Penggunaan media sosial dan digital
34
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
PENDAHULUAN Produk olahan daging sapi merupakan salah satu
produk hasil ternak yang populer di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tingginya
jumlah pemotongan sapi, sebagai contoh di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 kebutuhan
sapi yang mencapai 687.457 ekor. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan ketersediaan
populasi sapi potong yang hanya mencapai 422.989 ekor Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Jawa Barat, 2012. Ketersediaan yang terbatas, permintaan dan kebutuhan akan daging
sapi yang tinggi berdampak pada melambungnya harga daging sapi. Kondisi tersebut dan ditambah
dengan rendahnya kesadaran aktor dalam rantai penyediaan daging sapi yang memicu muculnya
berbagai kecurangan sehingga berbagai aspek mutu terabaikan.
Maraknya kecurangan
yang terjadi
menyebabkan kegelisahan dan ketidaknyamanan konsumen ketika mengkonsumsi produk olahan
daging sapi. Konsumen membutuhkan informasi yang lebih untuk meyakinkan bahwa produk yang
dikonsumsinya telah memenuhi syarat mutu yang baik. Terlebih di Indonesia masyarakatnya
memiliki pertimbangan kehalalan atas produk yang
dikonsumsinya sehingga
memerlukan jaminan mutu dan kehalalan sepanjang proses
produknya dari hulu hingga konsumen. Dalam kaitan mutu dan halal serta membangun sistem
informasi terkait penjaminan halal sepanjang rantai pasoknya menjadi hal yang sangat penting
Purnomo, 2011.
Selain menjadi menjadi syarat religius bagi umat muslim, aspek halal merupakan konsep
mutu pangan tertinggi Dahlan, 2010. Penerapan produksi halal secara utuh dapat menjamin mutu
pangan secara umum. Dengan kata lain dengan terjaminnya halal maka aspek mutu lain sudah
pasti terpenuhi. Kendala yang ada saat ini adalah sulitnya mendapatkan informasi terkait halal yang
menyeluruh dari sektor hilir ke hulu. Dengan kata lain produk halal memiliki kemampuan telusur
yang masih rendah. Luas dan rumitnya jaringan distribusi pada rantai pasok produk olahan daging
sapi menjadi sebuah kendala besar dalam penelusuran produk sehingga data atau dokumen
terkait penjaminan mutu dan halal tidak terekam dan terdistribusi dengan baik dari satu aktor ke
aktor lainnya Razad-Syah, 2012.
Kemudahan telusur
produk halal
seharusnya diusahakan oleh setiap aktor dalam pembentukan produk sesuai dengan tuntutan dan
aturan pemerintah. Tuntutan kemudahan telusur sebuah produk telah diisyaratkan oleh pemerintah
melalui
Peraturan Meteri
Pertanian Nomor:20Permentan OT.14022010 Tentang
Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian pada Pasal 19 Ayat 1 yang menyatakan bahwa
sistem ketelusuran harus diterapkan dalam rantai pasokan pangan segar hasil pertanian sesuai
kebutuhan.
Perkembangan teknologi yang terjadi begitu pesat dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
ketidakmampuan telusuran produk olahan sapi. Pemanfaatan
teknologi dilakukan
untuk meningkatkan efisiensi pengawasan dan efisiensi
penyebaran informasi mengenai jaminan halal. Seperti yang dilakukan oleh Thailand, Thailand
begitu fokus mengembangkan sistem informasi berbasis
ICT information
communication technology sebagai upaya penjaminan kehalalan
produk Dahlan, 2010. Dengan memanfaatkan sistem informasi tersebut, penelusuran kehalalan
produk menjadi lebih efisien, efektif, dan dapat menjangkau setiap pemangku kepentingan yang
ada sehingga hal tersebut berdampak langsung pada keterjaminan produk halal Thailand.
Identifikasi Masalah
1. Luas dan rumitnya jaringan distribusi
pada rantai pasok produk olahan daging sapi menjadi sebuah kendala besar dalam
penelusuran produk. 2.
Belum adanya
sistem informasi
menyangkut ketelusuran produk halal yang dapat mempermudah penelusuran
dalam rantai pasok produk olahan daging sapi.
Tujuan
1. Mengidentifikasi model rantai pasokan produk olahan daging sapi.
2. Merancang sistem informasi untuk mendukung ketelusuran pada rantai pasok
produk halal olahan daging sapi terutama pada jenis produk bakso.
Manfaat
1. Deskripsi
dan penjabaran
jaringan distribusi pada rantai pasok produk dapat
menjadi pengetahuan bagi masyarakat secara umum mengenai kerangka rantai
pasok produk turunan sapi sehingga dapat memberikan
gambaran menyangkut
penelusuran produk halal berbasis turunan sapi.
2. Informasi ketelusuran produk halal yang
dibangun diharapkan dapat membantu dan mendukung ketelusuran pada rantai pasok
produk halal berbasis olahan daging sapi.
Batasan Penelitian
Produk olahan sapi yang diamati dibatasi hanya pada produk yang berbasis daging sapi
35
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
yaitu bakso sapi. Alasan pemilihan baso menjadi komoditas
yang diamati
disebabkan oleh
pertimbangan bahwa bakso menjadi komoditas berbasis daging sapi yang populer, namun
maraknya isu negatif menyangkut aspek mutu dan halal pada baso menjadikan komoditas bakso
menarik untuk ditelusuri asal-usul terutama asal- usul daging sapi sebagai salah bahan baku utama.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode perancangan dan menggunakan model waterfall dalam pengembangan sistem
informasi yang akan dirancang. Adapun ilustrasi dari
pengembangan sistem
informasi menggunakan model waterfall disajikan pada
Gambar 1 di bawah ini. Tahapan dimulai dengan tahapan analisis
untuk mengumpulkan data dan informasi terkait sistem yang diamati rantai pasok produk halal
berbasis olahan daging sapi. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan survei. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara dan observasi langsung. Data yang
telah terkumpul diolah dengan pendekatan deskriptif yaitu menjabarkan hasil survei kedalam
sebuah narasi agar mudah dipahami.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga Juli 2014 di beberapa daerah di Jawa
Barat sebagai daerah tujuan survei, yaitu Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung dan
Kabupaten Bogor.
Pengolahan data
dan perancangan sistem informasi dilakukan di
Laboratorium Sistem Informasi dan Manajemen Pertanian, Departemen Teknik dan Manajemen
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
LITERATUR Analisis Sistem
Hasil dari tahapan analisis sistem menjadi konsep dasar perancangan dan ditambah dengan
studi literatur terkait dengan syarat-syarat sebuah sistem
ketelusuran. Pembangunan
sistem bertujuan untuk mendukung ketelusuran produk
sehingga penentuan
fungsi utama
sistem didasarkan pada standar fungsi dari sebuah sistem
ketelusuran traceability system. Fungsi utama yang harus ada atau kemampuan yang harus
dicapai sistem disajikan pada Gambar 2. Sistem informasi yang dibangun merupakan sistem
informasi ketelusuran produk halal berbasis website. Tiga alasan pemilihan website menjadi
platform sistem informasi disebabkan karena melalui website, informasi yang ada pada sistem
informasi yang dibangun dapat tersebar atau dijangkau secara luas karena jangkauan koneksi
internet yang
menjadi penunjang
dalam mengakses website berkembang semakin luas.
Selain itu, sekarang untuk mengakses internet sangat mudah karena fasilitas sudah tersebar luas.
Dengan website diharapkan informasi dapat tersebar secara luas dan tidak terbatas. Pelacakan
atau penelusuran perjalanan pembentukan produk dilakukan dengan konsep upstream traceability
atau penelusuran yang dilakukan dari arah hilir ke hulu, dengan berfokus pada aktor pengolah ke
pemasok daging PD lalu ke lokasi potong hewan. Adapun alur penelusuran disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3
mengilustrasikan proses
penelusuran yang dilakukan pada aktor terkait pembentukkan produk
bakso. Penelusuran dilakukan dari sektor hilir ke sektor hulu
upstream traceability. Penelusuran diawali dari pengolah berlanjut ke pemasok daging sapi hingga
ke unit pemotongan hewan TPHRPH. Tiga aktor utama yang ditelusuri berpedoman pada
proses penelusuran yang dilakukan oleh LPPOM- MUI dalam proses sertifikasi halal. Selain itu
penelusuran karena dengan serangkaian proses yang ada di unit pemotongan seharunya
kecurangan pada sapi dari sektor hulu dapat teridentifikasi di unit pemotongan. Selain itu di
unit
pemotongan terdapat
proses pemotonganpenyembelihan yang menjadi titik
paling kritis dan menentukan kehalalan daging dan produk turunan sapi lainnya. Selama proses
survei diketahui
bahwa sumber
pasokan didominasi oleh pasokan sapi dari Jawa Tengah
dan Jawa Timur sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelusuran hingga ke asal
pasokan sapi.
Variabel yang diamati adalah variabel sumber daya 5 M Machine, Material Method,
Man, Money
dari masing-masing
aktor. penelusuran yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi terkait sumber daya 5M dari aktor. Tahap awal adalah melakukan penelusuran ke
masing-masing aktor Industri Pengolah, Pemasok Daging dan Rumah Potong HewanRPH.
Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian pada masing-masing kondisi sumber
daya 5M aktor. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan diskusi bersama pakar terkait dengan
kondisi
eksisting sumber
daya. Adapun
mekanisme penelusuran disajikan pada Gambar 4. Setelah
didapatkan ruang
lingkup penelusuran
maka dilakukan
studi kasus
penelusuran mulai dari pengolah hingga ke unit pemotongan. Hasil dari penelusuran berupa data
ketelusuran akan menjadi konten dalam sistem informasi. Studi kasus penelusuran dilakukan pada
dua pengolah bakso sapi kemasan yang ada di
36
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Kota dan
Kabupaten Bandung.
Kegiatan dilanjutkan dengan pengembangan konsep dasar
perancangan maka tahapan selanjutnya adalah perancangan sistem informasi .
Perancangan sistem dengan menggunakan Data Flow Diagram DFD maka di buat terlebih
dahulu Data Context Diagram DCD yang menggambarkan sistem informasi secara umum.
Berdasarkan DCD pada Gambar 5, terdapat tiga aktor eksternal yang berkaitan dengan sistem
informasi. Setiap aktor tersebut memiliki hak akses yang berbeda seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Terdapat dua jenis arah panah dalam DCD. Pertama adalah arah panah menunjuk ke
sistem informasi. Hal tersebut berarti bahwa aliran data masukkan input bagi sistem. Sebaliknya
jika arah panah keluar dari sistem maka aliran data adalah output sistem.
Aktor pertama adalah pengunjung. Pengunjung memiliki peran sebagai penerima informasi yang
telah diolah oleh sistem dengan bantuan administratorsuper administrator. Informasi yang
diterima oleh pengunjung adalah informasi ketelusuran produk halal. mulai dari pengolahan
produk hingga asal-usul sumber pasokan daging yang digunakan dalam pembuatan produk olahan.
Sedangkan adminisitrator merupakan aktor yang menegelola sistem sehingga informasi yang ada
dalam sistem dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan sistem terdiri dari penginputan data-
data, perubahan data jika terdapat kesalahan atau perbaikan yang harus dilakukan, dan penghapusan
data. Data administrator dikelola oleh super administrator. Dengan kata lain hanya super
administrator yang memiliki level akses untuk menambahkan admin baruSetelah didapatkan
model DCD maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan Data Flow Diagram DFD. DFD
disusun untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai fungsional sistem informasi yang dikembangkan
Shalahuddin dan Rosa, 2013. DFD level 1 merupakan penjabaran lebih lanjut dari DCD.
Administrator memiliki enam kegiatan yang meliputi pengelolaan sistem informasi. Kegiatan
yang pertama adalah aktivitas login, kedua adalah mengelola artikel, yang ketiga adalah mengelola
data aktor, yang keempat adalah mengelola data faktor dan kriteria 5M, kelima adalah pengelolaan
artikel dan keenam adalah pengelolaan data admin. Adapun DFD level 1 dari sistem disajikan
pada Gambar 6. Perancangan Sistem Database Perancangan database dilakukan untuk mengatur
data yang akan disimpan sehingga data akan tersedia ketika dibutuhkan. Adapun entitas data
yang ada dalam database disajikan pada halaman berikutnya. Entitas data merupakan data inti yang
akan dismpan dalam sebuah database. Bedasarkan gambar di atas terdapat empat entitas data yang
harus ada dan disimpan pada sistem informasi, adapun entitas data tersebut yaitu: Entitas Artikel
yang merupakan entitas data yang berisi artikel- artikel terkait rantai pasok dan aspek halal pada
setiap aktor di rantai pasokan produk. Entitas data pengolah yang berisi data ketelusuran
pengolah, mulai dari data umum dan data terkait penilaian
tehadap variabel
5M Machine,
Material, Method, Man, Money dan faktor- faktornya.
1 Entitas data pedagang daging yang berisi data ketelusuran pedagang, mulai dari data
umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method,
Man, Money
dan faktor-faktornya.
