berbeda UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Dirjen Dikti Kemendikbud atas dukungan pembiayaan penelitian ini dalam skema PUPT 2014, Kementrian Agama, Kementrian Pertanian, Pemda Jawa Bara dan Universitas Padjadjaran yang telah banyak berkontribusi untuk mendukung penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Codex Alimentarius Commision. 2013. Procedural Manual. CAC. Roma Dahlan, W. 2010. Integrated Halal ST for Halal Products Integrity . The Halal Science Center Chulalongkorn University. Thailand. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Barat. 2012. Statistik Peternakan 2011 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Barat. Bandung. Razad-Syah, H. 2012. Sistem Keamanan Pangan dan Ketelusuran Pada Rantai Pasok Pertanian Studi Kasus pada Rantai Pasok 39 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Daging Sapi. Sucofindo. Shalahuddin dan Rosa. 2013. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Informatika . Bandung Purnomo, D. 2011. Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global. Institut Pertanian Bogor 40 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 . Gambar 1. Model Waterfall Gambar 2. Standar Kemampuan Sistem Ketelusuran Analisis Desain Implementasi Pengujian 41 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 3. Ilustrasi Penelusuran Pada Aktor Gambar 4. Mekanisme Penelusuran 42 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 5. Data Context Diagram DCD 43 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 6. DFD Level 1 Gambar 7. DFD Level 1 44 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 8. Alur Tahapan Penambahan Data Ketelusuran Gambar 9. Form Input Data Aktor 1. Tambah Data Pengolah 2. Penilaian Sumber Daya Pengolah 3. Tambah Data Pemasok 4. Penilaian Sumber Daya Pemasok 5. Tambah Data Unit Pemotongan 6. Penilaian Sumber Daya Unit Pemotongan 45 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 10 Halaman Lihat Data Ketelusuran Gambar 11. Halaman Lihat Hasil Penilaian Sumber Daya 5M Aktor 46 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 12. Halaman Home untuk Pengunjung Website 47 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 13. Halaman untuk Menelusuri Informasi Terkait Identitas Aktor 48 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 14. Halaman Informasi Detail Aktor Gambar 15. Penelusuran Lokasi Pada Halaman Detail Pengolah 49 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Model Sistem Interoperabilitas Data Sosial Komunitas Pulau Kecil Terluar Indonesia Model Community Sosial System Data Interoperability Outer Islands Indonesia Fadjri Alihar 1 , Sri Hargiono 2 1 P2K-LIPI, Gedung Herbarium, Jln. Ir. H. Juanda 22, Bogor 2 P2K-LIPI, Gedung Herbarium, Jln. Ir. H. Juanda 22, Bogor I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Interoperability Social Data Management Research Population Eliminate Poverty Border Line Kata Kunci: Interoperabilitas Data Sosial Manajemen Penelitian Penduduk Pengentasan Kemiskinan Perbatasan. Eliminating poverty and developing state well being of population is as simple as implementing research and development based on interoperability of data on strong and well developed social-traditional institutions. In order to eradicating poverty, accomplishing the system in the outer islands of Indonesia could record and utilise any kinds of social datavariables in a perfect methodologies or research management methods. This interoperability social data systems can be implemented in any kinds of population. This system is also easing a researcher to analyse communication constructionstructure assessment as comprehensive as possible to the data being collected in any means of methodologies, such as either qualitative or quantitative for exploration as well as explanatory one. This model system can be conducted in either comparative methodsociology or rapid comprehensive assessment. This model system can also developed in either form of combining retrospective study and ex-post facto study with longitudinal study. Then, trough this model, when it is being implemented in the poor social communities in the outer islands of Indonesia, it is highly most likely that their poverty will be eradicated near soon. In the future, it will be replaced by increasing their socio-economic weel being. In addition, it is described that using this system interoperability social data will produce better reaserch and development management process. Therefore those areas of outer islands of Indonesia, as well as its borderline will be guarded in a strong manners. S A R I K A R A N G A N Program peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya penduduk ternyata dapat dilaksanakan dengan bantuan manajemen penelitian dan pengembangan berbasis sistem interoperabilitas data kelembagaan sosial tradisional yang kuat dan tangguh. Penerapan sistem ini pada komunitas nelayan pulau kecil terluar Indonesia dapat merekam dan mendaya-gunakan berbagai variabel data sosial dengan baik, guna melakukan proses pengembangan program peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya. Model sistem interoperabilitas data sosial ini dapat juga diterapkan pada berbagai target populasi. Model sistem ini juga sangat mempermudah peneliti dalam melakukan analisa struktur-komunikasi communication constructionstructure assessment secara komprehensif terhadap data yang telah dikumpulkan melalui berbagai macam penelitian. Baik penelitian itu bersifat eksplorasi yang menggunakan metodologi kuantitatif atau kualitatif, maupun penelitian yang eksplanatori. Model sistem ini dikerjakan melalui mekanisme metoda-komparatif comparative methodsociology, semacam survey terstruktur-terbatas, dipadukan dengan teknik kualitatif asesmen cepat rapid comprehensive assessment, untuk pengumpulan datanya. Model sistem ini juga dapat dibangun dalam bentuk gabungan antara retrospective study dan ex-post facto study dengan longitudinal study. Melalui pengembangan model sistem interoperabilitas data sosial pada komunitas nelayan miskin pada pulau kecil terluar Indonesia ini, jelas akan berguna bagi peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi-budaya dan pengentasan kemiskinan. Dengan terkelolanya manajemen penelitian dan pengembangan data sosial secara baik, maka wilayah perbatasan Indonesia dapat terjaga integritas dan ketahanan sosial-ekonomi-budayanya. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Fadjri Alihar Email: fadjri_aliharyahoo.com 50 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Republik Indonesia adalah negara kepulauan berwawasan nusantara, dengan batas wilayah di laut mengacu pada UNCLOS United Nation Convension on the Law of the Sea 82HUKLA Hukum Laut 82, yang kemudian diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985. Sebagai negara kepulauan berwawasan nusantara, Indonesia menghadapi berbagai persoalan dan ancaman yang berkaitan dengan keutuhan wilayahnya, terutama bagian pulau- pulau terluar. Ada tiga persoalan utama yang dihadapi pulau-pulau terluar Indonesia, pertama, sangat rentan terhadap penguasaan sosial- ekonomi-budaya dari negara asingtetangga. Kedua, sebagian besar pulau-pulau terluar tidak dihuni oleh penduduk. Dengan demikian tidak ada identitas sosial-ekonomi-budaya Indonesia yang menjadi penanda pada pulau-pulau terluar itu. Ketiga, kurangnya perhatian pemerintah dalam memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk pulau-pulau terluar, sehingga banyak diantara mereka yang, karena kemiskinannya, mencari pekerjaan danatau penghidupan yang lebih baik di negara tetangga. Secara sosial-ekonomi-budaya, mereka ini melakukan mobilitas sosial ke berbagai wilayah negara tetangga yang terdekat dari domisilinya, guna mencari pekerjaan yang lebih baik. Setidaknya, mereka berusaha bangkit dari kemiskinannya. Diantara ketiga faktor tersebut diatas, kiranya faktor penduduk mempunyai peran yang sangat penting dalam mengamankan dan menjaga pulau-pulau terluar Indonesia dari daya-tarik atau pull-factor pengentasan kemiskinan. Meskipun di negara tetangga terdekat mereka justru mendapatkan perlakuan yang tidak layak. Guna meningkatkan kesejahteraan penduduk, dan mengentaskan kondisi kemiskinan sosial-ekonomi-budaya pada masyarakatpenduduk pulau-pulau terluar, serta secara sekaligus untuk menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia dan sekaligus menunjukkan jati-diri sosial-ekonomi-budaya bangsa tersebut, maka NKRI perlu merancang, membangun, dan mengembangkan program manajemen data sosial yang secara interoperabilitas mendukung proses pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya masyarakat nelayan danatau penduduk pulau-pulau kecil terluar itu. Pemerintah harus mempunyai kemauan politik political will dengan membuat berbagai program pembangunan manajemen data sosial yang secara interoperabilitas berbasis kelembagaan sosial tradisional yang ada dan telah secara sosial-ekonomi- budaya ‘mendarah- daging’ pada norma masyarakat nelayan danatau penduduk pulau-pulau kecil terluar itu. Untuk kepentingan itu pemerintah dituntut untuk:  Memfasilitasi danatau mempermudah berbagai kelembagaan sosial tradisionalnon-profit entitas sosial, untuk menunjukkan kepeduliannya, dan juga kemampuannya mengelola program- program, terutama program pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya seperti: kegiatan ekonomipekerjaan; pendidikanpelatihan; dan kesehatan;  Membantu berbagai kelembagaan sosial tradisionalnon-profit entitas sosial, untuk mendapatkan data sosialinformasi dari masyarakat, sebagai umpan-balik kepada mereka dalam menerapkan program- program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar itu;  Meningkatkan kemampuan para anggota masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar dalam upaya memperoleh berbagai sumberdaya yang tersedia guna mempererat kohesi-sosial penduduk, dan juga sekaligus untuk meningkatkan peringkat kesejahteraan dan kehidupan sosial mereka;  Membantu para anggota masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar dalam upaya memperoleh berbagai kemudahan- kemudahan pendanaan guna meningkatkan taraf hidupnya;  Menganalisis setidaknya: memonitoring dan mengevaluasi berbagai kelembagaan sosial tradisionalnon-profit entitas sosial yang berkiprah dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan para anggota masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar tersebut.  