Entitas data RPH yang berisi data ketelusuran RPH, mulai dari data umum
dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine, Material, Method, Man,
Money dan faktor-faktornya.
2 Entitas data Admin yang berisi data mengenai admin atau pengurus sistem.
3 Entitas Data Faktor dan Kriteria 5M yang berisi faktor dan kriteria sumberdaya 5M
yang digunakan pada proses penilaian. Terakhir
adalah komentar
yang menyimpan data komentar pengunjung.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perancangan sistem maka
dihasilkan sebuah sistem informasi ketelusuran produk halal berbasis website. Halaman website
dibagi ke dalam dua bagian utama. Bagian pertama adalah halaman admin yang disediakan
untuk pengelolaan sistem informasi. Bagian kedua adalah bagian untuk pengunjung, halaman tersebut
disediakan sebagai sarana jika masyarakat umum ingin mengetahui informasi terkait ketelusuran
produk halal.
Halaman admin
disediakan untuk
mengelola data
ketelusuran dalam
sistem informasi. Untuk mengakes halaman admin
adminadministrator harus
melakukan login
terlebih dahulu. Jika data login yang dimasukkan tidak sesuaisalah maka halaman akan di
redirectdiarahkan kembali
ke halaman
indexhome. Namun jika data admin yang dimasukkan itu sesuai maka admin akan bisa
mengakses halaman admin. Area admin terbagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama adalah
halaman untuk mengelola data aktor terkait data ketelusuran. Bagian kedua adalah halaman yang
disediakan untuk mengelola data pengurusadmin. Bagian ketiga adalah halaman yang disediakan
untuk mengelola data pesankomentar dari pengunjung dan bagian keempat adalah link untuk
37
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
keluar dari sistem logout. Halaman kelola data aktor ketelusuran
disediakan untuk mengelola data ketelusuran mulai dari pengolah hingga ke unit pemotongan
beserta pendukungnya. Halaman ini merupakan navigasi yang
menuntun admin
dalam pengelolaan
data ketelusuran.
Pengelolaan data
ketelusuran meliputi penambahan data ketelusuran, melihat
dan merubah data ketelusuran yang sudah ada, pengelolaan data faktor sumber daya 5M yang
digunakan dalam penilaian aktor, dan pengelolaan artikel yang terkait dengan ketelusuran produk
Halal.
Adapun masing-masing detail dari setiap halaman dibahas di bawah ini. Penambahan data
ketelusuran dimulai dari penambahan data pengolah
dan diakhiri
hingga data
unit pemotongan. Adapun tahapan dari proses tambah
data disajikan oleh gambar di samping. Penambahan data ketelusuran dimulai dari
penambahan data aktor pengolah, pemasok daging dan unit pemotongan yang telah
ditelusuri. Kemudian
dilanjutkan oleh
memasukkan penilaian sumber daya 5M dari masing-masing aktor tersebut. Adapun masing
masing halaman website dari kedua aktivitas disajikan di bawah ini.
Data ketelusuran aktor meliputi informasi umum terutama mengenai identitas aktor dan
kepemilikan dokumen penjaminan mutu dan halal. Setelah data aktor selesai di tambahkan melalui
form pada gambar di atas, maka halaman diarahkan untuk melakukan aktivitas selanjutnya
yaitu penambahan data penilaian sumber daya 5M dari aktor. Penilaian sumber daya 5M dimulai dari
penambahan data terkait sumber daya material hingga sumber daya moneykeuangan. Adapun
tampilan dari halaman penilaian sumber daya 5M disajikan pada Gambar 10.
Halaman data ketelusuran disediakan untuk melihat dan merubah data ketelusuran yang
telah diinputkan pada proses tambah data yang telah dibahas sebelumnya. Adapun tampilan dari
halaman lihat dan editubah data Selanjutnya, merupakan data-data aktor ketelusuran yang telah
ada dalam database, data yang dimaksud adalah data umum berupa identitas aktor dan kepemilikan
dokumen terkait penjaminan halal dan mutu. Sedangkan untuk melihat data hasil input
penilaian terhadap sumber daya 5M dapat dilakukan dengan melakukan klik pada nama
aktor. Adapun tampilan dari lihat data nilai sumber daya 5M disajikan Gambar 11 .
Pengelolaan data admin hanya bisa dilakukan oleh penguruspengelola dengan level
akses super admin. Pengelolaan data admin meliputi tambahan data admin, edit atau ubah dan
hapus data admin. Setelah data admin diisikan pada form yang telah disediakan dan tombol
submit ditekan maka data admin akan tersimpan dalam database. Super admin dapat melihat dan
mengontrol data admin yang ada dalam sistem informasi.
Pada pengelolaan
komentar dari
pengunjung website akan masuk dan disimpan dalam database. Komentar baru memiliki status
pending hal tersebut sebagai salah satu tindakan preventif dari komentar yang tidak layak. Untuk
bisa tampil di halaman website komentar terlebih dahulu diverifikasi oleh admin.Sedangkan pada
halaman pengunjung merupakan halaman yang disediakan untuk menyediakan media agar
masyarakat umum dapat melihat data ketelusuran yang sudah ada dalam database. Perbedaan
dengan area admin adalah pada halaman pengunjung desain halaman dibuat lebih menarik
dan mudah dimengerti. Halaman home merupakan halaman awal yang menyediakan menu navigasi
untuk halaman berikutnya, yaitu menuju ke halaman penelusuran pengolah, pemasok daging
atau penelusuran unit pemotongan. Adapun tampilan dari halaman home ditampilkan pada
Gambar 12.
Pada halaman home terdapat satu fitur yang menjelaskan atau memberikan gambaran
penelusuran produk halal dari sektor hilir hingga ke hulu. Sedangkan menu navigasi pada halaman
home akan mengantarkan pada penelusuran pengolah bakso, pemasok daging dan unit
pemotongan.
Halaman penelusuran dari masing-masing aktor merupakan halaman yang disediakan untuk
melihat data aktor yang sudah ditelusuri. Adapun contoh tampilan dari halaman telusur aktor
disajikan pada Gambar 13. Informasi terkait identitas aktor yang disediakan meliputi nama
aktor dan dokumen penjaminan halal. Jika pengunjung
ingin mengeatahui
lebih jauh
mengenai aktor maka pengunjung dapat memilih tombol telusur sehingga pengunjung akan di
arahkan ke halaman detail aktor. Pada halaman detail disediakan informasi tambahan berupa
informasi mengenai kondisi sumber daya 5M dari aktor. Adapun tampilan dari halaman detail aktor
disajikan pada Gambar 13. Fitur lain yang disediakan dalam penelusuran aktor pengolah
adalah ketelusuran lokasi, baik lokasi pengolah itu sendiri atau lokasi dari aktor eksternal yang terkait
dengan
pengolah. Adapun
tampilan dari
penelusuran lokasi disajikan pada Gambar 14. Tahap pengujian merupakan tahap akhir dari
perancangan sistem informasi ketelusuran produk
38
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
halal. Pengujian difokuskan pada fungsi-fungsi yang ada dalam sistem informasi. Pengujian
dilakukan selama proses implementasi yaitu mengecek hasil pada browser apakah terjadi error
atau tidak. Selain itu dilakukan pengecekan hasil perhitungan manual yang menggunakan MS. Excel
dengan hasil perhitungan yang dihasilkan oleh sistem. Hasil pengujian menyatakan bahwa tidak
ada kesalahan yang ditandai dengan tidak adanya perbedaan antara hasil hitungan manual dengan
yang dihasilkan oleh sistem. Perancangan Sistem Database
Perancangan database dilakukan untuk mengatur data yang akan disimpan sehingga data
akan tersedia ketika dibutuhkan. Adapun entitas data yang ada dalam database disajikan pada
halaman selanjutnya. Entitas data merupakan data inti yang akan
dismpan dalam sebuah database. Bedasarkan gambar di atas terdapat empat entitas data yang
harus ada dan disimpan pada sistem informasi, adapun entitas data tersebut yaitu:
1.
Entitas Artikel yang merupakan entitas data yang berisi artikel-artikel terkait rantai pasok
dan aspek halal pada setiap aktor di rantai pasokan produk.
2. Entitas data pengolah yang berisi data
ketelusuran pengolah, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M
Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor-faktornya.
3. Entitas data pedagang daging yang berisi data
ketelusuran pedagang, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M
Machine, Material, Method, Man, Money dan faktor-faktornya.
4. Entitas data RPH yang berisi data ketelusuran
RPH, mulai dari data umum dan data terkait penilaian tehadap variabel 5M Machine,
Material, Method, Man, Money dan faktor- faktornya.
5. 8 Entitas data Admin yang berisi data
mengenai admin atau pengurus sistem. Entitas Data Faktor dan Kriteria 5M yang berisi
faktor dan kriteria sumberdaya 5M yang digunakan pada proses penilaian. Terakhir
adalah komentar yang menyimpan data komentar pengunjung
PENUTUP Rantai pasokan produk olahan daging sapi terbagi
kedalam dua sektor, yaitu sektor hulu dan sektor hilir. Sektor hulu terdiri aktor penyedia sapi dan
aktor distribusi sapi. Aktor penyedia sapi terdiri dari peternakan rakyat dan perusahaan peternakan.
Sedangkan aktor distribusi adalah pedagang pengumpul sapi. Sektor hilir terdiri dari aktor
distribusi daging dan aktor industri pengolahan.
Untuk mendukung ketelusuran produk halal telah dibuat sebuah sistem informasi berbasis
website yang memfasilitasi penelusuran mulai dari pengolah hingga ke sumber daging yaitu ke unit
pemotongan hewan TPHRPH. Fasilitas yang tersedia dalam website terkait penelusuran dibagi
ke dalam tiga bagian. Bagian pertama menelusuri informasi internal dari aktor, kedua menelusuri
variabel sumber daya 5M dari masing-masing aktor, dan ketiga adalah menelusuri lokasi dari
masing-masing aktor dengan bantuan google maps.
Saran
1. Perlu adanya kesadaran dari setiap aktor
dalam pembentukan produk untuk lebih memperhatikan aspek mutu dan halal.
2. Setiap aktor seharusnya menerapkan
aturan-aturan yang sesuai dengan tuntutan dokumensertifikat mutu atau halal yang
telah dimiliki. 3.
Terdapat beberapa instansi dan lembaga yang
bertanggung jawab
dalam penjaminan produk halal berbasis olahan
daging sapi dan berkoordinasi dengan instasi tersbut menjadi keharusan untuk
berjalannya sistem informasi ketelsuran produk halal.
Studi kasus penelusuran dilakukan hanya pada dua pengolah bakso sehingga perlu ada penelusuran
lebih lanjut untuk menambah jumlah pengolah yang bisa ditelusuri baik pengolah bakso atau
pengolah dengan jenis produk yang berbeda UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Dirjen Dikti Kemendikbud atas dukungan pembiayaan penelitian ini dalam
skema
PUPT 2014,
Kementrian Agama,
Kementrian Pertanian, Pemda Jawa Bara dan Universitas Padjadjaran yang telah banyak
berkontribusi untuk mendukung penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA
Codex
Alimentarius Commision.
2013. Procedural Manual. CAC.
Roma Dahlan, W. 2010. Integrated Halal ST for Halal
Products Integrity . The Halal Science
Center Chulalongkorn University. Thailand. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa
Barat. 2012. Statistik Peternakan 2011 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Jawa Barat. Bandung. Razad-Syah, H. 2012. Sistem Keamanan Pangan
dan Ketelusuran Pada Rantai Pasok Pertanian Studi Kasus pada Rantai Pasok
39
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Daging Sapi. Sucofindo. Shalahuddin dan Rosa. 2013. Rekayasa Perangkat
Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Informatika
. Bandung Purnomo, D. 2011. Strategi Pengembangan
Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global. Institut Pertanian
Bogor
40
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
.
Gambar 1. Model Waterfall
Gambar 2. Standar Kemampuan Sistem Ketelusuran
Analisis Desain
Implementasi Pengujian
41
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 3. Ilustrasi Penelusuran Pada Aktor
Gambar 4. Mekanisme Penelusuran
42
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 5. Data Context Diagram DCD
43
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 6. DFD Level 1
Gambar 7. DFD Level 1
44
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 8. Alur Tahapan Penambahan Data Ketelusuran
Gambar 9. Form Input Data Aktor
1. Tambah Data
Pengolah
2. Penilaian Sumber Daya
Pengolah 3. Tambah
Data Pemasok
4. Penilaian Sumber Daya
Pemasok 5. Tambah
Data Unit Pemotongan
6. Penilaian Sumber Daya
Unit Pemotongan
45
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 10 Halaman Lihat Data Ketelusuran
Gambar 11. Halaman Lihat Hasil Penilaian Sumber Daya 5M Aktor
46
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 12. Halaman Home untuk Pengunjung Website
47
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 13. Halaman untuk Menelusuri Informasi Terkait Identitas Aktor
48
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 14. Halaman Informasi Detail Aktor
Gambar 15. Penelusuran Lokasi Pada Halaman Detail Pengolah
49
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Model Sistem Interoperabilitas Data Sosial Komunitas Pulau Kecil Terluar Indonesia
Model Community Sosial System Data Interoperability Outer Islands Indonesia
Fadjri Alihar
1
, Sri Hargiono
2
1
P2K-LIPI, Gedung Herbarium, Jln. Ir. H. Juanda 22, Bogor
2
P2K-LIPI, Gedung Herbarium, Jln. Ir. H. Juanda 22, Bogor
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
Keywords:
Interoperability Social Data
Management Research
Population Eliminate Poverty
Border Line
Kata Kunci:
Interoperabilitas Data Sosial
Manajemen Penelitian
Penduduk Pengentasan
Kemiskinan Perbatasan.
Eliminating poverty and developing state well being of population is as simple as implementing research and development based on interoperability of data on strong and
well developed social-traditional institutions. In order to eradicating poverty, accomplishing the system in the outer islands of Indonesia could record and utilise any
kinds of social datavariables in a perfect methodologies or research management methods. This interoperability social data systems can be implemented in any kinds of
population. This system is also easing a researcher to analyse communication constructionstructure assessment as comprehensive as possible to the data being
collected in any means of methodologies, such as either qualitative or quantitative for exploration as well as explanatory one. This model system can be conducted in either
comparative methodsociology or rapid comprehensive assessment. This model system can also developed in either form of combining retrospective
study and ex-post facto study with
longitudinal study. Then, trough this model, when it is being implemented in the poor social communities in the outer islands of Indonesia, it is highly most likely that their
poverty will be eradicated near soon. In the future, it will be replaced by increasing their socio-economic weel being. In addition, it is described that using this system
interoperability social data will produce better reaserch and development management process. Therefore those areas of outer islands of Indonesia, as well as its borderline will
be guarded in a strong manners.
S A R I K A R A N G A N
Program peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya penduduk ternyata dapat dilaksanakan dengan bantuan manajemen penelitian dan
pengembangan berbasis sistem interoperabilitas data kelembagaan sosial tradisional yang kuat dan tangguh. Penerapan sistem ini pada komunitas nelayan pulau kecil terluar
Indonesia dapat merekam dan mendaya-gunakan berbagai variabel data sosial dengan baik, guna melakukan proses pengembangan program peningkatan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya. Model sistem interoperabilitas data sosial ini dapat juga diterapkan pada berbagai target populasi. Model sistem ini juga
sangat mempermudah peneliti dalam melakukan analisa struktur-komunikasi communication constructionstructure assessment secara komprehensif terhadap data
yang telah dikumpulkan melalui berbagai macam penelitian. Baik penelitian itu bersifat eksplorasi yang menggunakan metodologi kuantitatif atau kualitatif, maupun penelitian
yang eksplanatori. Model sistem ini dikerjakan melalui mekanisme metoda-komparatif comparative methodsociology, semacam survey terstruktur-terbatas, dipadukan dengan
teknik kualitatif asesmen cepat rapid comprehensive assessment, untuk pengumpulan datanya. Model sistem ini juga dapat dibangun dalam bentuk gabungan antara
retrospective
study dan ex-post facto study dengan longitudinal study. Melalui pengembangan model sistem interoperabilitas data sosial pada komunitas nelayan miskin
pada pulau kecil terluar Indonesia ini, jelas akan berguna bagi peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi-budaya dan pengentasan kemiskinan. Dengan terkelolanya
manajemen penelitian dan pengembangan data sosial secara baik, maka wilayah perbatasan Indonesia dapat terjaga integritas dan ketahanan sosial-ekonomi-budayanya.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Fadjri Alihar Email:
fadjri_aliharyahoo.com
50
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
PENDAHULUAN
Republik Indonesia adalah negara kepulauan berwawasan nusantara, dengan batas
wilayah di laut mengacu pada UNCLOS United Nation Convension on the Law of the Sea
82HUKLA Hukum Laut 82, yang kemudian diratifikasi dengan UU No. 17 Tahun 1985.
Sebagai
negara kepulauan
berwawasan nusantara, Indonesia menghadapi berbagai
persoalan dan ancaman yang berkaitan dengan keutuhan wilayahnya, terutama bagian pulau-
pulau terluar. Ada tiga persoalan utama yang dihadapi pulau-pulau terluar Indonesia, pertama,
sangat rentan terhadap penguasaan sosial- ekonomi-budaya dari negara asingtetangga.
Kedua, sebagian besar pulau-pulau terluar tidak dihuni oleh penduduk. Dengan demikian tidak
ada identitas sosial-ekonomi-budaya Indonesia yang menjadi penanda pada pulau-pulau terluar
itu. Ketiga, kurangnya perhatian pemerintah dalam memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk pulau-pulau terluar, sehingga banyak diantara mereka yang, karena
kemiskinannya, mencari pekerjaan danatau penghidupan yang lebih baik di negara tetangga.
Secara sosial-ekonomi-budaya, mereka ini melakukan mobilitas sosial ke berbagai wilayah
negara tetangga yang terdekat dari domisilinya, guna mencari pekerjaan yang lebih baik.
Setidaknya, mereka berusaha bangkit dari kemiskinannya.
Diantara ketiga faktor tersebut diatas, kiranya faktor penduduk mempunyai peran yang
sangat penting dalam mengamankan dan menjaga pulau-pulau terluar Indonesia dari
daya-tarik atau
pull-factor pengentasan
kemiskinan. Meskipun di negara tetangga terdekat mereka justru mendapatkan perlakuan
yang tidak
layak. Guna
meningkatkan kesejahteraan penduduk, dan mengentaskan
kondisi kemiskinan sosial-ekonomi-budaya pada masyarakatpenduduk pulau-pulau terluar, serta
secara sekaligus untuk menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia dan sekaligus
menunjukkan jati-diri sosial-ekonomi-budaya bangsa tersebut, maka NKRI perlu merancang,
membangun, dan mengembangkan program manajemen
data sosial
yang secara
interoperabilitas mendukung proses pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya masyarakat
nelayan danatau penduduk pulau-pulau kecil terluar itu. Pemerintah harus mempunyai
kemauan politik political will dengan membuat berbagai program pembangunan manajemen
data sosial yang secara interoperabilitas berbasis kelembagaan sosial tradisional yang ada dan
telah secara sosial-ekonomi-
budaya ‘mendarah- daging’ pada norma masyarakat nelayan
danatau penduduk pulau-pulau kecil terluar itu.
Untuk kepentingan itu pemerintah dituntut untuk:
Memfasilitasi danatau
mempermudah berbagai
kelembagaan sosial
tradisionalnon-profit entitas sosial, untuk menunjukkan kepeduliannya, dan juga
kemampuannya mengelola
program- program, terutama program pengentasan
kemiskinan sosial-ekonomi-budaya seperti: kegiatan
ekonomipekerjaan; pendidikanpelatihan; dan kesehatan;
Membantu berbagai kelembagaan sosial tradisionalnon-profit entitas sosial, untuk
mendapatkan data sosialinformasi dari masyarakat, sebagai umpan-balik kepada
mereka dalam
menerapkan program-
program pengentasan
kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan
masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar itu;
Meningkatkan kemampuan para anggota masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil
terluar dalam upaya memperoleh berbagai sumberdaya yang tersedia guna mempererat
kohesi-sosial penduduk, dan juga sekaligus untuk meningkatkan peringkat kesejahteraan
dan kehidupan sosial mereka;
Membantu para anggota masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar dalam upaya
memperoleh berbagai
kemudahan- kemudahan pendanaan guna meningkatkan
taraf hidupnya; Menganalisis setidaknya: memonitoring
dan mengevaluasi berbagai kelembagaan sosial tradisionalnon-profit entitas sosial
yang berkiprah dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat dan pengentasan
kemiskinan
para anggota
masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil terluar
tersebut. Memberikan
insentif bagi
anggota masyarakat kabupaten danatau propinsi di
mana pulau-pulau kecil terluar itu berada, untuk bersedia berdomisili di pulau-pulau
terluar itu. Selama ini pemerintah secara khusus telah memberikan tunjangan kepada
guru-guru dan pasukan TNI yang bersedia ditempatkan
di pulau-pulau
terluar Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP juga telah menggagas program strategis,
51
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
yaitu program Adopsi-Pulau. Program ini mengajak
berbagai kelembagaan
sosial tradisionalnon-profit entitas sosial Corporate
Social Responsibility dari korporasiperusahaan
usaha swasta nasional, BUMN Badan Usaha Milik Negara, dan perguruan tinggi negeri
swasta, untuk memberikan sumbangannya bagi pengembangan
sosial-ekonomi-budaya dan
pengentasan kemiskinan penduduk lokal pulau- pulau
kecil terluar
itu. Program
ini memberikan fasilitas sosial-ekonomi-budaya,
serta sarana dan prasarana, maupun berbagai kemudahan pengembangan usaha di bidang
kelautan dan perikanan, serta bidang-bidang lainnya.
Berbagai persoalan tersebut muncul seiring
dengan dilaksanakannya
program peningkatan kesejahteraan dan juga pengentasan
kemiskinan komunitas-nelayan-miskin pulau- pulau kecil terluar yang diselenggarakan oleh
pemerintah dalam rangka intervensi mengatasi kesulitan
penduduk Indonesia
dalam menghadapi masalah komunitas nelayan miskin.
Masalah komunitas nelayan miskin yang paling jelas dan pasti adalah isu kepercayaan politik
seperti masalah otonomi daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah. Isu ekonomi, seperti
daya beli masyarakat, terganggunya proses produksi barang dan jasa, masalah rantai
distribusi barang dan jasa, meningkatnya jumlah penduduk
miskin, dan
meningkatnya pengangguran, serta masalah penyerapan tenaga-
kerja. Isu pendidikan, seperti meningkatnya jumlah anak putus sekolah, kesulitan membiayai
pendidikan anak, masalah rusaknya sarana pendidikan.
Serta isu
kesehatan, seperti
merosotnya status gizi balita dan anak-anak, ibu hamil, bertambah buruknya kondisi kesehatan
keluarga, bertambah sulitnya memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dan murah.
Berkembangnya berbagai
isu itu,
menunjukkan perubahan
konfigurasi kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-
ekonomi-budaya di dalam masyarakat bangsa Indonesia ini. Di kawasan pedesaan, dengan
demikian, perlu suatu strategi dan kebijakan untuk mengarahkan perubahan itu. Hal ini
penting
demi terciptanya
suatu sistem
peningkatan kesejahteraan dan juga pengentasan kemiskinan komunitas-nelayan-miskin pulau-
pulau kecil terluar dengan basis lokal yang kuat.
Cara yang
tepat-guna dalam
mengantisipasi isu tersebut adalah dengan membangun danatau mengembangkan konsep
interoperabilitas data sosial pada komunitas nelayan pulau kecil terluar Indonesia guna
meningkatkan kesejahteraan-sosial mereka, dan sekaligus
mengentaskannya dari
lembah kemiskinan
sosial-ekonomi-budaya. Pengembangan model sistem interoperabilitas
data sosial ini adalah salah satu komponen penting dalam kerangka manajemen atau
pengelolaan kehidupan
sosial-ekonomi- kependudukan pada komunitas sosial nelayan-
miskin-terpinggirkan di beberapa pulau kecil terluar di Indonesia. Pengembangan model
sistem interoperabilitas
data sosial
ini bersandarkan pada basis kearifan lokalitas
sosial, yang secara fungsional telah ada dalam struktur sosial masyarakat pulau tersebut.
Melalui pengembangan
model sistem
interoperabilitas data sosial inilah dapat dilakukan
rekayasa sosial-ekonomi-budaya,
guna pengembangan
model sistem
interoperabilitas data sosial atau model program- program
peningkatan kesejahteraan-sosial-
ekonomi-budaya; program
pengentasan kemiskinan sosial-ekonomi-budaya masyarakat;
pengembangan model
ketahanan sosial-
ekonomi-budaya masyarakat; kesiapan sosial- ekonomi-budaya masyarakat menghadapi arus
globalisasi sosial-ekonomi-budaya;
dan meningkatkan
peringkat kewaspadaan
masyarakat terhadap intervensi sosial-ekonomi- budaya negara-negara tetangga; serta upaya
perluasan kerjasama dengan berbagai pilihan pemangku kepentingan stakeholder, seperti
kelembagaan
negara kementerian
negaraperguruan tinggi, kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya usaha
milik negara, maupun kelembagaan usaha milik private
orang-peroranganswasta-masyarakat. Cara yang tepat-guna itu adalah melalui
upaya pengembangan
konsep-sistem interoperabilitas data sosial pada komunitas
nelayan pulau-pulau kecil terluar. Karena melalui inilah dapat dikaji kemampuan dua
kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun
kelembagaan
usaha milik
private orang-
peroranganswasta-masyarakat, atau lebih, untuk beroperasibekerja bersama-sama, berhubungan
apapun cara yang diterapkan, tanpa usaha yang berlebihan,
dalam menciptakan
danatau menghadirkan program-program peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan penduduk masyarakat pulau-pulau kecil terluar. Juga
sekaligus untuk memastikan bahwa, berbagai program
yang telah
dicanangkan oleh
pemerintah pusat dan daerah guna mengentaskan kemiskinan yang terjadi di pulau-pulau kecil
terluar itu. Itulah peran yang dapat dimainkan oleh konsep-sistem interoperabilitas data sosial
52
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
pada komunitas nelayan pulau-pulau kecil terluar.