Memberikan insentif bagi anggota masyarakat kabupaten danatau propinsi di mana pulau-pulau kecil terluar itu berada, untuk bersedia berdomisili di pulau-pulau terluar itu. Selama ini pemerintah secara khusus telah memberikan tunjangan kepada guru-guru dan pasukan TNI yang bersedia ditempatkan di pulau-pulau terluar Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP juga telah menggagas program strategis, 51 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 yaitu program Adopsi-Pulau. Program ini mengajak berbagai kelembagaan sosial tradisionalnon-profit entitas sosial Corporate Social Responsibility dari korporasiperusahaan usaha swasta nasional, BUMN Badan Usaha Milik Negara, dan perguruan tinggi negeri swasta, untuk memberikan sumbangannya bagi pengembangan sosial-ekonomi-budaya dan pengentasan kemiskinan penduduk lokal pulau- pulau kecil terluar itu. Program ini memberikan fasilitas sosial-ekonomi-budaya, serta sarana dan prasarana, maupun berbagai kemudahan pengembangan usaha di bidang kelautan dan perikanan, serta bidang-bidang lainnya. Berbagai persoalan tersebut muncul seiring dengan dilaksanakannya program peningkatan kesejahteraan dan juga pengentasan kemiskinan komunitas-nelayan-miskin pulau- pulau kecil terluar yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka intervensi mengatasi kesulitan penduduk Indonesia dalam menghadapi masalah komunitas nelayan miskin. Masalah komunitas nelayan miskin yang paling jelas dan pasti adalah isu kepercayaan politik seperti masalah otonomi daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah. Isu ekonomi, seperti daya beli masyarakat, terganggunya proses produksi barang dan jasa, masalah rantai distribusi barang dan jasa, meningkatnya jumlah penduduk miskin, dan meningkatnya pengangguran, serta masalah penyerapan tenaga- kerja. Isu pendidikan, seperti meningkatnya jumlah anak putus sekolah, kesulitan membiayai pendidikan anak, masalah rusaknya sarana pendidikan. Serta isu kesehatan, seperti merosotnya status gizi balita dan anak-anak, ibu hamil, bertambah buruknya kondisi kesehatan keluarga, bertambah sulitnya memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dan murah. Berkembangnya berbagai isu itu, menunjukkan perubahan konfigurasi kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya di dalam masyarakat bangsa Indonesia ini. Di kawasan pedesaan, dengan demikian, perlu suatu strategi dan kebijakan untuk mengarahkan perubahan itu. Hal ini penting demi terciptanya suatu sistem peningkatan kesejahteraan dan juga pengentasan kemiskinan komunitas-nelayan-miskin pulau- pulau kecil terluar dengan basis lokal yang kuat. Cara yang tepat-guna dalam mengantisipasi isu tersebut adalah dengan membangun danatau mengembangkan konsep interoperabilitas data sosial pada komunitas nelayan pulau kecil terluar Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan-sosial mereka, dan sekaligus mengentaskannya dari lembah kemiskinan sosial-ekonomi-budaya. Pengembangan model sistem interoperabilitas data sosial ini adalah salah satu komponen penting dalam kerangka manajemen atau pengelolaan kehidupan sosial-ekonomi- kependudukan pada komunitas sosial nelayan- miskin-terpinggirkan di beberapa pulau kecil terluar di Indonesia. Pengembangan model sistem interoperabilitas data sosial ini bersandarkan pada basis kearifan lokalitas sosial, yang secara fungsional telah ada dalam struktur sosial masyarakat pulau tersebut. Melalui pengembangan model sistem interoperabilitas data sosial inilah dapat dilakukan rekayasa sosial-ekonomi-budaya, guna pengembangan model sistem interoperabilitas data sosial atau model program- program peningkatan kesejahteraan-sosial- ekonomi-budaya; program pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya masyarakat; pengembangan model ketahanan sosial- ekonomi-budaya masyarakat; kesiapan sosial- ekonomi-budaya masyarakat menghadapi arus globalisasi sosial-ekonomi-budaya; dan meningkatkan peringkat kewaspadaan masyarakat terhadap intervensi sosial-ekonomi- budaya negara-negara tetangga; serta upaya perluasan kerjasama dengan berbagai pilihan pemangku kepentingan stakeholder, seperti kelembagaan negara kementerian negaraperguruan tinggi, kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan usaha milik private orang-peroranganswasta-masyarakat. Cara yang tepat-guna itu adalah melalui upaya pengembangan konsep-sistem interoperabilitas data sosial pada komunitas nelayan pulau-pulau kecil terluar. Karena melalui inilah dapat dikaji kemampuan dua kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan usaha milik private orang- peroranganswasta-masyarakat, atau lebih, untuk beroperasibekerja bersama-sama, berhubungan apapun cara yang diterapkan, tanpa usaha yang berlebihan, dalam menciptakan danatau menghadirkan program-program peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk masyarakat pulau-pulau kecil terluar. Juga sekaligus untuk memastikan bahwa, berbagai program yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat dan daerah guna mengentaskan kemiskinan yang terjadi di pulau-pulau kecil terluar itu. Itulah peran yang dapat dimainkan oleh konsep-sistem interoperabilitas data sosial 52 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 pada komunitas nelayan pulau-pulau kecil terluar. Peran tersebut hanya dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan analisa struktur- komunikasi communication construction structure assessment antar berbagai kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan usaha milik private orang- peroranganswasta-masyarakat. Sedangkan pendekatan itu dapat danatau akan diaplikasikan atau dioperasikan melalui metoda-komparatif comparative methodsociology. KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP Ruang lingkup konsep definisi dalam kajian ini adalah kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya berbasis lokal dengan: tingkat solidaritas penduduk; tingkat empathy sosial penduduk; tingkat kemampuan mengantisipasi kerawanan sosial; tingkat kemampuan memulihkan keberdayaan masyarakat, melalui peningkatan sinergi dan peran yang tinggi yang mampu melakukan berbagai upaya atau inovasi untuk mengatasi masalah komunitas nelayan miskin atau kesulitan yang dialami oleh warga masyarakat pada umumnya dalam memenuhi kebutuhan fisik dasar; kebutuhan pendidikan dasar; dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Selain itu juga, kemampuan dua kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan usaha milik private orang- peroranganswasta-masyarakat, atau lebih, untuk beroperasibekerja bersama-sama, berhubungan apapun cara yang diterapkan, tanpa usaha yang berlebihan, dalam menciptakan danatau menghadirkan program-program peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan pendudukmasyarakat pulau-pulau kecil terluar. Interoperabilitas data sosial adalah di mana suatu aplikasi dalam hal ini adalah kelembagaan sosial tradisional dapat berinteraksi dengan aplikasi lainnya, melalui suatu protokol yang disetujui bersama lewat berbagai macam jalur komunikasi, atau analisa struktur-komunikasi communication constructionstructure assessment. Dalam arena sistem informasi, jalur komunikasi itu adalah seperti network TCPIP dan procedureprotocol HTTP dengan memanfaatkan file XML. Adapun aplikasi di sini boleh berada di platform yang berbeda: Delphi WIN32; .NET, Java, atau bahkan pada OS yang berbeda. Kata interoperability terdiri dari 3 kata, yaitu inter yang artinya adalah antar beberapa kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan usaha milik private orang- peroranganswasta-masyarakat. Operate yang artinya bekerja, dan ability yang artinya adalah kemampuankebisaankapasitas. Sehingga jika dijadikan satu kata, maka berarti kemampuan bekerja-sama antara beberapa entitas sosial- ekonomi-budaya. Contoh aplikasi yang memiliki interoperabilitas adalah aplikasi World Wide Web. Sedangkan definisi operasional kelembagaan klasifikasi 3 yang disusun atas dasar fungsinya, yakni sebagai operative institutions yang berfungsi menghimpun berbagai pola dan atau tata-caraaktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan penduduk yang bersangkutan adalah suatu entitas sosial terstruktur yang terdiri dari: perangkat keras berwujud komunitas masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya; perangkat lunaknya adalah suatu rangkaian konfigurasi perilaku dan interaksi yang berdiri di atas kesepakatan anggota untuk mencapai tujuan tersebut; eksistensinya ditentukan oleh lima unsur 1:kepemimpinan; 2:misi-doktrin; 3:program; 4:sumberdaya; dan 5:struktur internal dan empat kaitan interaksi A:kaitan yang memungkinkan atau enabling linkages; B:kaitan fungsional; C:kaitan normatif; dan D:kaitan tersebar. METODE PENELITIAN Untuk mencapai tujuan kegiatan studipenelitian tahun pertama tersebut diperlukan metoda pengumpulan data kuantitatif dan juga kualitatif. Sedangkan organisasi data akan diarahkan:  Untuk mempelajari fungsi kelembagaan akan diterapkan teknik historis eksplanatori, sedangkan organisasi datanya akan menerapkan subject indexing information base systems; 3 Diambil dari salah satu klasifikasi kelembagaan yang dibuat oleh John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, Cultural Sociology, New York: The Macmillan Company, 1954, hal: 234, di mana terdapat beberapa klasifikasi. Dalam definisi di atas, termasuk ke dalam klasifikasi yang disusun atas dasar fungsinya , yakni sebagai operative institutions yang berfungsi menghimpun berbagai pola dan atau tata- caraaktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau goal kelembagaan yang bersangkutan; bukan yang regulative institutions 53 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014  Untuk mengetahui masalah komunitas nelayan miskin akan diterapkan teknik eksplanatori time series, melalui partisipasi observasi dan wawancara mendalam, baik terhadap pengelola kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya maupun masyarakat yang dilayani;  Untuk mengetahui kenyataan seputar dinamika kelembagaan dalam kaitannya sebagai manajemen data sosial dan sistem pemberdayaan sosial, akan diterapkan teknik eksplanatori time series, melalui partisipasi observasi dan wawancara mendalam, baik terhadap pengelola kelembagaan maupun masyarakat yang dilayani, dengan harapan dapat menyusun klasifikasi dan rekonstruksi faktor. Skenario Analisis Kelembagaan pemberdayaan sosial dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yakni:  Kesehatan: kelembagaan yang mampu memberikan akses pelayanan kesehatan dasar, baik preventive maupun curative;  Pendidikan; kelembagaan yang memberi kemudahan kepada semua anak sekolah minimal selama enam tahun dengan pengetahuan dasar baca, tulis, dan berhitung ;  Ekonomi: kelembagaan yang mampu memenuhi kebutuhan karbohidrat padi- padian; protein telur; daging, ikan; mineral garam; vitamin sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan masyarakat dalam standar minimal untuk kelangsungan hidup; Pengembangan kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya untuk menjadi peningkatan kesejahteraan dan juga pengentasan kemiskinan komunitas-nelayan- miskin pulau-pulau kecil terluar harus dikaitkan dengan proses reorientasi dan reaktualisasi kebutuhan dasar warga masyarakat. Proses itu sedikitnya harus dapat menyusun kembali eksistensi kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya yang ada, jika tidak memungkinkan untuk dapat menghidupkan kembali berbagai kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya yang sudah hilang. Proses tersebut dapat dilakukan melalui suatu perubahan unsur eksistensinya, basis sumberdaya lokalnya, dan fungsi kelembagaan. Metoda Analisa Data Untuk mencapai tujuan dan skenario analisa tersebut di atas, akan digunakan metoda analisa data melalui pendekatan analisa struktur- komunikasi communication constructionstructure assessment . Penyelenggaraan teknik analisa ini, dilakukan dengan cara rapid comprehensive assessment dan metoda-komparatif comparative method sociology . Sistem pelaporannya akan berbentuk gabungan antara study retrospective dan study ex-post facto dengan study longitudinal. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Konsepsi Beras Organik Beras organik sebagai komoditas ekonomi bernilai tinggi di Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu inovasi yang diinisiasi oleh para pengusaha eksportir yang dalam perjalananya melibatkan pemerintah daerah. Permintaan beras organik yang berasal dari luar negeri menjadi faktor pendorong bagi pengusaha eksportir dalam negeri untuk memulai bisnis beras organik. Disadari bahwa beras organik tidak dapat diproduksi layaknya beras biasa yang pada saat produksinya banyak menggunakan pupuk dan pestisida kimia, eksportir tersebut berusaha menggandeng kelompok tani untuk melakukan kerjasama usaha memproduksi beras yang bersertifikat organik. Pada fase ini nilai ekonomi adalah penarik utama karena harga beras organik di pasaran lebih tinggi dibandingkan dengan beras pada umumnya yang banyak dijumpai di pasar Lingkar R1 pada Gambar 1. Beras merupakan hasil dari proses pengolahan agroindustri yang sebelumnya berbentuk gabah. Sehingga untuk memperoleh beras yang bersertifikat organik, sebelumnya diperlukan gabah yang bersertifikat organik. Tanpa ada gabah organik, maka tidak akan dapat dihasilkan beras organik. Pemenuhan gabah organik kemudian diserahkan sepenuhnya kepada kelompok tani yang sudah sejak lama mengusahakan padi sebagai komoditas utamanya. Pengetahuan budidaya organik petani yang membudidayakan padi menjadi kendala yang harus dihadapi karena selama ini petani terbiasa dengan penggunaan bahan sarana produksi yang terbuat dari bahan kimia, terutama untuk pupuk dan pestisida. Sementara itu, standar suatu produk dikatakan organik apabila tidak sama sekali menggunakan bahan-bahan kimia, baik secara langsung maupun kontaminasi. 54 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Kebutuhan pengetahuan usahatani sistem pertanian organik menjadi modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang petani apabila ingin menerapkan usahatani sistem organik Lingkar R2. Selama ini, pengetahuan petani mengenai usahatani padi organik masih minim, kesenjangangap mengenai pengetahuan ini memerlukan upaya untuk mengurangi kesenjangan pengetahuan antara yang dibutuhkan dengan realitasnya. Semakin besar kesenjangan pengetahuan, maka semakin besar pula upaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuannya. Teknologi yang digunakan oleh petani mencerminkan pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Oleh karena itu teknologi yang digunakan menjadi sangat penting dalam suatu inovasi Rogers, 1995. Diperlukan upaya untuk mengidentifikasi teknologi-teknologi apa saja yang diperlukan dalam sistem usahatani padi organik, salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pengetahuan dan teknologi petani adalah dengan mengembangkan lahan demonstrasi plot demoplot. Keberadaan lahan demoplot tersebut merupakan media sebagai tempat riset petani untuk mengetahui bagaimana cara budidaya padi dengan sistem organik. Keputusan menggunakan inovasi akan berlanjut apabila individu memiliki pengetahuan yang cukup Rogers, 1995. Pada awal teknologi organik diperkenalkan kepada petani melalui demo plot, proses tersebut masih berada tahap konsepsi karena belum memberikan manfaat kepada petani. Teknologi organik di Kabupaten Tasikmalaya pada tahap ini masih bersifat invensi, yang apabila tidak memberikan manfaat kepada hanya akan berhenti sampai pada tahap invensi saja Yuliar, 2009. Pada tahap tersebut, kondisi sosial ekonomi petani dan saluran komunikasi yang digunakan akan sangat mempengaruhi proses konsepsi agar berlanjut ke tahap adopsi. Setelah demoplot selesai, masih sangat jarang petani yang berani menerapkan sistem pertanian organik ini pasca dilakukan demoplot. Satu kali percobaan masih belum cukup untuk meyakinkan banyak petani, hanya segelintir petani saja yang berani mencoba mengubah pola sistem pertaniannya dari konvensional ke organik. Tahap ini merupakan fase yang cukup kritis dalam proses transisi dari konsepsi ke adopsi. Setelah panen, gabah organik hasil panen petani dijual kepada kelompok tani untuk diolah menjadi beras. Kementerian Pertanian berkontribusi besar terhadap gabungan kelompok tani Gapoktan dengan memberikan bantuan mesin penggilingan padi agar proses pengolahan dapat dilakukan oleh gabungan kelompok tani Lingkar R7. Pada tahap konsepsi dibuat suatu sistem bahwa petani menjual gabah kepada kelompok tani Poktan, kemudian kelompok tani menjual gabah yang dibeli dari petani kepada gabungan kelompok tani Gapoktan untuk diolah menjadi beras menggunakan mesin penggilingan padi yang diberikan melalui program dari Kementerian Pertanian. Selanjutnya dari Gapoktan, eksportir membeli beras organik yang sudah dikemas Lingkar R3 an R7. Proses Adopsi Beras Organik Sebagaimana dijelaskan oleh Rogers 1995, keputusan menggunakan inovasi akan berlanjut apabila individu memiliki pengetahuan yang cukup. Fase adopsi membentuk suatu konfigurasi sosioteknis yang baru Yuliar, 2009, dimana sarana produksi pertanian organik adalah objek teknis dan pengetahuan adalah akumulasi yang dimiliki petani dan melekat pada objek sosial petani padi. Perubahan objek teknis selalu menimbulkan perubahan pada objek sosial yang menerima perubahan objek teknis tersebut. Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan beberapa pendamping swasta memiliki peran besar dalam upaya meningkatkan pengetahuan usahatani padi organik melalui berbagai program yang dibiayai baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta swasta. Media pembelajaran melalui lahan percobaan demonstrasi plot lebih masif digelar di beberapa lokasi yang menjadi sentra produksi padi Lingkar B1 pada Gambar 3 dengan harapan dapat mengurangi kesenjangan pengetahuan usahatani organik seiring dengan pemanfaatan teknologi padi organik. Semakin banyak petani yang dilatih diberikan pengetahuan mengenai usahatani padi organik diharapkan dapat mempercepat proses adopsi atau difusi inovasi padi organik sehingga dapat meningkatkan jumla produksi gabah organik Lingkar R4 pada Gambar 3. Hal tersebut merupakan salah satu pola adopsi yang dijalankan di sektor hulu on-farm. Selanjutnya pada lingkar R6, R7 dan R8 adalah proses adopsi yang berjalan di sektor hilir pada tingkat kelompok tani Poktan lingkar R6 dan gabungan kelompok tani Gapoktan lingkar R7 dan R8. Proses adopsi di sektor hilir terbentuk secara bertingkat, dimana pada tingkat kelompok tani terjadi transaksi jual beli gabah 55 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 dan di tingkat gabungan kelompok tani terjadi transaksi beli gabah dan menjual beras. Harga beli gabah organik dalam proses fase adopsi ditetapkan berdasarkan mekanisme penentuan pertemuan yang diikuti eksportir, Gapoktan dan Poktan. Pada pertemuan tahun 2012 disepakati bahwa harga beli gabah di tingkat petani oleh Poktan sebesar Rp 5.000 per kilogram dan di tingkat Gapoktan kepada eksportir sebesar Rp 13.000 per kilogram. Harga tersebut berada di atas rata-rata harga gabah yang diusahakan secara konvensional non- organik. Harga merupakan perangsang bagi petani untuk menaikan produksi hasil bergantung kepada perbandingan antara harga yang diterimanya dengan biaya untuk memproduksi hasil-hasil itu Mosher, 1978. Apabila perbedaan pendapatan antara usahatani padi organik dengan konvensional tidak signifikan, akan sangat jarang petani beralih ke sistem usahatani padi organik. Perpindahan barang yang bersifat transaksi tersebut kemudian mengakibatkan persoalan lain karena terkait dengan penentuan harga beli gabah dari Gapoktan ke Poktan dan dari Poktan ke petani. Penguasaan barang oleh pelaku yang ada di hilir petani Poktan dan Gapoktan mengakibatkan Poktan dan Gapoktan memiliki kekuasaan yang penuh terhadap gabah petani. Pada saat penentuan harga beli gabah, pendapatan yang diterima oleh Poktan dan Gapoktan ikut menentukan harga beli gabah sampai ke tingkat petani. Gambar 1 . Struktur Diagram Sebab Akibat Proses Adopsi Inovasi Beras Harga Beras Organik Harga Beli Gabah Organik di petani Penjualan Beras Organik Penjualan Gabah Organik Poktan Pendapatan Gapoktan + + Gabah diolah ke Beras Organik + + Operasional Penggilingan Padi + + Stok Beras Organik Eksportir + Permintaan Beras Organik LN Permintaan Eksportir Beras Organik Permintaan Gabah Organik + + Kebutuhan Lahan Padi Organik + Lahan Padi Organik Produksi Gabah Organik + Penjualan Gabah Organik Petani Stok Gabah Organik di Poktan + + + Lahan Padi Konvensional Peralihan ke Lahan Padi Organik + + + Kebutuhan Pengetahuan UT Organik SDM Petani Organik Peralihan SDM ke Petani Organik - + SDM Petani Konvensional - + Pengetahuan UT Padi Organik + + Penerimaan Petani Organik + + Pendapatan Petani Organik Biaya UT Organik + - + Perbandingan Pendapatan UT Organik dgn Konvensional + + Pendapatan Petani UT Konvensional - Kualitas Ekosistem Sawah + Produktivitas Padi Organik + + - Pendapatan Poktan Pembelian Gabah Poktan + + + - Upaya meningkatkan pengetahuan UT organik + Gap Pengetahuan UT Organik - + Ekspor Beras Organik + - Pendapatan Eksportir + + Harga Beras Organik Eksportir Profit yg diinginkan eksportir + + R1 R2 R3 R4 B1 B2 R5 B3 R6 R7 Harga Beli Gabah Poktan + Efek Thdp Harga Beli Gabah di Poktan + + Efek Thdp Harga Beli di Petani + + B4 Pembelian Gabah Gapoktan + + R8 Target Pendapatan Gapoktan Target Pendapatan Poktan + + - - 56 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Walaupun harga beli gabah sudah ditetapkan dan tidak fluktuatif, tetapi pada saat penentuan harga beli gabah, semakin besar target pendapatan yang diinginkan oleh Poktan dan Gapoktan akan menekan harga pembelian gabah di Poktan Lingkar B4 dan merambat ke harga gabah di petani Lingkar B3, sehingga berdampak kepada harga gabah yang diterima petani Lingkar B2. Konsekuensi tersebut adalah yang tidak diinginkan dan terjadi disebabkan oleh sistem transaksional antar kelembagaan pelaku ekonomi. Kondisi ini mengakibatkan petani berada pada posisi yang lemah, karena harga yang diterima petani hanya bersifat residual, tidak didasarkan kepada asas saling menguntungkan. Perbedaan harga Rp 200 per kilogram antara gabah yang diproduksi konvensional dengan dengan harga gabah yang diproduksi secara organik tidak menarik bagi petani. Oleh karena itu bagi petani padi yang memiliki kekuasaan penuh terhadap lahan yang diusahakannya lebih memilih melakukan sistem budidaya secara konvensional non-organik. Hal ini akan berbeda apabila petani yang melakukan aktivitas budidaya adalah petani penggarap. Penguasaan lahan dalam usahatani memiliki peran yang besar dalam penentuan keputusan pengusahaan lahan. Struktur penguasaan lahan ikut berperan dalam menentukan keputusan pengusahaan lahan sawah Heryanto, 2012. Moral hazard pada tingkat kelompok tani dan gabungan kelompok tani mengakibatkan petani tidak menerima insentif yang seharusnya diterima karena harga beli yang tidak signifikan antara gabah organik dan konvensional. Keinginan untuk memperolah pendapatan secara kelembagaan mengakibatkan keputusan untuk menekan harga beli menjadi pilhan yang paling mudah. Oleh karena itu, secara ekonomi diperlukan suatu upaya untuk mengubah kondisi ini agar proses adopsi inovasi padi organik dapat terus berlanjut. Rekayasa struktur dengan menggunakan prinsip sistem archetype dapat dilakukan dengan mengenali persoalan yang disebabkan oleh sistem. Interaksi Antar Pelaku Adopsi Beras Organik Matriks sosial SFM digunakan untuk melihat berbagai interaksi dan keterkaitan antar unsur yang ada dalam proses adopsi inovasi beras organik. Unsur-unsur yang terlibat dibagi ke dalam beberapa katagori: 1 kelembagaan sosial, 2 teknologi, 3 lingkungan, 4 norma, dan 5 nilai Hayden, 1982. Dari berbagai unsur