Peran tersebut hanya dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan analisa struktur-
komunikasi communication
construction structure
assessment antar
berbagai kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-
ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan
usaha milik
private orang-
peroranganswasta-masyarakat. Sedangkan
pendekatan itu dapat danatau akan diaplikasikan atau dioperasikan melalui metoda-komparatif
comparative methodsociology. KERANGKA TEORIKERANGKA
KONSEP
Ruang lingkup konsep definisi dalam kajian
ini adalah
kelembagaan sosial
tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya
berbasis lokal dengan: tingkat solidaritas penduduk; tingkat empathy sosial penduduk;
tingkat kemampuan mengantisipasi kerawanan sosial;
tingkat kemampuan
memulihkan keberdayaan masyarakat, melalui peningkatan
sinergi dan peran yang tinggi yang mampu melakukan berbagai upaya atau inovasi untuk
mengatasi masalah komunitas nelayan miskin atau kesulitan yang dialami oleh warga
masyarakat pada umumnya dalam memenuhi kebutuhan fisik dasar; kebutuhan pendidikan
dasar; dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar.
Selain itu juga, kemampuan dua kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-
ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun kelembagaan
usaha milik
private orang-
peroranganswasta-masyarakat, atau lebih, untuk beroperasibekerja bersama-sama, berhubungan
apapun cara yang diterapkan, tanpa usaha yang berlebihan,
dalam menciptakan
danatau menghadirkan program-program peningkatan
taraf hidup
dan kesejahteraan
pendudukmasyarakat pulau-pulau
kecil terluar.
Interoperabilitas data sosial adalah di mana suatu aplikasi dalam hal ini adalah
kelembagaan sosial
tradisional dapat
berinteraksi dengan aplikasi lainnya, melalui suatu protokol yang disetujui bersama lewat
berbagai macam jalur komunikasi, atau analisa struktur-komunikasi
communication constructionstructure
assessment. Dalam arena sistem informasi, jalur komunikasi itu adalah
seperti network TCPIP dan procedureprotocol HTTP
dengan memanfaatkan file XML. Adapun aplikasi di sini boleh berada di platform yang
berbeda: Delphi WIN32; .NET, Java, atau bahkan pada OS yang berbeda.
Kata interoperability terdiri dari 3 kata, yaitu inter yang artinya adalah antar beberapa
kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial- ekonomi-budaya usaha milik negara, maupun
kelembagaan usaha
milik private
orang- peroranganswasta-masyarakat. Operate yang
artinya bekerja, dan ability yang artinya adalah kemampuankebisaankapasitas. Sehingga jika
dijadikan satu kata, maka berarti kemampuan bekerja-sama antara beberapa entitas sosial-
ekonomi-budaya. Contoh aplikasi yang memiliki interoperabilitas adalah aplikasi World Wide
Web.
Sedangkan definisi
operasional kelembagaan klasifikasi
3
yang disusun atas
dasar fungsinya, yakni sebagai operative institutions
yang berfungsi
menghimpun berbagai pola dan atau tata-caraaktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan penduduk yang bersangkutan adalah suatu entitas sosial
terstruktur yang terdiri dari: perangkat keras berwujud komunitas masyarakat atau kelompok
masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu, dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya;
perangkat lunaknya adalah suatu rangkaian konfigurasi perilaku dan interaksi yang berdiri di
atas kesepakatan anggota untuk mencapai tujuan tersebut; eksistensinya ditentukan oleh lima
unsur
1:kepemimpinan; 2:misi-doktrin;
3:program; 4:sumberdaya;
dan 5:struktur
internal dan empat kaitan interaksi A:kaitan yang memungkinkan atau enabling linkages;
B:kaitan fungsional; C:kaitan normatif; dan D:kaitan tersebar.
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai
tujuan kegiatan
studipenelitian tahun
pertama tersebut
diperlukan metoda pengumpulan data kuantitatif dan juga kualitatif. Sedangkan organisasi data
akan diarahkan: Untuk mempelajari fungsi kelembagaan
akan diterapkan
teknik historis
eksplanatori, sedangkan
organisasi datanya
akan menerapkan
subject indexing information base systems;
3
Diambil dari salah satu klasifikasi kelembagaan yang dibuat oleh John Lewis Gillin dan John Philip
Gillin, Cultural Sociology, New York: The Macmillan Company, 1954, hal: 234, di mana
terdapat beberapa klasifikasi. Dalam definisi di atas, termasuk ke dalam klasifikasi yang disusun atas dasar
fungsinya
, yakni sebagai operative institutions yang berfungsi menghimpun berbagai pola dan atau tata-
caraaktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau goal kelembagaan yang bersangkutan; bukan
yang regulative institutions
53
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Untuk mengetahui masalah komunitas nelayan miskin akan diterapkan teknik
eksplanatori time
series, melalui
partisipasi observasi dan wawancara mendalam, baik terhadap pengelola
kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya
maupun masyarakat yang dilayani;
Untuk mengetahui kenyataan seputar dinamika kelembagaan dalam kaitannya
sebagai manajemen data sosial dan sistem pemberdayaan sosial, akan
diterapkan teknik eksplanatori time series, melalui partisipasi observasi dan
wawancara mendalam, baik terhadap pengelola
kelembagaan maupun
masyarakat yang dilayani, dengan harapan dapat menyusun klasifikasi dan
rekonstruksi faktor. Skenario Analisis
Kelembagaan pemberdayaan
sosial dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yakni:
Kesehatan: kelembagaan yang mampu memberikan akses pelayanan kesehatan
dasar, baik preventive maupun curative; Pendidikan; kelembagaan yang memberi
kemudahan kepada semua anak sekolah minimal selama enam tahun dengan
pengetahuan dasar baca, tulis, dan berhitung
; Ekonomi: kelembagaan yang mampu
memenuhi kebutuhan karbohidrat padi- padian; protein telur; daging, ikan;
mineral garam; vitamin sayuran,
kacang-kacangan, dan buah-buahan masyarakat dalam standar minimal
untuk kelangsungan hidup;
Pengembangan kelembagaan
sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya untuk
menjadi peningkatan kesejahteraan dan juga pengentasan kemiskinan komunitas-nelayan-
miskin pulau-pulau kecil terluar harus dikaitkan
dengan proses
reorientasi dan
reaktualisasi kebutuhan dasar warga masyarakat. Proses itu sedikitnya harus dapat menyusun
kembali eksistensi
kelembagaan sosial
tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya yang ada, jika tidak memungkinkan untuk dapat
menghidupkan kembali berbagai kelembagaan sosial tradisionalentitas sosial-ekonomi-budaya
yang sudah hilang. Proses tersebut dapat dilakukan melalui suatu perubahan unsur
eksistensinya, basis sumberdaya lokalnya, dan fungsi kelembagaan.
Metoda Analisa Data Untuk mencapai tujuan dan skenario analisa
tersebut di atas, akan digunakan metoda analisa data melalui pendekatan analisa struktur-
komunikasi
communication constructionstructure
assessment .
Penyelenggaraan teknik analisa ini, dilakukan dengan cara rapid comprehensive assessment
dan metoda-komparatif comparative method sociology
. Sistem pelaporannya akan berbentuk gabungan antara study retrospective dan study
ex-post facto dengan study longitudinal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Konsepsi Beras Organik
Beras organik sebagai komoditas ekonomi bernilai tinggi di Kabupaten Tasikmalaya
merupakan salah satu inovasi yang diinisiasi oleh para pengusaha eksportir yang dalam
perjalananya melibatkan pemerintah daerah.
Permintaan beras organik yang berasal dari luar negeri menjadi faktor pendorong bagi
pengusaha eksportir dalam negeri untuk memulai bisnis beras organik. Disadari bahwa
beras organik tidak dapat diproduksi layaknya beras biasa yang pada saat produksinya banyak
menggunakan pupuk dan pestisida kimia, eksportir
tersebut berusaha
menggandeng kelompok tani untuk melakukan kerjasama
usaha memproduksi beras yang bersertifikat organik. Pada fase ini nilai ekonomi adalah
penarik utama karena harga beras organik di pasaran lebih tinggi dibandingkan dengan beras
pada umumnya yang banyak dijumpai di pasar Lingkar R1 pada Gambar 1.
Beras merupakan hasil dari proses pengolahan agroindustri yang sebelumnya
berbentuk gabah. Sehingga untuk memperoleh beras yang bersertifikat organik, sebelumnya
diperlukan gabah yang bersertifikat organik. Tanpa ada gabah organik, maka tidak akan dapat
dihasilkan beras organik.
Pemenuhan gabah organik kemudian diserahkan sepenuhnya kepada kelompok tani
yang sudah sejak lama mengusahakan padi sebagai komoditas utamanya. Pengetahuan
budidaya organik petani yang membudidayakan padi menjadi kendala yang harus dihadapi
karena selama ini petani terbiasa dengan penggunaan bahan sarana produksi yang terbuat
dari bahan kimia, terutama untuk pupuk dan pestisida. Sementara itu, standar suatu produk
dikatakan organik apabila tidak sama sekali menggunakan bahan-bahan kimia, baik secara
langsung maupun kontaminasi.
54
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Kebutuhan pengetahuan usahatani sistem pertanian organik menjadi modal dasar yang
harus dimiliki oleh seorang petani apabila ingin menerapkan usahatani sistem organik Lingkar
R2. Selama ini, pengetahuan petani mengenai usahatani
padi organik
masih minim,
kesenjangangap mengenai pengetahuan ini memerlukan
upaya untuk
mengurangi kesenjangan
pengetahuan antara
yang dibutuhkan dengan realitasnya.
Semakin besar kesenjangan pengetahuan, maka
semakin besar
pula upaya
yang dibutuhkan
untuk meningkatkan
pengetahuannya. Teknologi yang digunakan oleh petani mencerminkan pengetahuan yang
dimiliki oleh petani. Oleh karena itu teknologi yang digunakan menjadi sangat penting dalam
suatu inovasi Rogers, 1995. Diperlukan upaya untuk mengidentifikasi teknologi-teknologi apa
saja yang diperlukan dalam sistem usahatani padi organik, salah satu upaya yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan pengetahuan dan teknologi petani adalah dengan mengembangkan
lahan demonstrasi plot demoplot. Keberadaan lahan demoplot tersebut merupakan media
sebagai tempat riset petani untuk mengetahui bagaimana cara budidaya padi dengan sistem
organik.
Keputusan menggunakan inovasi akan berlanjut apabila individu memiliki pengetahuan
yang cukup Rogers, 1995. Pada awal teknologi organik diperkenalkan kepada petani melalui
demo plot, proses tersebut masih berada tahap konsepsi karena belum memberikan manfaat
kepada petani. Teknologi organik di Kabupaten Tasikmalaya pada tahap ini masih bersifat
invensi, yang apabila tidak memberikan manfaat kepada hanya akan berhenti sampai pada tahap
invensi saja Yuliar, 2009. Pada tahap tersebut, kondisi sosial ekonomi petani dan saluran
komunikasi yang digunakan akan sangat mempengaruhi proses konsepsi agar berlanjut ke
tahap adopsi.
Setelah demoplot selesai, masih sangat jarang petani yang berani menerapkan sistem
pertanian organik ini pasca dilakukan demoplot. Satu kali percobaan masih belum cukup untuk
meyakinkan banyak petani, hanya segelintir petani saja yang berani mencoba mengubah pola
sistem pertaniannya dari konvensional ke organik. Tahap ini merupakan fase yang cukup
kritis dalam proses transisi dari konsepsi ke adopsi.
Setelah panen, gabah organik hasil panen petani dijual kepada kelompok tani untuk diolah
menjadi beras.
Kementerian Pertanian
berkontribusi besar
terhadap gabungan
kelompok tani Gapoktan dengan memberikan bantuan mesin penggilingan padi agar proses
pengolahan dapat dilakukan oleh gabungan kelompok tani Lingkar R7.
Pada tahap konsepsi dibuat suatu sistem bahwa petani menjual gabah kepada kelompok
tani Poktan, kemudian kelompok tani menjual gabah yang dibeli dari petani kepada gabungan
kelompok tani Gapoktan untuk diolah menjadi beras menggunakan mesin penggilingan padi
yang
diberikan melalui
program dari
Kementerian Pertanian.
Selanjutnya dari
Gapoktan, eksportir membeli beras organik yang sudah dikemas Lingkar R3 an R7.
Proses Adopsi Beras Organik
Sebagaimana dijelaskan oleh Rogers 1995, keputusan menggunakan inovasi akan
berlanjut apabila individu memiliki pengetahuan yang cukup. Fase adopsi membentuk suatu
konfigurasi sosioteknis yang baru Yuliar, 2009, dimana sarana produksi pertanian organik
adalah objek teknis dan pengetahuan adalah akumulasi yang dimiliki petani dan melekat
pada objek sosial petani padi. Perubahan objek teknis selalu menimbulkan perubahan pada
objek sosial yang menerima perubahan objek teknis tersebut.
Pemerintah Daerah
Kabupaten Tasikmalaya dan beberapa pendamping swasta
memiliki peran
besar dalam
upaya meningkatkan pengetahuan usahatani padi
organik melalui berbagai program yang dibiayai baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat serta swasta. Media pembelajaran melalui lahan percobaan demonstrasi plot lebih masif
digelar di beberapa lokasi yang menjadi sentra produksi padi Lingkar B1 pada Gambar 3
dengan harapan dapat mengurangi kesenjangan pengetahuan usahatani organik seiring dengan
pemanfaatan teknologi padi organik.
Semakin banyak petani yang dilatih diberikan pengetahuan mengenai usahatani padi
organik diharapkan dapat mempercepat proses adopsi atau difusi inovasi padi organik sehingga
dapat meningkatkan jumla produksi gabah organik Lingkar R4 pada Gambar 3. Hal
tersebut merupakan salah satu pola adopsi yang dijalankan di sektor hulu on-farm.
Selanjutnya pada lingkar R6, R7 dan R8 adalah proses adopsi yang berjalan di sektor hilir
pada tingkat kelompok tani Poktan lingkar R6 dan gabungan kelompok tani Gapoktan
lingkar R7 dan R8. Proses adopsi di sektor hilir terbentuk secara bertingkat, dimana pada tingkat
kelompok tani terjadi transaksi jual beli gabah
55
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
dan di tingkat gabungan kelompok tani terjadi transaksi beli gabah dan menjual beras.
Harga beli gabah organik dalam proses fase adopsi ditetapkan berdasarkan mekanisme
penentuan pertemuan yang diikuti eksportir, Gapoktan dan Poktan. Pada pertemuan tahun
2012 disepakati bahwa harga beli gabah di tingkat petani oleh Poktan sebesar Rp 5.000 per
kilogram dan di tingkat Gapoktan kepada eksportir sebesar Rp 13.000 per kilogram. Harga
tersebut berada di atas rata-rata harga gabah yang diusahakan secara konvensional non-
organik.
Harga merupakan perangsang bagi petani untuk menaikan produksi hasil bergantung
kepada perbandingan antara harga yang diterimanya dengan biaya untuk memproduksi
hasil-hasil itu
Mosher, 1978.
Apabila perbedaan pendapatan antara usahatani padi
organik dengan konvensional tidak signifikan, akan sangat jarang petani beralih ke sistem
usahatani padi organik.
Perpindahan barang
yang bersifat
transaksi tersebut kemudian mengakibatkan persoalan lain karena terkait dengan penentuan
harga beli gabah dari Gapoktan ke Poktan dan dari Poktan ke petani. Penguasaan barang oleh
pelaku yang ada di hilir petani Poktan dan Gapoktan mengakibatkan Poktan dan Gapoktan
memiliki kekuasaan yang penuh terhadap gabah petani. Pada saat penentuan harga beli gabah,
pendapatan yang diterima oleh Poktan dan Gapoktan ikut menentukan harga beli gabah
sampai ke tingkat petani.
Gambar 1 . Struktur Diagram Sebab Akibat Proses Adopsi Inovasi Beras
Harga Beras Organik
Harga Beli Gabah Organik di petani
Penjualan Beras Organik
Penjualan Gabah Organik Poktan
Pendapatan Gapoktan
+ +
Gabah diolah ke Beras Organik
+ +
Operasional Penggilingan
Padi +
+ Stok Beras
Organik Eksportir
+ Permintaan
Beras Organik LN
Permintaan Eksportir Beras Organik
Permintaan Gabah Organik
+ +
Kebutuhan Lahan Padi Organik
+
Lahan Padi Organik
Produksi Gabah Organik
+ Penjualan Gabah
Organik Petani Stok Gabah
Organik di Poktan
+ +
+
Lahan Padi Konvensional
Peralihan ke Lahan Padi Organik
+ +
+ Kebutuhan
Pengetahuan UT Organik
SDM Petani Organik
Peralihan SDM ke Petani Organik
-
+
SDM Petani Konvensional
- +
Pengetahuan UT Padi Organik
+ +
Penerimaan Petani Organik
+ +
Pendapatan Petani Organik
Biaya UT Organik
+ -
+
Perbandingan Pendapatan UT Organik dgn
Konvensional +
+ Pendapatan Petani UT
Konvensional -
Kualitas Ekosistem
Sawah +
Produktivitas Padi Organik
+ +
- Pendapatan
Poktan Pembelian Gabah
Poktan +
+ +
- Upaya meningkatkan
pengetahuan UT organik +
Gap Pengetahuan UT Organik
- +
Ekspor Beras Organik
+ -
Pendapatan Eksportir
+
+ Harga Beras
Organik Eksportir Profit yg diinginkan
eksportir +
+
R1
R2 R3
R4 B1
B2 R5
B3 R6
R7 Harga Beli Gabah
Poktan +
Efek Thdp Harga Beli Gabah di Poktan
+
+ Efek Thdp Harga
Beli di Petani +
+ B4
Pembelian Gabah Gapoktan
+ +
R8 Target
Pendapatan Gapoktan
Target Pendapatan
Poktan +
+ -
-
56
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Walaupun harga beli gabah sudah ditetapkan dan tidak fluktuatif, tetapi pada saat
penentuan harga beli gabah, semakin besar target pendapatan yang diinginkan oleh Poktan
dan Gapoktan akan menekan harga pembelian gabah di Poktan Lingkar B4 dan merambat ke
harga gabah di petani Lingkar B3, sehingga berdampak kepada harga gabah yang diterima
petani Lingkar B2. Konsekuensi tersebut adalah yang tidak diinginkan dan terjadi
disebabkan oleh sistem transaksional antar kelembagaan pelaku ekonomi.
Kondisi ini mengakibatkan petani berada pada posisi yang lemah, karena harga yang
diterima petani hanya bersifat residual, tidak didasarkan kepada asas saling menguntungkan.
Perbedaan harga Rp 200 per kilogram antara gabah yang diproduksi konvensional dengan
dengan harga gabah yang diproduksi secara organik tidak menarik bagi petani. Oleh karena
itu bagi petani padi yang memiliki kekuasaan penuh terhadap lahan yang diusahakannya lebih
memilih melakukan sistem budidaya secara konvensional non-organik.
Hal ini akan berbeda apabila petani yang melakukan aktivitas budidaya adalah petani
penggarap. Penguasaan lahan dalam usahatani memiliki peran yang besar dalam penentuan
keputusan pengusahaan
lahan. Struktur
penguasaan lahan
ikut berperan
dalam menentukan keputusan pengusahaan lahan
sawah Heryanto, 2012. Moral hazard pada tingkat kelompok tani dan gabungan kelompok
tani mengakibatkan petani tidak menerima insentif yang seharusnya diterima karena harga
beli yang tidak signifikan antara gabah organik dan konvensional. Keinginan untuk memperolah
pendapatan secara kelembagaan mengakibatkan keputusan untuk menekan harga beli menjadi
pilhan yang paling mudah.
Oleh karena itu, secara ekonomi diperlukan suatu upaya untuk mengubah kondisi
ini agar proses adopsi inovasi padi organik dapat terus berlanjut. Rekayasa struktur dengan
menggunakan prinsip sistem archetype dapat dilakukan dengan mengenali persoalan yang
disebabkan oleh sistem. Interaksi
Antar Pelaku
Adopsi Beras
Organik
Matriks sosial SFM digunakan untuk melihat berbagai interaksi dan keterkaitan antar
unsur yang ada dalam proses adopsi inovasi beras organik. Unsur-unsur yang terlibat dibagi
ke dalam beberapa katagori: 1 kelembagaan sosial, 2 teknologi, 3 lingkungan, 4 norma,
dan 5 nilai Hayden, 1982. Dari berbagai unsur tersebut dengan menggunakan SFM dapat
diketahui unsur yang memiliki interaksi paling banyak dalam proses adopsi beras organik.
Persoalan utama dalam proses adopsi atau difusi inovasi beras organik berdasarkan
metode berpikir sistem adalah kurangnya insentif bagi para pelaku di hulu petani untuk
melakukan usahatani padi organik. Selisih harga yang
tipis antara
gabah organik
dan konvensional Rp 200 per kilogram tidak
menarik bagi petani dibandingkan dengan usaha yang dikerahkan untuk menanam padi secara
organik.
Reaksi yang diberikan oleh para petani merupakan akibat yang disebabkan oleh sistem
kelembagaan pelaku di hilir, karena dalam posisi ini petani hanya bertindak sebagai price taker.
Walaupun dilakukan pertemuan musyawarah untuk menentukan harga beli gabah dari
Gapoktan dan Poktan 26,22 dan 26,23 pada Tabel 1, namun penentuan tersebut tidak
didasarkan kepada kalkulasi ekonomi yang transparan di setiap tingkat pelaku.
Sementara itu dari sisi korbanan yang dikeluarkan
oleh petani,
sistem organik
memerlukan curahan waktu yang lebih lama untuk membuat sarana produksi pupuk dan
pestisida, berbeda dengan sistem konvensional dimana pupuk dan pestisida telah tersedia secara
instan buatan pabrik kimia 11,20 pada Tabel 1. Sebagai konsekuensi dari proses adopsi padi
organik,
biaya tenaga
kerja menjadi
membengkak 11,21.
Walaupun secara
ekonomi petani tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian
pupuk dan
pestisida, tetapi
pembengkakan biaya untuk tenaga kerja dirasakan oleh petani lebih besar dampaknya
terhadap biaya total usahatani. Media belajar petani dalam bentuk lahan
percobaan demoplot secara akumulasi cukup efektif
membangun pengetahuan
petani mengenai sistem pertanian organik, sehingga
petani memiliki kapasitas untuk melakukan usahatani padi organik. Pengetahuan dalam hal
ini didefinisikan sebagai kapasitas untuk bertindak Ritzer dan Smart, 2001. Dalam
beberapa
kasus, meningkatnya
kapasitas pengetahuan petani akan pertanian organik
cukup untuk menggulirkan fase konsepsi menuju fase adopsi, tetapi sebagai pelaku ekonomi
faktor harga tidak kalah penting sebagai insentif yang efektif untuk mendorong para petani
mengadopsi sistem pertanian organik 22,3.
Kelompok tani Poktan dan gabungan kelompok tani seharusnya mempunyai peran
yang besar sebagai kekuatan menentukan harga gabah 22,4 5,22. Sebagai pelaku yang
57
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
membeli produk petani transaksional, Poktan seharusnya mampu memberikan insentif kepada
anggotanya. Pada prakteknya Poktan masih lebih tunduk kepada Gapoktan dan eksportir
sebagai pelaku di hilir yang memiliki pasar. Idealnya, penentuan harga pembelian gabah di
petani memperhitungkan biaya-biaya dan resko yang
ditanggung oleh
petani termasuk
perbandingan harga dengan usahatani padi konvensional agar proses adopsi difusi dapat
berlangsung. Interaksi antar unsur dalam proses
adopsi inovasi beras organik terutama antara unsur-unsur kelembagaan sosial, teknologi dan
norma menjadi kunci keberlangsungan proses adopsi Gambar 4. Sejalan dengan Yuliar
2009, diperlukan suatu konfigurasi sosioteknis yang baru yang mampu beradaptasi dengan
inovasi beras organik yang diintroduksi kepada petani melalui penyuluh pemerintah dan
penyuluh swasta
melalui kelembagaan
kelompok tani. Secara umum, proses adopsi inovasi
yang terjadi pada komoditas beras organik berdasarkan perkembangan luas panen padi
organik Gambar 1 dapat berjalan cukup baik dilihat dari pertumbuhan luas panen yang
menunjukan peningkatan. Penurunan luas panen padi organik pada tahun 2010 dan tahun 2012
merupakan perilaku sebagai hasil akibat dari interaksi antara kelembagaan sosial, teknologi,
lingkungan, norma, dan nilai selama kurun waktu tahun 2005 sampai 2012.
Kelembagaan sosial dalam kasus adopsi inovasi beras organik memiliki peran yang
sentral sebagai aktor penentu keputusan
Tabel 1 . Matriks sosial
Social Fabric MatrixSFM Adopsi Beras Organik
58
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
teknologi dan keputusan yang terkait dengan nilai dan norma. Para pelaku ekonomi dalam
fase adopsi inovasi beras organik memiliki kekuasaan untuk
menentukan teknologi yang akan digunakan 3,10 3,11 5,9 dan nilai ekonomi dari output
yang dihasilkan 4,21 4,22.
Nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan
artefak teknis
teknologi kemudiam akan kembali diterima oleh para
pelaku yang terlibat.
Gambar 2 . Interaksi Antar Unsur Adopsi
Inovasi Beras Organisasi
Apabila secara ekonomi teknologi padi organik lebih menguntungkan secara signifikan
dibandingkan penggunaan
teknologi padi
konvensional, maka
sikap petani
dalam menentukan keputusan akan lebih memilih
menggunakan teknologi yang sebelumnya dan sudah terbiasa diterapkan oleh petani, teknologi
padi konvensional non-organik.