tersebut dengan menggunakan SFM dapat diketahui unsur yang memiliki interaksi paling banyak dalam proses adopsi beras organik. Persoalan utama dalam proses adopsi atau difusi inovasi beras organik berdasarkan metode berpikir sistem adalah kurangnya insentif bagi para pelaku di hulu petani untuk melakukan usahatani padi organik. Selisih harga yang tipis antara gabah organik dan konvensional Rp 200 per kilogram tidak menarik bagi petani dibandingkan dengan usaha yang dikerahkan untuk menanam padi secara organik. Reaksi yang diberikan oleh para petani merupakan akibat yang disebabkan oleh sistem kelembagaan pelaku di hilir, karena dalam posisi ini petani hanya bertindak sebagai price taker. Walaupun dilakukan pertemuan musyawarah untuk menentukan harga beli gabah dari Gapoktan dan Poktan 26,22 dan 26,23 pada Tabel 1, namun penentuan tersebut tidak didasarkan kepada kalkulasi ekonomi yang transparan di setiap tingkat pelaku. Sementara itu dari sisi korbanan yang dikeluarkan oleh petani, sistem organik memerlukan curahan waktu yang lebih lama untuk membuat sarana produksi pupuk dan pestisida, berbeda dengan sistem konvensional dimana pupuk dan pestisida telah tersedia secara instan buatan pabrik kimia 11,20 pada Tabel 1. Sebagai konsekuensi dari proses adopsi padi organik, biaya tenaga kerja menjadi membengkak 11,21. Walaupun secara ekonomi petani tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida, tetapi pembengkakan biaya untuk tenaga kerja dirasakan oleh petani lebih besar dampaknya terhadap biaya total usahatani. Media belajar petani dalam bentuk lahan percobaan demoplot secara akumulasi cukup efektif membangun pengetahuan petani mengenai sistem pertanian organik, sehingga petani memiliki kapasitas untuk melakukan usahatani padi organik. Pengetahuan dalam hal ini didefinisikan sebagai kapasitas untuk bertindak Ritzer dan Smart, 2001. Dalam beberapa kasus, meningkatnya kapasitas pengetahuan petani akan pertanian organik cukup untuk menggulirkan fase konsepsi menuju fase adopsi, tetapi sebagai pelaku ekonomi faktor harga tidak kalah penting sebagai insentif yang efektif untuk mendorong para petani mengadopsi sistem pertanian organik 22,3. Kelompok tani Poktan dan gabungan kelompok tani seharusnya mempunyai peran yang besar sebagai kekuatan menentukan harga gabah 22,4 5,22. Sebagai pelaku yang 57 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 membeli produk petani transaksional, Poktan seharusnya mampu memberikan insentif kepada anggotanya. Pada prakteknya Poktan masih lebih tunduk kepada Gapoktan dan eksportir sebagai pelaku di hilir yang memiliki pasar. Idealnya, penentuan harga pembelian gabah di petani memperhitungkan biaya-biaya dan resko yang ditanggung oleh petani termasuk perbandingan harga dengan usahatani padi konvensional agar proses adopsi difusi dapat berlangsung. Interaksi antar unsur dalam proses adopsi inovasi beras organik terutama antara unsur-unsur kelembagaan sosial, teknologi dan norma menjadi kunci keberlangsungan proses adopsi Gambar 4. Sejalan dengan Yuliar 2009, diperlukan suatu konfigurasi sosioteknis yang baru yang mampu beradaptasi dengan inovasi beras organik yang diintroduksi kepada petani melalui penyuluh pemerintah dan penyuluh swasta melalui kelembagaan kelompok tani. Secara umum, proses adopsi inovasi yang terjadi pada komoditas beras organik berdasarkan perkembangan luas panen padi organik Gambar 1 dapat berjalan cukup baik dilihat dari pertumbuhan luas panen yang menunjukan peningkatan. Penurunan luas panen padi organik pada tahun 2010 dan tahun 2012 merupakan perilaku sebagai hasil akibat dari interaksi antara kelembagaan sosial, teknologi, lingkungan, norma, dan nilai selama kurun waktu tahun 2005 sampai 2012. Kelembagaan sosial dalam kasus adopsi inovasi beras organik memiliki peran yang sentral sebagai aktor penentu keputusan Tabel 1 . Matriks sosial Social Fabric MatrixSFM Adopsi Beras Organik 58 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 teknologi dan keputusan yang terkait dengan nilai dan norma. Para pelaku ekonomi dalam fase adopsi inovasi beras organik memiliki kekuasaan untuk menentukan teknologi yang akan digunakan 3,10 3,11 5,9 dan nilai ekonomi dari output yang dihasilkan 4,21 4,22. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan artefak teknis teknologi kemudiam akan kembali diterima oleh para pelaku yang terlibat. Gambar 2 . Interaksi Antar Unsur Adopsi Inovasi Beras Organisasi Apabila secara ekonomi teknologi padi organik lebih menguntungkan secara signifikan dibandingkan penggunaan teknologi padi konvensional, maka sikap petani dalam menentukan keputusan akan lebih memilih menggunakan teknologi yang sebelumnya dan sudah terbiasa diterapkan oleh petani, teknologi padi konvensional non-organik. Lingkungan lahan menjadi lebih terjaga kualitasnya karena penggunaan pupuk dan pestisida kimia tidak lagi dilakukan. Kualitas lingkungan yang baik akan memberikan hasil produksi gabah yang tinggi sehingga memberikan manfaat dalam bentuk nilai ekonomi bagi petani. Perbaikan Proses Adopsi Beras Organik Sebagai konstruksi yang bersifat kualitatif, matriks sosial SFM tidak dapat menginvestigasi pola perilaku sistem terhadap waktu. SFM sangat baik untuk menginvestigasi para aktor yang terlibat dalam sistem secara faktual. Keluaran formula dari SFM yang bersifat statis berpeluang besar untuk dikembangkan, salah satunya melalui dinamika sistem yang sama-sama memiliki paradigma yang bersifat holistik Gill, 1995. Matriks yang dihasilkan SFM merupakan bahan yang sangat berguna untuk mengenali persoalan, salah satunya melalui umpan balik feedback antar unsur yang terlibat. Lingkar umpan balik feedback loop adalah prinsip dasar dalam dinamika sistem. Setiap aksi dan perubahan pada dasarnya adalah sekumpulan jejaring dari umpan balik. Lingkar umpan balik adalah struktur yang dapat membuat perubahan terjadi Forrester, 2009. Pada proses konsepsi adopsi ini, berdasarkan analisis struktur diagram sebab akibat dan pendekatan aktor menggunakan matriks sosial SFM diketahui bahwa fase adopsi menjadi sumber persoalan mengapa perilaku luas lahan sawah organik tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan Gambar 1. Diperlukan suatu perubahan untuk memperbaiki sistem adopsi inovasi ini. Pendekatan untuk memperbaiki sistem dapat menggunakan system archetype, dimana untuk menghilangkan struktur yang menjadi penyebab kekacauan dalam sistem adalah dengan mengurangi penyebab kekacauan sistem tersebut Braun, 2002. Merujuk kepada analisis struktur dan aktor yang telah dibahas di atas, salah satu sumber kekacauan sistem diketahui sebagai akibat atau konsekuensi yang tidak diinginkan dan akan terjadi pada setiap hubungan yang bersifat transaksional yaitu kegiatan transaksi yang terjadi antara kelembagaanpetani, Poktan dan Gapoktan. Pola transaksional yang terjadi pada tingkat kelompok tani dan gabungan kelompok tani mengakibatkan terjadinya disinsentif bagi petani untuk beralih dari usahatani padi konvensional ke padi organik karena selisih perbedaan harga jual gabah yang tipis. Keinginan untuk memperoleh pendapatan secara kelembagaan merupakan titik awal terbentuknya hubungan transaksional antar pelaku. Keinginan untuk memperoleh pendapatan merupakan moral hazard yang apabila tidak dikelola dengan baik akan bercampur dengan penentuan keputusan penentuan harga di tingkat pelaku yang berada di hulunya. Pada akhirnya, penentuan harga gabah di tingkat petani dengan perbedaan selisih harga yang tipis antara gabah konvensional dan gabah organik Rp 200 per kilogram mengakibatkan disinsentif bagi petani. Salah satu alternatif solusi yang ditawarkan adalah dengan menghilangkan keinginan untuk memperoleh pendapatan pada Poktan dan Gapoktan. Sebagai lembaga yang mewadahi petani fungsi memperoleh keuntungan lembaga Lingkar B4 dan Lingkar B3 harus dihilangkan. Gabah hasil produksi petani diupayakan untuk tidak dijual kepada kelompok tani Poktan dan gabungan kelompok tani Gapoktan untuk menghindari hubungan Kelembaga an Sosial Nilai Norma Teknologi Sikap Lingkungan 59 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 kelembagaan yang bersifat transaksional, perlu dibuat suatu mekanisme agar tidak terjadi transaksi antara petani dengan Poktan dan antara Poktan dengan Gapoktan. Poktan dan Gapoktan dalam hal ini diarahkan berfungsi sebagai penyedia jasa layanan logistik mulai dari gabah sampai ke beras. Transaksi pembelian gabah dilakukan secara langsung antara pembeli eksportir dengan petani setelah memperhitungkan biaya-biaya logistik. Biaya-biaya yang timbul selama dalam perjalanan dari gabah menjadi beras diperhitungkan sebagai biaya logistik, termasuk marjin pendapatan bagi kelompok tani dan gabungan kelompok tani sebagai nilai tambah bagi para pelaku logistik di dalamnya Lingkar B5 dan B6 pada Gambar 4. Pendapatan yang diperoleh oleh kelompok tani dan gabungan kelompok tani digulirkan kembali untuk pengembangan kelompok dan anggotanya, seperti perawatan teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia. Transaksi harga yang sebelumnya terjadi antara petani dengan kelompok tani dan antara kelompok tani dengan gabungan kelompok tani menjadi tidak berlaku. Hubungan transaksional baru akan terjalin pada saat Gapoktan berhadapan dengan eksportir. Pemikiran tersebut didasarkan kepada Gambar 3 . Rekayasa Struktur Diagram Sebab Akibat Proses Adopsi Inovasi Beras Organik Harga Beras Organik Gapoktan Harga Beli Gabah Organik di petani Penjualan Beras Organik Penyerahan Gabah Organik Poktan Pendapatan Gapoktan + + Gabah diolah ke Beras Organik + + Operasional Mesin Penggilingan Padi + + Stok Beras Organik Eksportir + Permintaan Beras Organik LN Permintaan Eksportir Beras Organik Permintaan Gabah Organik + + Kebutuhan Lahan Padi Organik + Lahan Padi Organik Produksi Gabah Organik + Penyerahan Gabah Organik Petani Stok Gabah Organik di Poktan + + + Lahan Padi Konvensional Peralihan ke Lahan Padi Organik + + + Kebutuhan Pengetahuan UT Organik SDM Petani Organik Peralihan SDM ke Petani Organik - + SDM Petani Konvensional - + Pengetahuan UT Padi Organik + + Penerimaan Petani Organik + + Pendapatan Petani Organik Biaya UT Organik + - + Perbandingan Pendapatan UT Organik dgn Konvensional + + Pendapatan Petani UT Konvensional - Kualitas Ekosistem Sawah + Produktivitas Padi Organik + + - Jasa Logistik Poktan Pelayanan Logistik Gabah Organik + + + - Upaya meningkatkan pengetahuan UT organik + Gap Pengetahuan UT Organik - + Ekspor Beras Organik + - Pendapatan Eksportir + + Harga Beras Organik Eksportir Profit yg diinginkan eksportir + - R1 R2 R3 R4 B1 B2 R5 R8 R7 Efek Thdp Harga Beli Gabah di Poktan + + Jasa Logistik Gapoktan + Pendapatan Poktan + + + - Biaya Logistik Poktan + - R9 B5 B6 60 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 fungsi kelompok yang berperan sebagai peredam resiko harga yang diturunkan dari pasar. Resiko harga pasar yang berasal dari eksportir diredam dan dikendalikan oleh Gapoktan sebagai lembaga yang mengetahui informasi volume permintaan dan harga beras organik. Gapoktan sebagai benteng pertahanan tidak seharusnya meneruskan resiko tersebut kepada Poktan terlebih lagi petani karena semakin ke hulu akan semakin banyak pelaku yang terlibat. Hubungan transaksional yang sehat akan berjalan dengan baik apabila terbentuk suatu hubungan aturan main antar pelaku yang dapat mengurangi resiko antar pelaku produksi, rantai pasok dan