Lingkungan lahan menjadi lebih terjaga kualitasnya karena penggunaan pupuk
dan pestisida kimia tidak lagi dilakukan. Kualitas lingkungan yang baik akan memberikan
hasil produksi gabah yang tinggi sehingga memberikan manfaat dalam bentuk nilai
ekonomi bagi petani.
Perbaikan Proses Adopsi Beras Organik
Sebagai konstruksi
yang bersifat
kualitatif, matriks sosial SFM tidak dapat menginvestigasi pola perilaku sistem terhadap
waktu. SFM sangat baik untuk menginvestigasi para aktor yang terlibat dalam sistem secara
faktual. Keluaran formula dari SFM yang bersifat
statis berpeluang
besar untuk
dikembangkan, salah satunya melalui dinamika sistem yang sama-sama memiliki paradigma
yang bersifat holistik Gill, 1995. Matriks yang dihasilkan SFM merupakan bahan yang sangat
berguna untuk mengenali persoalan, salah satunya melalui umpan balik feedback antar
unsur yang terlibat. Lingkar umpan balik feedback loop
adalah prinsip dasar dalam dinamika sistem. Setiap aksi dan perubahan pada dasarnya adalah
sekumpulan jejaring dari umpan balik. Lingkar umpan balik adalah struktur yang dapat
membuat perubahan terjadi Forrester, 2009.
Pada proses konsepsi adopsi ini, berdasarkan analisis struktur diagram sebab
akibat dan pendekatan aktor menggunakan matriks sosial SFM diketahui bahwa fase
adopsi menjadi sumber persoalan mengapa perilaku luas lahan sawah organik tidak
sepenuhnya seperti yang diharapkan Gambar 1.
Diperlukan suatu
perubahan untuk
memperbaiki sistem adopsi inovasi ini. Pendekatan untuk memperbaiki sistem
dapat menggunakan system archetype, dimana untuk menghilangkan struktur yang menjadi
penyebab kekacauan dalam sistem adalah dengan mengurangi penyebab kekacauan sistem
tersebut Braun, 2002. Merujuk kepada analisis struktur dan aktor yang telah dibahas di atas,
salah satu sumber kekacauan sistem diketahui sebagai akibat atau konsekuensi yang tidak
diinginkan dan akan terjadi pada setiap hubungan yang bersifat transaksional yaitu
kegiatan
transaksi yang
terjadi antara
kelembagaanpetani, Poktan dan Gapoktan. Pola transaksional
yang terjadi
pada tingkat
kelompok tani dan gabungan kelompok tani mengakibatkan terjadinya disinsentif bagi petani
untuk beralih dari usahatani padi konvensional ke padi organik karena selisih perbedaan harga
jual gabah yang tipis.
Keinginan untuk
memperoleh pendapatan secara kelembagaan merupakan titik
awal terbentuknya hubungan transaksional antar pelaku.
Keinginan untuk
memperoleh pendapatan merupakan moral hazard yang
apabila tidak dikelola dengan baik akan bercampur
dengan penentuan
keputusan penentuan harga di tingkat pelaku yang berada
di hulunya. Pada akhirnya, penentuan harga gabah di tingkat petani dengan perbedaan selisih
harga yang tipis antara gabah konvensional dan gabah
organik Rp
200 per
kilogram mengakibatkan disinsentif bagi petani.
Salah satu alternatif solusi yang ditawarkan adalah dengan menghilangkan
keinginan untuk memperoleh pendapatan pada Poktan dan Gapoktan. Sebagai lembaga yang
mewadahi petani
fungsi memperoleh
keuntungan lembaga Lingkar B4 dan Lingkar B3 harus dihilangkan. Gabah hasil produksi
petani diupayakan untuk tidak dijual kepada kelompok tani Poktan dan gabungan kelompok
tani Gapoktan untuk menghindari hubungan
Kelembaga an Sosial
Nilai Norma
Teknologi Sikap
Lingkungan
59
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
kelembagaan yang bersifat transaksional, perlu dibuat suatu mekanisme agar tidak terjadi
transaksi antara petani dengan Poktan dan antara Poktan dengan Gapoktan. Poktan dan Gapoktan
dalam hal ini diarahkan berfungsi sebagai penyedia jasa layanan logistik mulai dari gabah
sampai ke beras. Transaksi pembelian gabah dilakukan secara langsung antara pembeli
eksportir
dengan petani
setelah memperhitungkan biaya-biaya logistik.
Biaya-biaya yang timbul selama dalam perjalanan
dari gabah
menjadi beras
diperhitungkan sebagai biaya logistik, termasuk marjin pendapatan bagi kelompok tani dan
gabungan kelompok tani sebagai nilai tambah bagi para pelaku logistik di dalamnya Lingkar
B5 dan B6 pada Gambar 4. Pendapatan yang diperoleh oleh kelompok tani dan gabungan
kelompok tani digulirkan kembali untuk pengembangan kelompok dan anggotanya,
seperti perawatan teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia. Transaksi harga yang
sebelumnya terjadi antara petani dengan kelompok tani dan antara kelompok tani dengan
gabungan kelompok tani menjadi tidak berlaku.
Hubungan transaksional baru akan terjalin pada
saat Gapoktan
berhadapan dengan
eksportir. Pemikiran tersebut didasarkan kepada
Gambar 3 . Rekayasa Struktur Diagram Sebab Akibat Proses Adopsi Inovasi
Beras Organik
Harga Beras Organik Gapoktan
Harga Beli Gabah Organik di petani
Penjualan Beras Organik
Penyerahan Gabah Organik Poktan
Pendapatan Gapoktan
+ +
Gabah diolah ke Beras Organik
+ +
Operasional Mesin Penggilingan Padi
+ +
Stok Beras Organik
Eksportir +
Permintaan Beras
Organik LN
Permintaan Eksportir Beras Organik
Permintaan Gabah Organik
+ +
Kebutuhan Lahan Padi Organik
+
Lahan Padi Organik
Produksi Gabah Organik
+ Penyerahan Gabah
Organik Petani Stok Gabah
Organik di Poktan
+ +
+
Lahan Padi Konvensional
Peralihan ke Lahan Padi Organik
+ +
+ Kebutuhan
Pengetahuan UT Organik
SDM Petani Organik
Peralihan SDM ke Petani Organik
-
+
SDM Petani Konvensional
- +
Pengetahuan UT Padi Organik
+ +
Penerimaan Petani Organik
+ +
Pendapatan Petani Organik
Biaya UT Organik
+ -
+
Perbandingan Pendapatan UT Organik dgn
Konvensional +
+ Pendapatan Petani UT
Konvensional -
Kualitas Ekosistem
Sawah +
Produktivitas Padi Organik
+ +
- Jasa Logistik
Poktan Pelayanan Logistik
Gabah Organik +
+ +
- Upaya meningkatkan
pengetahuan UT organik +
Gap Pengetahuan UT Organik
- +
Ekspor Beras Organik
+ -
Pendapatan Eksportir
+
+ Harga Beras
Organik Eksportir Profit yg diinginkan
eksportir +
-
R1
R2 R3
R4 B1
B2 R5
R8 R7
Efek Thdp Harga Beli Gabah di Poktan
+
+ Jasa Logistik
Gapoktan +
Pendapatan Poktan
+ +
+
- Biaya
Logistik Poktan
+
- R9
B5
B6
60
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
fungsi kelompok yang berperan sebagai peredam resiko harga yang diturunkan dari pasar. Resiko
harga pasar yang berasal dari eksportir diredam dan dikendalikan oleh Gapoktan sebagai
lembaga yang mengetahui informasi volume permintaan dan harga beras organik.
Gapoktan sebagai benteng pertahanan tidak seharusnya meneruskan resiko tersebut kepada
Poktan terlebih lagi petani karena semakin ke hulu akan semakin banyak pelaku yang terlibat.
Hubungan transaksional yang sehat akan berjalan dengan baik apabila terbentuk suatu
hubungan aturan main antar pelaku yang dapat mengurangi resiko antar pelaku produksi, rantai
pasok dan klaster Perdana dan Kusnandar, 2012. Petani dalam kasus ini dapat berkurang
resikonya melalui instrumen kepastian pasar dan harga; instrumen kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan eksportir dengan kepastian pasokan gabahberas organik Lingkar R1, R3
dan R7 pada Gambar 5.
Petani adalah pelaku yang berada di posisi paling dasar dalam struktur rantai pasokan beras
organik. Sering kali pelaku di hulu adalah penerima residu resiko yang disalurkan oleh
pelaku di hilirnya. Instrumen yang digunakan untuk mengurangi resiko yang dialami para
aktorpelaku pada prinsipnya adalah perubahan paradigma aktorpelaku itu sendiri yang
sebelumnya bersifat transaksional menjadi yang bersifat jasa. Poktan dan Gapoktan sebagai
lembaga yang berfungsi melindungi petani akan lebih besar perannya apabila aktivitas yang
dijalankannya berbasiskan pelayanan jasa, tidak berdasarkan
keuntungan transaksi
yang kemudian mempengaruhi harga di tingkat
petani. Asas
keterbukaan antar
pelaku eksportir, Gapoktan, Poktan dan petani
menjadi sangat penting. Merujuk konsep Perdana dan Kusnandar 2012, sebagai suatu
klaster para pelaku tersebut harus mampu saling mengurangi resiko. Diperlukan keterbukaan
antar aktorpelaku agar masing-masing saling mengenali resiko yang dihadapi, baik eksportir,
Gapoktan, Poktan maupun petani. Salah satu unsur keterbukaan dalam proses adopsi
beras organik adalah mengenai mekanisme penentuan harga, musyawarah yang diadakan
untuk menentukan harga harus bertujuan untuk mengurangi resiko para aktorpelaku, yaitu
kepastian pasar dan kepastian harga bagi petani dan kepastian pasokan gabah bagi Poktan dan
Gapoktan, serta kepastian pasokan beras bagi eksportir.
KONKLUSI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Peran kelembagaan sosial dalam proses konsepsi-adopsi suatu inovasi sangat besar.
Unsur teknis teknologi dan ekonomi sebagai instrumen yang digunakan dalam proses
konsepsi-adopsi harus mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para
pelakuaktor yang terlibat agar fase konsepsi dapat berlanjut menuju fase adopsi.
Interaksi dan
hubungan antar
kelembagaan tercermin dari norma dan nilai yang dianut oleh para pelakuaktor dalam
kelembagaan sosial. Norma dan nilai yang dimiliki oleh kelembagaan sosial menjadi
penentu keberhasilan proses konsepsi-adopsi sebagai
seperangkat aturan
konfigurasi sosioteknis yang baru. Aturan main rule yang
dibuat dengan semangat saling mereduksi resiko dalam proses konsepsi-adopsi akan membuat
para pelakuaktor nyaman untuk menjalankan peran
kelembagaannya petani,
Poktan, Gapoktan dan eksportir, sehingga proses
konsepsi-adopsi dapat berjalan dengan baik. UCAPAN TERIMAKASIH
Apresiasi dan
penghargaan kami
sampaikan kepada anggota Kelompok Tani Simpatik di Kabupaten Tasikmalaya, beserta
pemerintah daerah dan penyuluh lapangan yang telah memberikan ruang dan banyak informasi
kepada tim peneliti. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Universitas Padjadjaran yang
telah membiayai penelitian ini melalui skema Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
BOPTN. DAFTAR PUSTAKA
Braun, William. 2002. The System Archetypes. http:www.albany.edufacultygprPAD
724724WebArticlessys_archetypes.pdf Bruijn, Hans de, Bruijn, Haiko van der Voort,
Willemijn Dicke, Martin de Jong, Wijnand Veeneman. 2004. Creating
System Innovation
. A.A. Balkema Publisher.
Forrester, Jay Wright. 1975. Some Basic Concepts in System Dynamics
. Sloan School of Management Massachusetts
Institute of Technology. Gill, Roderic. 1995. An Integrated Social Fabric
MatrixSystem Dynamics Approach to
61
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Policy Analysis
. System
Dynamic Review Vol.II.
Hayden, F. Gregory. 1982. Social Fabric Matrix: From Perspective to Analytical
Tool . Journal of Economic Issues,
Vol.16 No.3 Sep.1982, pp.637-662 ________ . 1986. Defining and Articulating
Social Change through the Social Fabric Matrix and System Digraph
. Journal of Economic Issues, Vol.20
No.2 Jun.1986, pp.383-392 Heryanto, Mahra Arari, Dika Supyandi. 2012.
Model Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian:
Pendekatan Analisis Berpikir Sistem .
Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang. Journal of ST Policy and
RD Management. Vol.10 No.2. Pusat Penelitian
Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi-LIPI. Heryanto, Mahra Arari, Maman Haeruman
Karmana. 2010.
Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Seminar
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Meadows, Dennis, Donella Meadows, Jorgen Randers. 2004. Limith to Growth. The
30 Year
Update . Chelsea Green
Publishing Company. Mosher,
AT. 1978.
Menggerakan dan
Membangun Pertanian. Syarat-Syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi.
CV. Yasaguna, Jakarta. Perdana, Tomy dan Kusnandar. 2012. The Triple
Helix Model for Fruits and Vegetables Supply Chain Management Development
Involving Small Farmers in Order to Fulfill the Global Market Demand: a
Case Study in “Value Chain Center VCC
Universitas Padjadjaran
”. Procedia_Social
and Behavioral
Sciences 52 2012 80-89 Ritzer, George dan Barry Smart. 2001.
Handbook Teori Sosial. Handbook of Social Theory,
diterjemahkan oleh Derta Sri Widowatie. Penerbit Nusamedia,
Bandung. Rogers, Everett. 1995. Diffusion of Innovation.
Fourth Edition . New York: The Free
Press. Setiawan, Iwan. 2012. Dinamika Pemberdayaan
Petani. Sebuah
Refleksi dan
Generalisasi Kasus di Jawa Barat .
Widya Padjadjaran, Bandung Yuliar, Sonny. 2009. Tata Kelola Teknologi.
Perspektif Teori
Jaringan Aktor.
Penerbit ITB, Bandung.
62
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Penelitian Insentif Ristek Mendukung Pembangunan Nasional Bidang Energi dan Peralatan Transportasi
The ‘Insentif Ristek’ Research Supports National Development in The Field of Energy and Industrial Transport
Henny Sudibyo
Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik-LIPI
Komplek LIPI, Jl.Cisitu No.21, Bandung 40135
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
Keywords:
Insentif Ristek Energy Research
Transport Equipment MP3EI
Kata Kunci: Insentif Ristek
Riset Energi Peralatan Transportasi
MP3EI Research Incentive Research and Technology which became the flagship program
of the Ministry of Research and Technology in the year 2009 - 2011 amounted to a total of 4067titles. The titles of these studies has the potential to provide benefits to
the accelerated development program as set out in the MP3EI. This study analyzed how much research incentives to support research and technology development in
the energy and transportation industries, and analyze how the strategic planning of research that supports the field. Each title and other supporting data are analyzed
and then grouped by the areas contained in the main program of the National Development Acceleration namely agriculture, mining, energy, industrial, marine,
tourism, information technology and strategic development of the area. Research incentives research and technology related to the field of energy and industry since
the 2009-2011 year by 16, while the portion relating to transport equipment technology 6 of the 4580 research titles. Based on these results still show a bit of
research that supports the role of the energy sector and transport. For research in the fields of energy and transport should be encouraged to create innovations that
can be implemented in the industrial world and accelerate national development
S A R I K A R A N G A N
Penelitian Insentif Ristek yang menjadi program unggulan Kementrian Ristek pada tahun 2009- 2011 total berjumlah 4067 judul. Judul-judul penelitian tersebut
berpotensi memberikan manfaat pada program percepatan pembangunan seperti yang tertuang di dalam MP3EI. Penelitian ini menganalisis seberapa besar riset-riset
insentif ristek yang dapat mendukung pembangunan di bidang energi dan industri transportasi serta menganalisis bagaimana strategi perencanaan riset yang
mendukung bidang tersebut. Tiap judul dan data pendukung lainnya dianalisis kemudian dikelompokkan berdasarkan bidang-bidang yang tertuang dalam program
utama Percepatan Pembangunan Nasional yaitu bidang pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, teknologi informasi dan pengembangan
kawasan strategis. Penelitian insentif ristek yang berkaitan dengan bidang energi dan industri sejak tahun 2009-2011 porsinya sebesar 19 sedangkan yang
berhubungan dengan teknologi peralatan transportasi sebesar 6 dari 4580 judul riset. Hasil tersebut menunjukkan masih sedikit peran riset yang mendukung bidang
energi dan transportasi. Untuk itu riset-riset dalam bidang energi dan tranportasi perlu didorong untuk menciptakan inovasi yang dapat diimplementasikan dalam
dunia industri dan dapat mempercepat pembangunan nasional.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Corresponding author : E-mail address: henny.sudibyolipi.go.id
63
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
PENDAHULUAN Masterplan
Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI 2011-
2025 merupakan salah satu pedoman yang digunakan oleh pemerintah dalam melakukan
percepatan pembangunan negara. MP3EI terdiri 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama
yang dituangkan dalam berbagai proyek yang dibagi dalam 6 koridor yaitu Kawasan Sumatera,
Kawasan Jawa, Kawasan Kalimantan, Kawasan Sulawesi, Kawasan Bali-Nusatenggara serta
Kawasan Papua- Maluku.
Dari seluruh kegiatan riset di lembaga litbang pemerintah dan swasta ada sekitar 28.000
judul yang dibiayai oleh negara pada akhir 2009 sampai akhir tahun 2012 dan saat ini telah
didokumentasikan dalam OMRC Open Method of Research Coordination
dalam data base di Dewan Riset Nasional DRN. Riset di berbagai
bidang yang telah dilakukan oleh peneliti dan ilmuwan Indonesia perlu diklasifikasikan dalam
berbagai bidang sebagai data informasi yang dapat diunduh untuk menunjang pembangunan negara.
Kegiatan riset yang telah menggunakan anggaran pemerintah
perlu diinventarisasi
dan dikelompokkan dengan pendataan yang rapi
sehingga dapat mudah ditelusur dikemudian hari. Kegiatan-kegiatan riset yang dilakukan oleh
ilmuwan Indonesia dapat menjadi value added untuk mempercepat proyek-proyek MP3EI.
Makalah ini menganalisis judul-judul riset insentif
ristek untuk
dikelompokkan atau
diklasifikasikan ke dalam program-program utama kegiatan MP3EI serta kegiatan ekonomi MP3EI.
Analisis ini mengetahui seberapa persentase riset insentif ristek mendukung MP3EI dalam bidang
energi dan transportasi. Judul insentif ristek yang mendukung bidang energi dan transportasi
tersebut
akan diketahui
jumlah atupun
presentasenya dan dapat dijadikan telaah lebih lanjut diambil kemanfatannya untuk ikut serta
membantu membangun negara.
KERANGKA KONSEP Kerangka konsep MP3EI didukung tiga pilar yaitu
pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, penguatan konektivitas nasional dan
penguatan kemampuan SDM dan IPTEK nasional. MP3EI memerlukan percepatan transformasi
inovasi dalam ekonomi yang dilakukan melalui pengembangan modal manusia berbasis ilmu
pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis dan memasukkan unsur
Sistem Inovasi Nasional SINAS dan berbagai upaya transformasi inovasi dalam kegiatan
ekonomi.
Kementrian Koordinator
Bidang Perekonomian, 2011. Salah satu tujuan MP3EI
adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia
lebih cepat,
untuk itu
perlu meningkatkan value added didalam upaya
mengejar ketertinggalan bangsa saat ini. Jika berbicara percepatan berarti harus ada yang
dilakukan, bussines as not usual. Untuk itu inovasi menjadi bagian yang penting untuk
pelaksanaan MP3EI. MP3EI merupakan salah satu momentum yang dapat dimanfaatkan komunitas
penelitian dan pengembangan untuk ikut berperan serta dan mengantisipasi dampak pembangunan.
Jika PDB akan naik sesuai dengan rencana dan anggaran untuk riset dapat direalisasikan menjadi
1 dari PDB ditahun 2015 dan 3 PDB di tahun 2025,
diperlukan program
yang sudah
direncanakan dengan matang dibidang riset. Hartanto,A. Sudibyo,H., 2012. Inovasi terlahir
dari berbagai riset yang dilakukan oleh para peneliti, dosen dan perekayasa. DRN yang
dibentuk oleh Presiden diharapkan dapat berperan untuk mengawal riset hingga berkontribusi
terhadap kemajuan bangsa semakin nyata. DRN memberikan arahan bidang apa yang difokuskan
dalam penelitian di Indonesia yaitu ada 8 bidang fokus: 1 Ketahanan Pangan, 2 Sumber Energi, 3
Teknologi dan Manajemen Transportasi, 4 Teknologi
Informasi dan
Komunikasi, 5
Teknologi Keamanan
dan Pertahanan,
6 Teknologi Kesehatan dan Obat, 7 Material Maju
dan 8 Sosial Kemanusiaan. Didalam Agenda Riset Nasional ARN secara rinci dibuat topik-
topik riset untuk setiap bidang fokus, yang dapat menjadi acuan para pelaku riset Kementrian Riset
dan Teknologi, 2010.
Kegiatan riset di 20 lembaga litbang Indonesia 94,1 fokus pada enam bidang yaitu
pangan, kesehatan, energi, TIK, kesehatan dan hankam, kegiatan itu masih terkotak-kotak dan
masih terbuka
lebar kolaborasi
atau keterkaitannya. Adibroto,T, 2007. Untuk itu
perlu perluasan pendalaman dan pemetaan output riset. Lembaga litbang dalam mendukung
pembangunan ekonomi ditentukan terutama oleh kemampuannya dalam menghasilkan output
litbang yang berkualitas dan dapat diseminasi oleh pengguna. Proses awal penentuan program
lembaga
litbang perlu
memperhitungkan kebutuhan pengguna agar mudah dilakukan
diseminasi. Kualitas peneliti atau SDM lembaga
litbang, infrastruktur serta manajemen riset organisasi menjadi salah satu faktor keberhasilan
riset. Kementrian Riset dan Teknologi, 2011. Manajemen riset bertujuan mengelola riset dengan
proses efisien, hasil yang produktif, dan dampak yang efektif. Oleh karena itu lembaga riset perlu
melakukan perubahan dalam dua bidang yaitu
64
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
mengubah proses riset dari linear menjadi simultan serta membentuk budaya riset yang
kreatif. Aminullah, 1994. Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional
menjadi salah satu dari tiga strategi utama pelaksanaan MP3EI. Pada era ekonomi berbasis
pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan
menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi
kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena
itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas
haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gambar 1. Inovasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian, 2011.
Inovasi pada bidang energi dan industri transportasi di Indonesia diperlukan, mengingat
Indonesia tergolong negara berpenduduk padat akan memerlukan pasokan energi besar sesuai
dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Indonesia ke depan memerlukan ketersediaan
energi yang cukup tinggi sementara ketersedian energi tidak terbarukan terbatas terutama energi
untuk konsumsi transportasi yaitu BBM. Data menunjukkan Tahun 2002 import BBM mencapai
sebesar 126,8 juta BOE dan akan meningkat menjadi 797,7 juta BOE 6,3 kali lipat. Tahun
2020 jumlah impor minyak mentah diperkirakan mencapai 207,2 juta barel per tahun atau sekitar
1,7 kali lipat dari impor pada tahun 2002 yang berjumlah 123,9 juta barel Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral, 2005. Keterbatasan energi menjadi daya dorong untuk terus
melakukan riset bidang energi, melakukan penemu-penemuan baru energi yang ramah
lingkungan serta penemuan alat-alat transportasi hemat bahan bakar.
METODE PENELITIAN Penelitian ini melakukan keterkaitan hasil hasil
riset program Insentif Ristek dari tahun 2009 –
2011 yang terdiri dari 4.067 judul riset. Data Insentif Ristek tersebut ada di DRN yang masih
terbatas meliputi judul riset dan penelitinya, namun untuk abstrak serta isi dan ouput hasil riset
belum terdata. Judul-judul riset Insentif Ristek yang merupakan program riset dari Kementerian
Riset dan Teknologi itu ditelaah, dianalisis kemudian dikelompokkan ke dalam delapan
bidang
Program yaitu
bidang Pertanian,
Pertambangan, Energi,
Industri, Kelautan,
Pariwisata, Telematika
dan Pengembangan
Kawasan Strategis. Jika judul riset Insentif Ristek tersebut tidak termasuk dalam kedelapan bidang
tersebut maka dikelompokkan tersendiri. Satu judul riset bisa masuk atau berkaitan dengan dua
atau tiga program utama. Dari keterkaitan tersebut akan diperoleh persentase judul dan jumlah riset
yang mendukung di bidang energi. Untuk mengetahui riset-riset Insentif Ristek yang dapat
mendukung masalah transportasi maka penelitian dilanjutkan dengan melakukan analisis judul-judul
Insentif Ristek dikelompokkan ke dalam 22 duapuluh dua kegiatan ekonomi utama yaitu
kakao, peternakan, perkayuan, minyak dan gas, batubara, nikel, tembaga, bouksit, perikanan,
pariwisata, pertanian pangan, jabodetabek area, kawasan
nasional selat
sunda, peralatan
transportasi, telematika,
perkapalan, tekstil,
makanan, minuman, besi baja, alutsita, karet, dan kelapa sawit.
Beberapa judul kegiatan riset akan terkait satu atau lebih kegiatan ekonomi. Berdasarkan analisis
ini akan diketahui berapa persen riset penelitian Insentif Ristek dapat mendukung di bidang
transportasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data judul penelitian Insentif Ristek tersebut yang berjumlah 4.067 kegiatan riset dibaca,
dipahami, dan diklasifikasikan ke dalam program utama MP3EI dan kegiatan ekonomi. Program
utama
MP3EI tersebut
adalah pertanian,
pertambangan, energi,
industri, kelautan,
pariwisata, telematika
serta pengembangan
strategis. Dari data yang dianalisis total 4.067 kegiatan riset dari tahun 2009-2011, setelah
dilakukan kajian keterkaitan dengan program utama MP3EI menjadi 4.512 kegiatan riset atau
naik 10,94. Satu judul kegiatan riset bisa terkait dengan satu saja atau dua program utama MP3EI.