klaster Perdana dan Kusnandar, 2012. Petani dalam kasus ini dapat berkurang resikonya melalui instrumen kepastian pasar dan harga; instrumen kelompok tani, gabungan kelompok tani dan eksportir dengan kepastian pasokan gabahberas organik Lingkar R1, R3 dan R7 pada Gambar 5. Petani adalah pelaku yang berada di posisi paling dasar dalam struktur rantai pasokan beras organik. Sering kali pelaku di hulu adalah penerima residu resiko yang disalurkan oleh pelaku di hilirnya. Instrumen yang digunakan untuk mengurangi resiko yang dialami para aktorpelaku pada prinsipnya adalah perubahan paradigma aktorpelaku itu sendiri yang sebelumnya bersifat transaksional menjadi yang bersifat jasa. Poktan dan Gapoktan sebagai lembaga yang berfungsi melindungi petani akan lebih besar perannya apabila aktivitas yang dijalankannya berbasiskan pelayanan jasa, tidak berdasarkan keuntungan transaksi yang kemudian mempengaruhi harga di tingkat petani. Asas keterbukaan antar pelaku eksportir, Gapoktan, Poktan dan petani menjadi sangat penting. Merujuk konsep Perdana dan Kusnandar 2012, sebagai suatu klaster para pelaku tersebut harus mampu saling mengurangi resiko. Diperlukan keterbukaan antar aktorpelaku agar masing-masing saling mengenali resiko yang dihadapi, baik eksportir, Gapoktan, Poktan maupun petani. Salah satu unsur keterbukaan dalam proses adopsi beras organik adalah mengenai mekanisme penentuan harga, musyawarah yang diadakan untuk menentukan harga harus bertujuan untuk mengurangi resiko para aktorpelaku, yaitu kepastian pasar dan kepastian harga bagi petani dan kepastian pasokan gabah bagi Poktan dan Gapoktan, serta kepastian pasokan beras bagi eksportir. KONKLUSI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Peran kelembagaan sosial dalam proses konsepsi-adopsi suatu inovasi sangat besar. Unsur teknis teknologi dan ekonomi sebagai instrumen yang digunakan dalam proses konsepsi-adopsi harus mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pelakuaktor yang terlibat agar fase konsepsi dapat berlanjut menuju fase adopsi. Interaksi dan hubungan antar kelembagaan tercermin dari norma dan nilai yang dianut oleh para pelakuaktor dalam kelembagaan sosial. Norma dan nilai yang dimiliki oleh kelembagaan sosial menjadi penentu keberhasilan proses konsepsi-adopsi sebagai seperangkat aturan konfigurasi sosioteknis yang baru. Aturan main rule yang dibuat dengan semangat saling mereduksi resiko dalam proses konsepsi-adopsi akan membuat para pelakuaktor nyaman untuk menjalankan peran kelembagaannya petani, Poktan, Gapoktan dan eksportir, sehingga proses konsepsi-adopsi dapat berjalan dengan baik. UCAPAN TERIMAKASIH Apresiasi dan penghargaan kami sampaikan kepada anggota Kelompok Tani Simpatik di Kabupaten Tasikmalaya, beserta pemerintah daerah dan penyuluh lapangan yang telah memberikan ruang dan banyak informasi kepada tim peneliti. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Universitas Padjadjaran yang telah membiayai penelitian ini melalui skema Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri BOPTN. DAFTAR PUSTAKA Braun, William. 2002. The System Archetypes. http:www.albany.edufacultygprPAD 724724WebArticlessys_archetypes.pdf Bruijn, Hans de, Bruijn, Haiko van der Voort, Willemijn Dicke, Martin de Jong, Wijnand Veeneman. 2004. Creating System Innovation . A.A. Balkema Publisher. Forrester, Jay Wright. 1975. Some Basic Concepts in System Dynamics . Sloan School of Management Massachusetts Institute of Technology. Gill, Roderic. 1995. An Integrated Social Fabric MatrixSystem Dynamics Approach to 61 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Policy Analysis . System Dynamic Review Vol.II. Hayden, F. Gregory. 1982. Social Fabric Matrix: From Perspective to Analytical Tool . Journal of Economic Issues, Vol.16 No.3 Sep.1982, pp.637-662 ________ . 1986. Defining and Articulating Social Change through the Social Fabric Matrix and System Digraph . Journal of Economic Issues, Vol.20 No.2 Jun.1986, pp.383-392 Heryanto, Mahra Arari, Dika Supyandi. 2012. Model Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem . Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang. Journal of ST Policy and RD Management. Vol.10 No.2. Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-LIPI. Heryanto, Mahra Arari, Maman Haeruman Karmana. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Seminar Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. Meadows, Dennis, Donella Meadows, Jorgen Randers. 2004. Limith to Growth. The 30 Year Update . Chelsea Green Publishing Company. Mosher, AT. 1978. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Syarat-Syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. CV. Yasaguna, Jakarta. Perdana, Tomy dan Kusnandar. 2012. The Triple Helix Model for Fruits and Vegetables Supply Chain Management Development Involving Small Farmers in Order to Fulfill the Global Market Demand: a Case Study in “Value Chain Center VCC Universitas Padjadjaran ”. Procedia_Social and Behavioral Sciences 52 2012 80-89 Ritzer, George dan Barry Smart. 2001. Handbook Teori Sosial. Handbook of Social Theory, diterjemahkan oleh Derta Sri Widowatie. Penerbit Nusamedia, Bandung. Rogers, Everett. 1995. Diffusion of Innovation. Fourth Edition . New York: The Free Press. Setiawan, Iwan. 2012. Dinamika Pemberdayaan Petani. Sebuah Refleksi dan Generalisasi Kasus di Jawa Barat . Widya Padjadjaran, Bandung Yuliar, Sonny. 2009. Tata Kelola Teknologi. Perspektif Teori Jaringan Aktor. Penerbit ITB, Bandung. 62 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Penelitian Insentif Ristek Mendukung Pembangunan Nasional Bidang Energi dan Peralatan Transportasi The ‘Insentif Ristek’ Research Supports National Development in The Field of Energy and Industrial Transport Henny Sudibyo Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik-LIPI Komplek LIPI, Jl.Cisitu No.21, Bandung 40135 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Insentif Ristek Energy Research Transport Equipment MP3EI Kata Kunci: Insentif Ristek Riset Energi Peralatan Transportasi MP3EI Research Incentive Research and Technology which became the flagship program of the Ministry of Research and Technology in the year 2009 - 2011 amounted to a total of 4067titles. The titles of these studies has the potential to provide benefits to the accelerated development program as set out in the MP3EI. This study analyzed how much research incentives to support research and technology development in the energy and transportation industries, and analyze how the strategic planning of research that supports the field. Each title and other supporting data are analyzed and then grouped by the areas contained in the main program of the National Development Acceleration namely agriculture, mining, energy, industrial, marine, tourism, information technology and strategic development of the area. Research incentives research and technology related to the field of energy and industry since the 2009-2011 year by 16, while the portion relating to transport equipment technology 6 of the 4580 research titles. Based on these results still show a bit of research that supports the role of the energy sector and transport. For research in the fields of energy and transport should be encouraged to create innovations that can be implemented in the industrial world and accelerate national development S A R I K A R A N G A N Penelitian Insentif Ristek yang menjadi program unggulan Kementrian Ristek pada tahun 2009- 2011 total berjumlah 4067 judul. Judul-judul penelitian tersebut berpotensi memberikan manfaat pada program percepatan pembangunan seperti yang tertuang di dalam MP3EI. Penelitian ini menganalisis seberapa besar riset-riset insentif ristek yang dapat mendukung pembangunan di bidang energi dan industri transportasi serta menganalisis bagaimana strategi perencanaan riset yang mendukung bidang tersebut. Tiap judul dan data pendukung lainnya dianalisis kemudian dikelompokkan berdasarkan bidang-bidang yang tertuang dalam program utama Percepatan Pembangunan Nasional yaitu bidang pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, teknologi informasi dan pengembangan kawasan strategis. Penelitian insentif ristek yang berkaitan dengan bidang energi dan industri sejak tahun 2009-2011 porsinya sebesar 19 sedangkan yang berhubungan dengan teknologi peralatan transportasi sebesar 6 dari 4580 judul riset. Hasil tersebut menunjukkan masih sedikit peran riset yang mendukung bidang energi dan transportasi. Untuk itu riset-riset dalam bidang energi dan tranportasi perlu didorong untuk menciptakan inovasi yang dapat diimplementasikan dalam dunia industri dan dapat mempercepat pembangunan nasional. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014  Corresponding author : E-mail address: henny.sudibyolipi.go.id 63 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI 2011- 2025 merupakan salah satu pedoman yang digunakan oleh pemerintah dalam melakukan percepatan pembangunan negara. MP3EI terdiri 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama yang dituangkan dalam berbagai proyek yang dibagi dalam 6 koridor yaitu Kawasan Sumatera, Kawasan Jawa, Kawasan Kalimantan, Kawasan Sulawesi, Kawasan Bali-Nusatenggara serta Kawasan Papua- Maluku. Dari seluruh kegiatan riset di lembaga litbang pemerintah dan swasta ada sekitar 28.000 judul yang dibiayai oleh negara pada akhir 2009 sampai akhir tahun 2012 dan saat ini telah didokumentasikan dalam OMRC Open Method of Research Coordination dalam data base di Dewan Riset Nasional DRN. Riset di berbagai bidang yang telah dilakukan oleh peneliti dan ilmuwan Indonesia perlu diklasifikasikan dalam berbagai bidang sebagai data informasi yang dapat diunduh untuk menunjang pembangunan negara. Kegiatan riset yang telah menggunakan anggaran pemerintah perlu diinventarisasi dan dikelompokkan dengan pendataan yang rapi sehingga dapat mudah ditelusur dikemudian hari. Kegiatan-kegiatan riset yang dilakukan oleh ilmuwan Indonesia dapat menjadi value added untuk mempercepat proyek-proyek MP3EI. Makalah ini menganalisis judul-judul riset insentif ristek untuk dikelompokkan atau diklasifikasikan ke dalam program-program utama kegiatan MP3EI serta kegiatan ekonomi MP3EI. Analisis ini mengetahui seberapa persentase riset insentif ristek mendukung MP3EI dalam bidang energi dan transportasi. Judul insentif ristek yang mendukung bidang energi dan transportasi tersebut akan diketahui jumlah atupun presentasenya dan dapat dijadikan telaah lebih lanjut diambil kemanfatannya untuk ikut serta membantu membangun negara. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep MP3EI didukung tiga pilar yaitu pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, penguatan konektivitas nasional dan penguatan kemampuan SDM dan IPTEK nasional. MP3EI memerlukan percepatan transformasi inovasi dalam ekonomi yang dilakukan melalui pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis dan memasukkan unsur Sistem Inovasi Nasional SINAS dan berbagai upaya transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011. Salah satu tujuan MP3EI adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia lebih cepat, untuk itu perlu meningkatkan value added didalam upaya mengejar ketertinggalan bangsa saat ini. Jika berbicara percepatan berarti harus ada yang dilakukan, bussines as not usual. Untuk itu inovasi menjadi bagian yang penting untuk pelaksanaan MP3EI. MP3EI merupakan salah satu momentum yang dapat dimanfaatkan komunitas penelitian dan pengembangan untuk ikut berperan serta dan mengantisipasi dampak pembangunan. Jika PDB akan naik sesuai dengan rencana dan anggaran untuk riset dapat direalisasikan menjadi 1 dari PDB ditahun 2015 dan 3 PDB di tahun 2025, diperlukan program yang sudah direncanakan dengan matang dibidang riset. Hartanto,A. Sudibyo,H., 2012. Inovasi terlahir dari berbagai riset yang dilakukan oleh para peneliti, dosen dan perekayasa. DRN yang dibentuk oleh Presiden diharapkan dapat berperan untuk mengawal riset hingga berkontribusi terhadap kemajuan bangsa semakin nyata. DRN memberikan arahan bidang apa yang difokuskan dalam penelitian di Indonesia yaitu ada 8 bidang fokus: 1 Ketahanan Pangan, 2 Sumber Energi, 3 Teknologi dan Manajemen Transportasi, 4 Teknologi Informasi dan Komunikasi, 5 Teknologi Keamanan dan Pertahanan, 6 Teknologi Kesehatan dan Obat, 7 Material Maju dan 8 Sosial Kemanusiaan. Didalam Agenda Riset Nasional ARN secara rinci dibuat topik- topik riset untuk setiap bidang fokus, yang dapat menjadi acuan para pelaku riset Kementrian Riset dan Teknologi, 2010. Kegiatan riset di 20 lembaga litbang Indonesia 94,1 fokus pada enam bidang yaitu pangan, kesehatan, energi, TIK, kesehatan dan hankam, kegiatan itu masih terkotak-kotak dan masih terbuka lebar kolaborasi atau keterkaitannya. Adibroto,T, 2007. Untuk itu perlu perluasan pendalaman dan pemetaan output riset. Lembaga litbang dalam mendukung pembangunan ekonomi ditentukan terutama oleh kemampuannya dalam menghasilkan output litbang yang berkualitas dan dapat diseminasi oleh pengguna. Proses awal penentuan program lembaga litbang perlu memperhitungkan kebutuhan pengguna agar mudah dilakukan diseminasi. Kualitas peneliti atau SDM lembaga litbang, infrastruktur serta manajemen riset organisasi menjadi salah satu faktor keberhasilan riset. Kementrian Riset dan Teknologi, 2011. Manajemen riset bertujuan mengelola riset dengan proses efisien, hasil yang produktif, dan dampak yang efektif. Oleh karena itu lembaga riset perlu melakukan perubahan dalam dua bidang yaitu 64 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 mengubah proses riset dari linear menjadi simultan serta membentuk budaya riset yang kreatif. Aminullah, 1994. Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari tiga strategi utama pelaksanaan MP3EI. Pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gambar 1. Inovasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011. Inovasi pada bidang energi dan industri transportasi di Indonesia diperlukan, mengingat Indonesia tergolong negara berpenduduk padat akan memerlukan pasokan energi besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Indonesia ke depan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi sementara ketersedian energi tidak terbarukan terbatas terutama energi untuk konsumsi transportasi yaitu BBM. Data menunjukkan Tahun 2002 import BBM mencapai sebesar 126,8 juta BOE dan akan meningkat menjadi 797,7 juta BOE 6,3 kali lipat. Tahun 2020 jumlah impor minyak mentah diperkirakan mencapai 207,2 juta barel per tahun atau sekitar 1,7 kali lipat dari impor pada tahun 2002 yang berjumlah 123,9 juta barel Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005. Keterbatasan energi menjadi daya dorong untuk terus melakukan riset bidang energi, melakukan penemu-penemuan baru energi yang ramah lingkungan serta penemuan alat-alat transportasi hemat bahan bakar. METODE PENELITIAN Penelitian ini melakukan keterkaitan hasil hasil riset program Insentif Ristek dari tahun 2009 – 2011 yang terdiri dari 4.067 judul riset. Data Insentif Ristek tersebut ada di DRN yang masih terbatas meliputi judul riset dan penelitinya, namun untuk abstrak serta isi dan ouput hasil riset belum terdata. Judul-judul riset Insentif Ristek yang merupakan program riset dari Kementerian Riset dan Teknologi itu ditelaah, dianalisis kemudian dikelompokkan ke dalam delapan bidang Program yaitu bidang Pertanian, Pertambangan, Energi, Industri, Kelautan, Pariwisata, Telematika dan Pengembangan Kawasan Strategis. Jika judul riset Insentif Ristek tersebut tidak termasuk dalam kedelapan bidang tersebut maka dikelompokkan tersendiri. Satu judul riset bisa masuk atau berkaitan dengan dua atau tiga program utama. Dari keterkaitan tersebut akan diperoleh persentase judul dan jumlah riset yang mendukung di bidang energi. Untuk mengetahui riset-riset Insentif Ristek yang dapat mendukung masalah transportasi maka penelitian dilanjutkan dengan melakukan analisis judul-judul Insentif Ristek dikelompokkan ke dalam 22 duapuluh dua kegiatan ekonomi utama yaitu kakao, peternakan, perkayuan, minyak dan gas, batubara, nikel, tembaga, bouksit, perikanan, pariwisata, pertanian pangan, jabodetabek area, kawasan nasional selat sunda, peralatan transportasi, telematika, perkapalan, tekstil, makanan, minuman, besi baja, alutsita, karet, dan kelapa sawit. Beberapa judul kegiatan riset akan terkait satu atau lebih kegiatan ekonomi. Berdasarkan analisis ini akan diketahui berapa persen riset penelitian Insentif Ristek dapat mendukung di bidang transportasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data judul penelitian Insentif Ristek tersebut yang berjumlah 4.067 kegiatan riset dibaca, dipahami, dan diklasifikasikan ke dalam program utama MP3EI dan kegiatan ekonomi. Program utama MP3EI tersebut adalah pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika serta pengembangan strategis. Dari data yang dianalisis total 4.067 kegiatan riset dari tahun 2009-2011, setelah dilakukan kajian keterkaitan dengan program utama MP3EI menjadi 4.512 kegiatan riset atau naik 10,94. Satu judul kegiatan riset bisa terkait dengan satu saja atau dua program utama MP3EI. Keterkaitan riset Insentif Ristek tahun 2009 hingga 2011 dengan Program Utama MP3EI setelah dilakukan analisis diperoleh seperti pada 65 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Tabel 1. Persentase hasil dari tabel di perlihatkan pada Gambar 2. Dari data yang ada tersebut, keterkaitan kegiatan riset Insentif Ristek lebih dari 92, sebanyak 2 tidak terkait dengan program utama MP3EI. Kegiatan riset yang paling tinggi keterkaitannya adalah bidang Pertanian 33 disusul bidang Energi 19, Industri 18, Telematika 14, Kelautan 7 dan Pengembangan Kawasan Strategi sebanyak 1. Sedangkan untuk Pertambangan dan Pariwisata lebih kecil dari 1. Tabel 1. Keterkaitan Riset Insenttif Ristek dengan Program Utama MP3EI. No Program Utama 2009 2010 2011 Jumlah 1 Pertanian 2 1.420 60 1.482 2 Pertambangan 2 10 5 17 3 Energi 0 769 74 843 4 Industri 12 663 123 798 5 Kelautan 0 285 18 303 6 Pariwisata 0 22 3 25 7 Telematika 34 542 38 614 8 Pengembanga n Kawasan Strategis 0 47 6 53 9 Tidak masuk 3 372 2 377 Total 53 4.130 329 4.512 Dari judul judul insentif ristek tersebut ada sekitar 19 atau 843 judul riset berkaitan dengan bidang energi. Judul riset yang berkaitan bidang energi diantaranya pada riset energi terbarukan meliputi panas bumi, angin, batubara peringkat rendah, biofuels termasuk biodiesel dan bioethanol, biomasa dan biogas, surya-fotovoltaik, hidrogen dan fuel-cell, nuklir, energi laut, termasuk gelombang dan arus laut, coal bed methane, dan konservasi energi. Riset pengembangan panas bumi dan pengembangan pembangkit listrik biomassa di daerah terpencil banyak dijadikan tema riset pada program Insentif Ristek 2009- 2011. Banyak judul-judul riset energi tentang panas bumi terutama didasarkan karena potensi panas bumi Indonesia sebesar 27.000 MW merupakan potensi terbesar di dunia. Potensi panas bumi yang besar ini dapat menjadikan Indonesia sebagai center of excellence atau center of research dalam pengembangan panas bumi. Selain potensi panas bumi sebagai judul riset, potensi biomassa juga sebagai topik utama tema riset pada program insentif ristek ini. Gambar 2. Presentase Keterkaitan Insentif Ristek yang Berhubungan Program Utama MP3EI. Kebutuhan transportasi meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. MP3EI menuangkan sektor transportasi masuk dalam 22 kegiatan ekonomi utama. Kegiatan ekonomi utama tersebut meliputi kakao, peternakan, perkayuan, minyak dan gas, batubara, nikel, tembaga, bouksit, perikanan, pariwisata, pertanian pangan, jabodetabek area, kawasan nasional selat sunda, peralatan transportasi, telematika, perkapalan, tekstil, makanan, minuman, besi baja, alutsita, kelapa sawit, dan karet. Judul-judul penelitian insentif ristek selain dikelompokkan dalam program utama MP3EI juga kemudian dikelompokkan satu persatu berkaitan dengan 22 kegiatan ekonomi utama. Tabel 2 . Keterkaitan Riset Insentif Ristek dengan Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI. No . Kegiatan Ekonomi Utama Insentif Ristek Jumla h 2009 2010 201 1 1 Perkapalan 29 7 36 2 Tekstil 1 1 3 Makanan minuman 1 280 26 307 4 Besi baja 2 5 3 10 5 Alutsista 251 34 285 6 Kelapa Sawit 1 55 2 58 7 Karet 5 5 8 kakao 37 1 38 9 Peternakan 271 11 282 66 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 10 Perkayuan 23 1 24 11 Minyak dan Gas 5 312 62 379 12 Batubara 6 3 9 13 Nikel 14 Tembaga 15 Bouksit 16 Perikanan 279 13 292 17 Pariwisata 36 2 38 18 pertanian Pangan 1 706 34 741 19 Jabodetabek Area 11 4 15 20 KSN Selat Sunda 4 2 6 21 Peralatan Transportasi 185 22 207 22 Telematika 35 561 44 640 tidak masuk 8 1073 58 1139 TOTAL 4.66 8 1.628 635 6.931 Dari data yang ada total 4.067 kegiatan riset, setelah dilakukan kajian keterkaitan dengan program kegiatan ekonomi utama MP3EI menjadi 6.931 kegiatan riset atau naik 10,94. Dengan data tersebut yang ada keterkaitannya dengan Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI bidang transportasi yaitu masalah peralatan transportasi sebesar 207 judul riset atau sekitar 5. Judul- judul riset yang berkaitan masalah transportasi adalah perkapalan sebesar 36 judul atau sekitar 1. Program riset Insentif Ristek milik Kementerian Ristek ini merupakan contoh salah satu data yang dapat memberikan gambaran kondisi riset di Indonesia yang berkaitan dengan program pembangunan sesuai visi misi MP3EI. Database yang memberikan gambaran secara lengkap tentang perkembangan iptek di Indonesia termasuk sumber daya manusia sangat diperlukan agar memudahkan hasil-hasil riset diterima dan ikut berperan dalam pembangunan. Gambar 3. Persentase Keterkaitan Insentif Ristek yang Berhubungan Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI. Pembangunan sektor energi dan transportasi mengalami peningkatan seiring pertambahan penduduk serta laju pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Penyediaan energi untuk transportasi terus meningkat seiring pertambahan sarana transportasi. Selama kurun waktu 2000-2011, sektor transportasi mengalami laju pertumbuhan per tahun terbesar yaitu mencapai 6,47 per tahun, disusul sektor komersial 4,32, dan sektor industri 3,05. Tingginya pertumbuhan konsumsi energi final sektor transportasi karena pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 15 dan tingginya laju pertumbuhan sektor komersial karena pesatnya peningkatan pertambahan hotel, mall, dan gedung. Sugiono,2012. Tingginya laju pertumbuhan sektor transportasi perlu diwaspadai karena sebagian konsumsi energinya masih menggunakan BBM yang disubsidi oleh pemerintah. Sebagian pemanfaatan energi di Indonesia masih disubsidi, antara lain bensin premium, minyak solar, biofuel untuk transportasi, minyak tanah untuk