Keterkaitan riset Insentif Ristek tahun 2009 hingga 2011 dengan Program Utama MP3EI
setelah dilakukan analisis diperoleh seperti pada
65
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Tabel 1. Persentase hasil dari tabel di perlihatkan pada Gambar 2. Dari data yang ada tersebut,
keterkaitan kegiatan riset Insentif Ristek lebih dari 92, sebanyak 2 tidak terkait dengan program
utama MP3EI. Kegiatan riset yang paling tinggi keterkaitannya adalah bidang Pertanian 33
disusul bidang Energi 19, Industri 18, Telematika 14, Kelautan 7 dan Pengembangan
Kawasan Strategi sebanyak 1. Sedangkan untuk Pertambangan dan Pariwisata lebih kecil dari 1.
Tabel 1.
Keterkaitan Riset Insenttif Ristek dengan Program Utama MP3EI.
No Program
Utama 2009
2010 2011
Jumlah
1 Pertanian
2 1.420 60
1.482 2
Pertambangan 2 10
5 17
3 Energi
0 769 74
843 4
Industri 12
663 123
798 5
Kelautan 0 285
18 303
6 Pariwisata
0 22 3
25 7
Telematika 34 542
38 614
8 Pengembanga
n Kawasan Strategis
0 47 6
53 9
Tidak masuk 3 372
2 377
Total 53 4.130 329 4.512
Dari judul judul insentif ristek tersebut ada sekitar 19 atau 843 judul riset berkaitan dengan bidang
energi. Judul riset yang berkaitan bidang energi diantaranya pada riset energi terbarukan meliputi
panas bumi, angin, batubara peringkat rendah, biofuels
termasuk biodiesel dan bioethanol, biomasa dan biogas, surya-fotovoltaik, hidrogen
dan fuel-cell, nuklir, energi laut, termasuk gelombang dan arus laut, coal bed methane, dan
konservasi energi. Riset pengembangan panas
bumi dan pengembangan pembangkit listrik biomassa di daerah terpencil banyak dijadikan
tema riset pada program Insentif Ristek 2009- 2011. Banyak judul-judul riset energi tentang
panas bumi terutama didasarkan karena potensi panas bumi Indonesia sebesar 27.000 MW
merupakan potensi terbesar di dunia.
Potensi panas bumi yang besar ini dapat menjadikan
Indonesia sebagai center of excellence atau center of research
dalam pengembangan panas bumi. Selain potensi panas bumi sebagai judul riset,
potensi biomassa juga sebagai topik utama tema riset pada program insentif ristek ini.
Gambar 2.
Presentase
Keterkaitan Insentif Ristek yang Berhubungan Program Utama MP3EI.
Kebutuhan transportasi meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi.
MP3EI menuangkan sektor transportasi masuk dalam 22 kegiatan ekonomi utama. Kegiatan
ekonomi utama
tersebut meliputi
kakao, peternakan,
perkayuan, minyak
dan gas,
batubara, nikel, tembaga, bouksit, perikanan, pariwisata, pertanian pangan, jabodetabek area,
kawasan nasional
selat sunda,
peralatan transportasi, telematika, perkapalan, tekstil,
makanan, minuman, besi baja, alutsita, kelapa sawit, dan karet. Judul-judul penelitian insentif
ristek selain dikelompokkan dalam program utama MP3EI juga kemudian dikelompokkan
satu persatu berkaitan dengan 22 kegiatan ekonomi utama.
Tabel 2 . Keterkaitan Riset Insentif Ristek dengan Kegiatan
Ekonomi Utama MP3EI.
No .
Kegiatan Ekonomi
Utama Insentif Ristek
Jumla h
2009 2010
201 1
1 Perkapalan
29 7
36 2
Tekstil 1
1 3
Makanan minuman
1 280
26 307
4 Besi baja
2 5
3 10
5 Alutsista
251 34
285 6
Kelapa Sawit 1
55 2
58 7
Karet 5
5 8
kakao 37
1 38
9 Peternakan
271 11
282
66
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 10
Perkayuan 23
1 24
11 Minyak dan
Gas 5
312 62
379 12
Batubara 6
3 9
13 Nikel
14 Tembaga
15 Bouksit
16 Perikanan
279 13
292 17
Pariwisata 36
2 38
18 pertanian
Pangan 1
706 34
741 19
Jabodetabek Area
11 4
15 20
KSN Selat Sunda
4 2
6 21
Peralatan Transportasi
185 22
207 22
Telematika 35
561 44
640 tidak masuk
8 1073
58 1139
TOTAL 4.66
8 1.628 635
6.931
Dari data yang ada total 4.067 kegiatan riset, setelah dilakukan kajian keterkaitan dengan
program kegiatan ekonomi utama MP3EI menjadi 6.931 kegiatan riset atau naik 10,94. Dengan
data tersebut yang ada keterkaitannya dengan Kegiatan
Ekonomi Utama
MP3EI bidang
transportasi yaitu masalah peralatan transportasi sebesar 207 judul riset atau sekitar 5. Judul-
judul riset yang berkaitan masalah transportasi adalah perkapalan sebesar 36 judul atau sekitar
1.
Program riset
Insentif Ristek
milik Kementerian Ristek ini merupakan contoh salah
satu data yang dapat memberikan gambaran kondisi riset di Indonesia yang berkaitan dengan
program pembangunan sesuai visi misi MP3EI. Database yang memberikan gambaran secara
lengkap tentang perkembangan iptek di Indonesia termasuk sumber daya manusia sangat diperlukan
agar memudahkan hasil-hasil riset diterima dan ikut berperan dalam pembangunan.
Gambar 3.
Persentase Keterkaitan Insentif Ristek yang Berhubungan Kegiatan Ekonomi Utama
MP3EI.
Pembangunan sektor energi dan transportasi mengalami peningkatan seiring pertambahan
penduduk serta laju pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Penyediaan
energi untuk transportasi terus meningkat seiring pertambahan sarana transportasi. Selama kurun
waktu 2000-2011, sektor transportasi mengalami laju pertumbuhan per tahun terbesar yaitu
mencapai 6,47 per tahun, disusul sektor komersial 4,32, dan sektor industri 3,05.
Tingginya pertumbuhan konsumsi energi final sektor transportasi karena pesatnya pertumbuhan
kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 15 dan tingginya laju pertumbuhan sektor komersial
karena pesatnya peningkatan pertambahan hotel, mall, dan gedung. Sugiono,2012. Tingginya laju
pertumbuhan sektor transportasi perlu diwaspadai karena sebagian konsumsi energinya masih
menggunakan
BBM yang
disubsidi oleh
pemerintah. Sebagian pemanfaatan energi di Indonesia masih disubsidi, antara lain bensin
premium, minyak solar, biofuel untuk transportasi, minyak tanah untuk konsumen tertentu, paket
LPG tabung 3 kg, dan listrik untuk konsumen tertentu. Gambaran secara umum terhadap subsidi
energi menunjukkan bahwa target subsidi energi yang ditetapkan antara 13-14 pada RAPBN
selalu terlampaui. BPPT, 2013. Mengingat tingginya penggunaan bahan bakar minyak dalam
penggunaan energi final, maka penggunaan bahan bakar alternatif perlu terus didorong. Terutama
sebagai substitusi BBM seperti biofuel. CNG juga
1.Perkapalan 1
2 .Tekstil 3.Makanan
minuman 7
4 .Besi baja 5.Alutsista
6 6.Kelapa Sawit
1
7. Karet 8. kakao
1 9.Peternakan
6
10 .Perkayuan 1
11. Minyak dan Gas
8
12.Batubara 13. Nikel
14 Tembaga 15 Bouksit
16. Perikanan 6
17 Pariwisata
1
18. pertanian Pangan
16 19.Jabodetabek
Area 20. KSN Selat
Sunda 21.Peralatan
Transportasi 5
22 .Telematika 14
0. tidak masuk 25
Keterkaitan Insentif Ristek dengan Kegiatan Ekonomi MP3EI
67
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
mulai dipertimbangkan oleh Pemerintah untuk mensubstitusi premium yang penggunaannya terus
meningkat. Penggunaan batubara untuk kebutuhan industri terus meningkat, namun pangsanya masih
jauh dibawah BBM. Meskipun penggunaan batubara meningkat, namun pada tahun 2015
pangsanya menurun menjadi 11,6 dimana pada tahun tersebut pangsa penggunaan gas bumi dan
LPG meningkat menjadi 20,7. Penggunaan gas bumi dan LPG yang didominasi sektor industri
dan rumah tangga akan terus meningkat, kemudian pangsanya akan merosot karena
pasokan gas akan terus menurun sesuai dengan kemampuan produksinya, sehingga pada tahun
2030 pangsanya sebesar 14,8. Meskipun penggunaan BBG terus dikembangkan namun
karena infrastruktur pasokannya belum memadai sehingga sampai saat ini pengembangan BBG
untuk transportasi masih banyak mengalami kendala. Sedangkan penggunaan minyak bakar
dan minyak tanah untuk transportasi secara teknologi mulai ditinggalkan karena kurang
efisien. Ketergantungan pada BBM impor yang
semakin besar, harga minyak yang cenderung meningkat, subsidi yang sulit dihentikan, dan
penggunaan energi yang sangat boros, serta pertumbuhan penduduk masih tinggi, akan
membawa kehidupan ke berbagai permasalahan dan menghambat pembangunan nasional. Jika
kondisi buruk ini doomsday terjadi, maka sulit untuk memperbaikinya. Untuk itu peran riset di
bidang energi untuk transportasi sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal ini. Riset
yang teruji serta siap untuk diimplentasikan serta didukung oleh kebijakan pemerintah. Riset
transportasi yang perlu digarap meliputi riset keselamatan
pengguna jalan
raya, sistem
transportasi cerdas, transportasi kereta api, logistik, penerbangan, transportasi perkotaan,
transportasi umum, transportasi ekonomi, transpor basis data dan berbagai isu transportasi. Riset
penerapan kendaraan hemat bahan bakar telah banyak dikerjakan oleh LIPI, BPPT dan Perguruan
Tinggi. Riset konversi kendaraan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas banyak mengungkap
penghematan negara. Penggunaan BBN dan BBG sebaiknya semakin didorong untuk mensubstitusi
minyak solar dan bensin. Pemerintah dengan berbagai
kementerian yang
dimilikinya diharapkan mendorong transfer pengetahuan dan
teknologi kendaraan hemat bahan bakar.
PENUTUP Riset Penelitian Insentif Ristek yang terdata pada
OMRC Open Method of Research Coordination di DRN yang terdiri dari 4.067 judul riset pada
tahun 2009
– 2011 memiliki keterkaitan dengan program pembangunan di dalam MP3EI. Dari
judul judul riset yang telah terdata ada sebannyak 19 riset berkaitan dengan bidang energi dan ada
6 berkaitan dengan bidang transportasi meliputi riset alat transportasi dan perkapalan.
Riset bidang energi dan transportasi saat ini menjadi
hal penting
mengingat masalah
transportasi dan energi di Indonesia menjadi masalah utama. Riset yang berkaitan dengan
bidang energi dan transportasi program Insentif Ristek sebaiknya dilakukan pendataan ulang
kemudian ditelusur dan dilakukan kajian untuk bisa diteruskan menjadi riset yang menghasilkan
produk siap di industrialisasi serta siap menunjang pembangunan nasional bidang energi dan
transportasi. Kesiapan riset dalam menunjang pembangunan nasional bidang energi dan
transportasi dapat tercapai jika DRN terus bekerjasama dan mendapat dukungan Dewan
Energi Nasional serta dukungan dari berbagai kementrian yaitu kementerian lainnya seperti
Kemenristek, Kemendikbud, Kemenhub, Kemen ESDM dan Lembaga-Lembaga Litbang baik
pemerintah
maupun swasta.
Konsorsium- konsorsium riset bidang industri dan transportasi
yang terdiri dari berbagai elemen riset handal serta dukungan industri akan memudahkan dan
mempercepat hasil riset menuju industri dan siap menunjang pembangunan nasional.
Peranan penelitian bidang energi dan transportasi
menjadi semakin
jelas dalam
mendukung kebijakan energi kedepan yang berbasis teknologi. Dengan penerapan iptek,
penyediaan energi dapat diantisipasi lebih dini agar tak terjadi skenario buruk kelangkaan BBM.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
Bapak Dr. Agus Hartanto selaku anggota Dewan Riset
Nasioanal yang
telah memberikan
kepercayaan penulis menjadi bagian dari tim analisis data-data riset di Dewan Riset Nasional
tahun 2012.
68
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adibroto, T. 2007. Peran Negara Dalam Pembangunan Riset. BEM ITS Surabaya,
Simposium Nasional 25 Maret 2007. Aminullah,
E., 1994.
Rekayasa Ulang
Manajemen Riset di Sektor Publik. Berita IPTEK Tahun ke 38, No.1, Jakarta.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,