konsumen tertentu, paket LPG tabung 3 kg, dan listrik untuk konsumen tertentu. Gambaran secara umum terhadap subsidi energi menunjukkan bahwa target subsidi energi yang ditetapkan antara 13-14 pada RAPBN selalu terlampaui. BPPT, 2013. Mengingat tingginya penggunaan bahan bakar minyak dalam penggunaan energi final, maka penggunaan bahan bakar alternatif perlu terus didorong. Terutama sebagai substitusi BBM seperti biofuel. CNG juga 1.Perkapalan 1 2 .Tekstil 3.Makanan minuman 7 4 .Besi baja 5.Alutsista 6 6.Kelapa Sawit 1 7. Karet 8. kakao 1 9.Peternakan 6 10 .Perkayuan 1 11. Minyak dan Gas 8 12.Batubara 13. Nikel 14 Tembaga 15 Bouksit 16. Perikanan 6 17 Pariwisata 1 18. pertanian Pangan 16 19.Jabodetabek Area 20. KSN Selat Sunda 21.Peralatan Transportasi 5 22 .Telematika 14 0. tidak masuk 25 Keterkaitan Insentif Ristek dengan Kegiatan Ekonomi MP3EI 67 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 mulai dipertimbangkan oleh Pemerintah untuk mensubstitusi premium yang penggunaannya terus meningkat. Penggunaan batubara untuk kebutuhan industri terus meningkat, namun pangsanya masih jauh dibawah BBM. Meskipun penggunaan batubara meningkat, namun pada tahun 2015 pangsanya menurun menjadi 11,6 dimana pada tahun tersebut pangsa penggunaan gas bumi dan LPG meningkat menjadi 20,7. Penggunaan gas bumi dan LPG yang didominasi sektor industri dan rumah tangga akan terus meningkat, kemudian pangsanya akan merosot karena pasokan gas akan terus menurun sesuai dengan kemampuan produksinya, sehingga pada tahun 2030 pangsanya sebesar 14,8. Meskipun penggunaan BBG terus dikembangkan namun karena infrastruktur pasokannya belum memadai sehingga sampai saat ini pengembangan BBG untuk transportasi masih banyak mengalami kendala. Sedangkan penggunaan minyak bakar dan minyak tanah untuk transportasi secara teknologi mulai ditinggalkan karena kurang efisien. Ketergantungan pada BBM impor yang semakin besar, harga minyak yang cenderung meningkat, subsidi yang sulit dihentikan, dan penggunaan energi yang sangat boros, serta pertumbuhan penduduk masih tinggi, akan membawa kehidupan ke berbagai permasalahan dan menghambat pembangunan nasional. Jika kondisi buruk ini doomsday terjadi, maka sulit untuk memperbaikinya. Untuk itu peran riset di bidang energi untuk transportasi sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal ini. Riset yang teruji serta siap untuk diimplentasikan serta didukung oleh kebijakan pemerintah. Riset transportasi yang perlu digarap meliputi riset keselamatan pengguna jalan raya, sistem transportasi cerdas, transportasi kereta api, logistik, penerbangan, transportasi perkotaan, transportasi umum, transportasi ekonomi, transpor basis data dan berbagai isu transportasi. Riset penerapan kendaraan hemat bahan bakar telah banyak dikerjakan oleh LIPI, BPPT dan Perguruan Tinggi. Riset konversi kendaraan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas banyak mengungkap penghematan negara. Penggunaan BBN dan BBG sebaiknya semakin didorong untuk mensubstitusi minyak solar dan bensin. Pemerintah dengan berbagai kementerian yang dimilikinya diharapkan mendorong transfer pengetahuan dan teknologi kendaraan hemat bahan bakar. PENUTUP Riset Penelitian Insentif Ristek yang terdata pada OMRC Open Method of Research Coordination di DRN yang terdiri dari 4.067 judul riset pada tahun 2009 – 2011 memiliki keterkaitan dengan program pembangunan di dalam MP3EI. Dari judul judul riset yang telah terdata ada sebannyak 19 riset berkaitan dengan bidang energi dan ada 6 berkaitan dengan bidang transportasi meliputi riset alat transportasi dan perkapalan. Riset bidang energi dan transportasi saat ini menjadi hal penting mengingat masalah transportasi dan energi di Indonesia menjadi masalah utama. Riset yang berkaitan dengan bidang energi dan transportasi program Insentif Ristek sebaiknya dilakukan pendataan ulang kemudian ditelusur dan dilakukan kajian untuk bisa diteruskan menjadi riset yang menghasilkan produk siap di industrialisasi serta siap menunjang pembangunan nasional bidang energi dan transportasi. Kesiapan riset dalam menunjang pembangunan nasional bidang energi dan transportasi dapat tercapai jika DRN terus bekerjasama dan mendapat dukungan Dewan Energi Nasional serta dukungan dari berbagai kementrian yaitu kementerian lainnya seperti Kemenristek, Kemendikbud, Kemenhub, Kemen ESDM dan Lembaga-Lembaga Litbang baik pemerintah maupun swasta. Konsorsium- konsorsium riset bidang industri dan transportasi yang terdiri dari berbagai elemen riset handal serta dukungan industri akan memudahkan dan mempercepat hasil riset menuju industri dan siap menunjang pembangunan nasional. Peranan penelitian bidang energi dan transportasi menjadi semakin jelas dalam mendukung kebijakan energi kedepan yang berbasis teknologi. Dengan penerapan iptek, penyediaan energi dapat diantisipasi lebih dini agar tak terjadi skenario buruk kelangkaan BBM. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Agus Hartanto selaku anggota Dewan Riset Nasioanal yang telah memberikan kepercayaan penulis menjadi bagian dari tim analisis data-data riset di Dewan Riset Nasional tahun 2012. 68 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 DAFTAR PUSTAKA Adibroto, T. 2007. Peran Negara Dalam Pembangunan Riset. BEM ITS Surabaya, Simposium Nasional 25 Maret 2007. Aminullah, E., 1994. Rekayasa Ulang Manajemen Riset di Sektor Publik. Berita IPTEK Tahun ke 38, No.1, Jakarta. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,

2013. Indonesian Energy Outlook 2013, Perpustakaan Nasional RI, ISBN 978-979-

95202-9-6 Hartanto, A., Sudibyo, H. 2012. Pembahasan Integrasi MP3EI dengan Topik ARN dan Kegiatan Riset dalam OMRC. Bandung, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik. Kementrian Riset dan Teknologi, 2006. Buku Putih Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan Mendukung Keamanan Ketersedian Energi 2025, Jakarta. Kementrian Riset dan Teknologi, 2010. Agenda Riset Nasional 2010-201, Jakarta Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian 2011. Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI. Jakarta. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005 Blue Print Pengelolaan Energi Nasional. Jakarta. Sugiono, A., 2012. Data Historis Konsumsi Energi dan Proyeksi Permintaan-Penyediaan Energi di Sektor Transportasi, Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012 69 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Potensi dan Pemanfaatan Energi Listrik Baru dan Terbarukan di Indonesia: Inovasi, Kebijakan, dan Tantangannya 4 The Potential and Use of Renewable Energy for Electricity In Indonesia: Innovation, Policy, and Its Challenges Anugerah Yuka Asmara 1 , Sigit Setiawan 2 , 1,2 Pusat Penelitian Perkembangan IPTEK-LIPI, Lantai 4 Gedung A PDII LIPI, Jakarta Selatan, 12710 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Electric need Renewable energy Inovation Policy Kata Kunci: Kebutuhan listrik Energi terbarukan Inovasi Kebijakan The need of energy for electricity in Indonesia from 2013 year up to 2023 year is predicted to be increased from 189 Terra watthour TWh to 386 TWh average growth is 8,4 per year. Recently, electricity provided by the state electricity company PLN until September 2013 with total capacity of generator and Independent Power Producer IPP is accounted for 40.533 Mega Watt MW. This capacity does not include the source from rent generator which is accounted for 2.933 MW. In fact, most of regions in Indonesia such as Kalimantan, Sumatera, eastern part of Indonesia, and other isolated areas, the availability of electricity is often in deficit. Therefore, PLN accelerated the development of new PLTU in many targeted areas. In addition, PLN has also initiated to develop many sources of renewable energy for electricity such as solar cell, microhdyro, biomass, wind, and ocean tide. This study uses qualitative approach to explain the potential of renewable energy for electricity to be produced massively and be profitable for PLN. The finding of this study is that there are two prominently renewable energy sources used by PLN to supply electricity in Indonesia. Several innovations have been conducted to improve the capability of alternative energy for electricity. Hence, strong governmental support both at the central and local level is inevitably needed to improve and to expand the use of renewable energy in Indonesia. S A R I K A R A N G A N Kebutuhan energi listrik di Indonesia antara tahun 2013 dan 2023 diperkirakan akan meningkat dari 189 Terra watthour TWh menjadi 386 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,4 per tahun. Saat ini energi listrik yang disediakan oleh Perusahaan Listrik Negara PLN hingga September 2013 dengan kapasitas terpasang pembangkit PLN dan Independent Power Producer IPP adalah 40.533 Mega Watt MW, namun jumlah itu tidak termasuk pembangkit sewa sebanyak 2.933 MW. Faktanya, di sebagian besar wilayah Kalimantan, Indonesia bagian timur dan Pulau Sumatera, khususnya daerah-daerah terpencil, ketersediaan listrik sering mengalami defisit. Karena itu, selain PLN mempercepat pembangunan PLTU baru di sejumlah wilayah, PLN juga berinisiatif mengembangkan berbagai sumber pembangkit energi listrik baru dan terbarukan EBT seperti energi solar, mikro hidro, biomass, angin, dan kelautan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berupaya menjelaskan adanya potensi dari tiap sumber energi EBT yang dapat diproduksi secara masif dan bernilai ekonomi bagi PLN. Temuan studi ini ialah ada dua sumber energi alternatif unggulan yang sudah digunakan oleh PLN guna memenuhi kebutuhan energi listrik di Indonesia. Berbagai inovasi pun dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sumber energi alternatif tersebut. Untuk itu, dukungan kuat dari pemerintah pusat dan daerah amat diperlukan guna pengembangan dan penggunaan energi baru dan terbarukan di Indonesia. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 4 Tulisan ini menjadi bagian studi DIPA 2014 yang sedang berlangsung tentang kebijakan energi solar di Indonesia  Corresponding author : E-mail address: a.yuka.asmaragmail.com 70 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Kebutuhan energi listrik di Indonesia antara tahun 2013 dan 2023 diperkirakan akan meningkat dari 189 Terra watthour TWh menjadi 386 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,4 per tahun. Keterbatasan Perusahaan Listrik Negara PLN dalam menyediakan energi listrik hingga September 2013 adalah 40.533 Mega Watt jumlah kapasitas energi total dari pembangkit milik PLN dan Independent Power Producer IPP. Jumlah tersebut masih belum termasuk pembangkit listrik yang disewa PLN dari pihak swasta sebesar 2.933 MW RUPTL PLN tahun 2013-2022. Keterbatasan PLN dalam menyediakan energi listrik di berbagai wilayah pedalaman, pesisir, dan daerah terpencil menambah persoalan listrik yang dihadapi PLN saat ini. Untuk itu, PLN memiliki program- program penyediaan energi listrik di daerah- daerah tersebut dengan memanfaatkan sumber energi non-fosil. Artinya, PLN sedang dan telah memanfaatkan potensi sumber energi listrik yang dapat terbarukan atau biasa disebut dengan energi baru dan terbarukan EBT. Indonesia merupakan negara yang sebenarnya tidak memiliki cadangan energi fosil yang besar. Cadangan minyak, gas, dan batu bara di Indonesia masih di bawah cadangan per kapita rata-rata dunia. Penggunaan energi Indonesia masih relatif lebih kecil. Konsumsi energi listrik dan energi primer Indonesia tahun 2006 per kapita sebesar 517 kWh dan 0,57 TOE. Sedangkan konsumsi energi primer rata-rata dunia adalah 2463 kWh dan 1,63 TOE Anonim, 2012. Adanya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang mensyaratkan pada tahun 2025 adanya energi bauran sebesar 17 berupa energi baru dan terbarukan EBT dari energi fosil, menjadi salah satu upaya pengembangan EBT yang inovatif di Indonesia. Penerapan energi baru dan terbarukan di Indonesia masih sangat rendah. Misalnya saja untuk pembangkit energi surya baru mencapai 42,72 MWp BPPT 2012 dari potensi maksimal sebesar 112.000 GWp ESDM 2008. Untuk mencapai target yang ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional melalui Kebijakan Energi Nasional diperlukan inovasi-inovasi disemua lini, baik inovasi dari produknya agar lebih sesuai dengan kondisi Indonesia, inovasi proses dalam memproduksi perangkat agar dapat lebih bersaing, dan juga inovasi manajemen dalam rangka mensiasati kebijakan yang berlaku di Indonesia yang seringkali tidak berpihak pada produksi dalam negeri. Oleh sebab itu diperlukan pembahasan mengenai jenis dan bagaimana inovasi yang berkaitan dalam bidang EBT dan kebijakan yang ada di bidang EBT sehingga tantangan untuk dapat mewujudkan Kebijakan Energi Nasional dengan 25,9 energi dari sumber EBT dapat dipenuhi. Tulisan ini pada dasarnya adalah melihat kondisi yang ada pada pemanfaatan EBT di Indonesia. Kondisi yang dilihat adalah : 1. Tipe dari EBT yang ada di Indonesia 2. Inovasi dalam rangka mencapai bauran energi dalam bidang EBT di Indonesia tahun 2025 3. Kebijakan yang ada di bidang EBT Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang ada saat ini dalam pemanfaatan EBT di Indonesia dan bagaimana para pelakunya berinovasi dalam usaha untuk meningkatkan pangsa EBT dalam bauran energi di Indonesia KERANGKA KONSEP Kebijakan Energi Baru dan Terbarukan EBT Makna kebijakan memang tidak memiliki satu definisi konkrit, Wahab 2008 melihat bahwa suatu kebijakan lebih bersifat kontekstual daripada tekstual dengan adanya perubahan dari waktu ke waktu. Sementara Birkland 2001 membatasi pengertian kebijakan publik atau lazim disebut dengan kebijakan saja yang mencakup tidak hanya hukum dan regulasi, melainkan juga konteks, teks, praktik-praktik, diskursus yang membatasi dan membolehkan nilai-nilai yang berlaku termasuk pengenaan terhadap barang dan jasa serta pendapatan, status, dan atribut-atribut nilai lainnya baik positif maupun negatif. Dengan demikian, kebijakan dapat menjadi dua pengertian yang saling mendukung dan menguatkan satu dengan lainnya, pertama hal-hal yang terkait dengan aturan formal dokumen tertulis dan juga aturan informal nilaikebiasan yang berlaku di lingkungan masyarakat. Di dalam ilmu-ilmu alam, energi diartikan sebagai suatu tenagakekuatan yang dapat menggerakkan suatu benda baik itu benda mati maupun benda hidup. Sumber energi dapat berasal sumber daya alam yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui. Dalam studi ini, pengertian energi spesifik pada apa yang dikatakan sebagai energi baru dan terbarukan EBT. Menurut UU RI No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, pasal 1 butir 1, 5, 6, dan 7 menyebutkan bahwa: “Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika” butir 1.“Energi baru adalah 71 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 energi yang ber asal dari sumber energi baru” butir 5; “Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan, laut nomor 6; “Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan” nomor 7. Merujuk pada pengertian kebijakan dan energi baru dan terbarukan EBT di atas, kebijakan energi baru dan terbarukan EBT dapat diartikan sebagai kebijakan yang mendukung penemuan, pemanfaatan, pembangunan, dan pengembangan pembangkit listrik dari sumber terbarukan yang peruntukannya bagi kepentingan publik dan bersifat non-partisan. Inovasi Istilah inovasi menjadi populer di negara- negara maju dalam mendorong perekonomiannya. Inovasi merupakan suatu kegiatan yang tidak sekedar riset dan pengembangan, melainkan juga mencakup proses yang mana perusahaan menguasai dan menghasilkan desain produk dan proses manufaktur yang sifatnya baru bagi mereka, dan diaplikasikan di suatu negara atau bahkan dunia Nelson dalam Mani, 2002. Inovasi memiliki beberapa definisi. Definisi inovasi menurut survey ABS Australia dalam Mark Rogers 1998 yang menyatakan bahwa inovasi adalah semua barang dan jasa yang baru atau telah diperbaharui secara substansial yang telah dikomersialkan, atau proses baru atau yang diperbaharui secara substansial yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa komersial. Selain itu Godin 2008 menyatakan bahwa menurut Stern dalam Godin 2008 inovasi merupakan sebuah penggunaan dari sebuah invensi dan akibat sosial yang diakibatkan dari penggunaan tersebut. Dengan melihat beberapa sumber di atas, dapat digunakan definisi campuran seperti yang telah dicantumkan oleh Fizzanty, dkk 2013 yaitu: “Inovasi adalah penggunaan sebuah invensi, atau hal baru yang dapat dipergunakan oleh masyarakat”. Inovasi sendiri menurut UNESCO UNESCO, 2005 mencakup atas inovasi produk; inovasi proses; inovasi pemasaran; dan inovasi organisasi. Untuk melakukan inovasi dibutuhkan sebuah sistem inovasi. Pada saat ini telah ada 6 generasi model dari sistem inovasi. Menurut Niek Du Preez dan Luis Louw 2008 ke 6 generasi inovasi ini adalah: Tabel 1. Model dan Generasi Inovasi Model Generasi Karekteristik Technology Push 1 Proses linier sederhana, menekankan litbang dan Science Market Pull 2 Proses linier sederhana, menekankan pada marketing, pasar sebagai ide dari litbang Coupling Model 3 Adanya interaksi dan umpan balik antara elemen-elemen inovasi yang menekankan integrasi litbang dan pemasaran Interactive Model 4 Kombinasi model push-pull, integrasi dalam organisasi, yang menekankan pada linkage eksternal Network Model 5 Menekankan dari akumulasi knowledge dan linkage eksternal, integrasi sistemik, dan networking secara ekstensif Open Innovation 6 Ide internal dan eksternal dan juga alur internal dan eksternal ke pasar dapat dikombinasikan untuk mendorong perkembangan dari teknologi baru Sumber: Niek Du Preez dan Luis Louw 2008 Dalam inovasi tidak semua ide akan terwujud dalam inovasi. Hanya sekitar 1 ide akan dapat diimplementasikan atau menjadi produk di pasaran. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1. Corong Inovasi Sumber: Cooper, 2001 Corong inovasi ini akan digunakan untuk menjelaskan kegagalan dari perubahan ide ke invensi dan ke inovasi. Corong inovasi digambarkan sebagai satu proses natural dimana inovasi akan terjadi. Dalam tiap tahapan proses itu ada terjadi pemasukan dan pengeluaran ide atau knowledge ke dan dari aktor yang ada di luar sistem inovasi itu. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperbesar corong inovasi sehingga lebih banyak inovasi yang dapat terjadi 72 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 atau adanya pendapatan yang terjadi selama tahapan di corong inovasi tersebut, sehingga daya yang dikeluarkan untuk melakukan inovasi dapat diturunkan. METODE PENELITIAN Studi ini merupakan perpaduan antara studi literatur dan studi lapangan dengan komposisi yang didominasi oleh studi literatur pustaka. Data di lapangan menjadi informasi pelengkap dan mendukung untuk menguatkan berbagai isu dan konsep yang ditemukan dalam telaah review. Metode penelusuran informasi dilakukan mulai minggu pertama bulan Juli 2014 hingga pertengahan minggu kedua bulan September 2014 dengan menelusuri berbagai buku, jurnal ilmiah, artikel, media massa, dokumen perencanaan, dokumen teknis pelaksana, dan dokumen lain yang terkait dengan bahan kebijakan EBT baik kasus di luar negeri maupun di Indonesia. Sementara data lapangan dilakukan pada bulan pertengahan Mei 2014 Juli akhir 2014, dan pertengahan bulan September 2014. Teknik analisis yang digunakan ialah deskriptif-kualitatif yang cenderung menguraikan dan membahas hasil temuan lapangan dan literatur menjadi suatu gambaran kondisional dari kebijakan EBT di Indonesia. Kondisional di sini maksudnya ialah informasi yang dianalisis dalam studi ini didasarkan pada keterbatasan data yang terkumpul dan keadaan kebijakan EBT di Indonesia secara umum pada waktu riset dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi dan Pemanfaatan EBT di Indonesia Sebagai bidang jasa penyediaan tenaga kelistrikan di Indonesia, PLN telah melakukan pemanfaatan potensi energi baru dan terbarukan baik skala besar maupun skala kecil. Skala besar ialah pembangkit listrik tenaga air PLTA dan pembangkit listrik tenaga panas bumi PLTP, sementara skala kecil ialah pembangkit listrik tenaga surya PLTS, pembangkit listrik tenaga mikro hidro PLTMH, pembangkit listrik tenaga bio massa, pembangkit listrik tenaga bayu, pembangkit listrik tenaga kelautan pembangkit listrik tenaga coal bed methane CBM, dan potensi penjajagan tenaga nuklir sebagai energi alternatif.

a. Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA

PLTA menjadi pembangkit listrik berbiaya murah dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti PLTA Karangkataes dan Sengguruh di Malang-Jawa Timur, PLTA Kedung Ombo di Jawa Tengah, PLTA Jati Luhur di Purwakarta-Jawa Barat, PLTA Maninjau di Sumatera Utara, dan berbagai daerah lainnya. Menurut RUPTL PLN Tahun 2013-2022,potensi tenaga air di Indonesia berdasar Hydro Power Potential Study HPPS tahun 1983 dan di tahun 1993 adalah 75.000 MW. Di satu sisi, laporan Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon Koei tahun 2011 mengungkap bahwa potensi tenaga air ialah 26.321 MW yang terdiri dari proyek yang sudah beroperasi 4.338 MW, proyek yang sudah direncanakan dan sedang konstruksi 5.956 MW, dan potensi baru. Saat ini sumber daya air masih menjadi energi terbarukan yang paling banyak dikembangkan oleh PLN.

b. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTP

PLN telah membangun PLTP di beberapa wilayah di Indonesia seperti PLTP Kamojang di Garut Provinsi Jawa Barat, PLTP Lahendong yang berdiri tahun 2001, PLTP Tompaso yang beroperasi di tahun 2008, dan dan PLTP Kotamobagu yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Menurut catatan yang dirilis oleh WestJEC tahun 2007 tentang Master Plan Study for Geothermal Power Development in the Republic of Indonesia, potensi PLTP di Indonesia yang dapat diesklpoitasi adalah 9000 MW, tersebar di 50 wilayah, dengan potensi minimal 12.000 MW RUPTL PLN Tahun 2013-2022.

c. Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS

PLN akan mengembangkan 1000 PLTS di Indonesia yang sulit terjangkau listrik untuk mempercepat rasio elektrifikasi. PLTS ini akan dikembangkan berupa PLTS komunal atau dengan metode hybrid. Hal ini akan didukung dengan program SHS panel surya + lampu LED dengan baterai di dalamnya yang ditempatkan di beberapa provinsi yang rasio elektrifikasinya dalam waktu 5 tahun belum akan mendapatkan listrik konvensional RUPTL PLN Tahun 2013- 2022. Saat ini PLN telah mengembangkan beberapa PLTS baik yang off-grid maupun non- grid di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di area Bunaken, Pulau Bangka-Belitung, Kepulauan Seribu. Hampir seluruh lokasi pengembangan PLTS terletak di daerah terpencil, pedalaman, perbatasan negara, dan daerah lainnya yang dikarenakan minimnya infrastruktur dan sarana transportasi.