Hasil Proses Aktivasi Rendemen dan Luas Permukaan

281 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Studi Perbandingan Produk Pangan Tradisional Produksi UKM Berbasis Agroindustri di Jawa Barat: Studi Kasus Opak A Comparative Study of Traditional Food Product Produced by Agroidustry Based SMEs in West Java: Case Study Opak Dwi Purnomo, Fajar Rizky Koespradana dan Totok Pujianto 1 Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Jatinangor Kabupaten Sumedang. 45363 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: SMEs Traditional Food Opak Agroindustry Comparative Study Kata Kunci: UKM Pangan Tradisional Opak Agroindustri Studi Komparasi West Java has many traditional food products which are some of them produced by small and medium enterprises SMEs. One of the West Jav a’s traditional food products is opak. Opak is produced by some areas in West Java such as Bandung, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Tasikmalaya, and Karawang. However, there is no complete information about the difference of Opak ’s production in those areas. The research aim togain information and mapping about product ’s characteristics, cultural value, and opak ’s production in each area. The method used in this research was survey combining with interview to several bussiness players. The research yielded some information on the difference of each opak based on their characteristics, cultural value, business form of opak ’s SMEs. The findings could be used as a reference in government policy or other decision-making in business development, especially in the traditional foods and in facing the era of competition where traditional food products would be able to remain competitive and win the market. S A R I K A R A N G A N Jawa Barat memiliki banyak produk makanan tradisional yang beberapa di antaranya diproduksi oleh Usaha Kecil dan Menengah UKM. Salah satu produk makanan tradisional Jawa Barat adalah opak. Opak diproduksi oleh beberapa daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Tasikmalaya, dan Karawang. Namun, tidak ada informasi lengkap mengenai perbedaan produksi Opak di daerah-daerah tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi dan pemetaan tentang karakteristik produk, nilai budaya, dan produksi opak di daerah masing-masing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey yang digabungkan dengan wawancara kepada beberapa pemain bisnis. Penelitian ini menghasilkan beberapa informasi tentang perbedaan masing-masing opak berdasarkan karakteristik mereka, nilai budaya, serta model bisnis dari opak di UKM. Temuan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan pemerintah atau pengambilan keputusan lainnya dalam pengembangan bisnis, terutama terkait makanan tradisional dan dalam menghadapi era persaingan di mana produk makanan tradisional akan mampu untuk tetap bersaing di pasar © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 282 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Pengembangan industri berbasis pangan tradisional saat ini banyak didominasi oleh Usaha Kecil Menengah, banyak yang memiliki kesulitan untuk dikembangkan menjadi industri besar. Berbagai upaya dilakukan untuk mengangkat level UKM ini menjadi besar dengan memperbaiki proses produksinya hingga perbaikan proses manajemennya. Dilain pihak pangan tradisional tidak selalu harus didekati dengan pendekatan industrial untuk menarik nilai tambahnya. Terdapat berbagai hal yang dapat ditingkatkan terutama dalam pendekatan budaya, teknologi tepat guna serta sumber daya manusia yang mengedepankan kearifan lokal sehingga hal-hal tersebutlah yang dapat dioptimalkan sebagai nilai tambah yang diharapkan dapat menjadi lokomotif perekonomiannya tanpa memaksakan komoditas pangan tradisional tersebut menjadi industri besar. Sebaran pangan tradisional sesunguhnya dapat mengambarkan beragam teknologi tepat guna, karakter usaha, budaya hingga tingkatan pengetahuan yang dikuasai dengan objek pangan yang serupa. Perbedaan-perbedaan ini menjadi daya tarik kekhasan masing-masing usaha dan produknya yang dapat dijadikan nilai tambah bagi pengembangannya. Selain hal tersebut, komparasi beberapa karakteristik ini dapat dijadikan bahan pembelajaran satu sama lain dalam menyelenggarakan pengem- bangan usaha dari mulai proses produksi hingga pemasaran produk. Sesungguhnya, industri pangan tradisional mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia Kumalaningsih, 2007. Sebagai contoh, di Provinsi Jawa Barat, produk pangan tradisional dihasilkan oleh berbagai pengusaha kecil menengah dengan total aset sebesar 48,84 milyar rupiah dan memberikan sumbangan ke pemerintah daerah setempat sebesar Rp 0,3 milyar tahun. Salah satu produk pangan tradisional yang ada di Jawa Barat adalah opak. Camilan kering berbentuk pipih ini dibuat dari beras ketan dan dimatangkan dengan cara dibakar menggunakan arang. Opak dipilih menjadi studi kasus produk pangan tradisional pada penelitian ini yang kemudian dipetakan berdasarkan karakteristiknya masing-masing daerah penghasilnya. Opak yang dibuat dari beras ketan Oryza sativa glutinosa atau singkong Manihot utilissima dan dimatangkan dengan cara dibakar menggunakan arang. Opak tradisional tebalnya hampir 0,5 cm, tetapi kini opak sudah mulai dimodifikasi, sehingga mempunyai ketebalan 1 mm dengan diameter kurang lebih 6 cm, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada umumnya, opak hanya memiliki dua rasa yaitu gurih dan manis. Akan tetapi, kini ada pengembangan rasa dan bentuk, opak yang tidak hanya berbentuk bulat, tetapi mempunyai berbagai bentuk dan juga ukuran serta diberi penambahan berbagai macam rasa lainnya Dwijayanti,2006 Dalam memetakan karakter produk opak, maka perlu mengidentifikasi berbagai keunggulan dari atribut produk. Atribut produk dapat diklasifikasikan menjadi dua atribut yaitu atribut instrinsik dan ekstrinsik. Atribut intrinsik adalah penampilan produk, rasa, harga, mutu, variasi produk, cara penyajian, apresiasi konsumen, dan level of trust Purnomo, 2011. Daerah penghasil opak di Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Majalengka, Cirebon, Tasikmalaya, dan Karawang. Salah satu Kabupaten yang paling banyak produsen opaknya adalah Sumedang yakni terdapat 19 UKM yang memproduksi opak Disperindag, 2011. Produk opak setiap wilayah mempunyai karakteristik yang berbeda. Banyaknya daerah yang memproduksi opak menimbulkan berbagai ragam opak baik dari ukuran, tekstur, rasa, cara pengolahan, harga, maupun latar belakang budaya dalam pembuatan opak tersebut. Perbedaan yang jelas tampak adalah dari bentuk produk, kemasan dan tata cara memasarkannya. Lebih jauh beragam UKM opak tersebut hingga kini mempertahankan tata cara tradisional dengan berbagai misinya. Keberagaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai nilai tambah dalam pengembangan produk pangan tradisional. Adanya nilai lebih yang dihasilkan membuat produk mempunyai keunggulan yang ditawarkan, seperti yang disampaikan Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 283 oleh Oswalder dan Pigneur 2009 dalam sembilan elemen model bisnis. Selama ini belum ditemukan adanya informasi yang lengkap dan terpadu, mengenai beragam jenis opak mencakup perbedaan opak yang dihasilkan oleh masing-masing daerah. Keberagaman opak merupakan nilai positif karena munculnya banyak pilihan, sepanjang semua jenis opak tersebut diminati atau dapat memenuhi selera konsumen. Oleh karena itu diperlukan suatu studi mengenai perbandingan pada produk pangan opak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi karakteristik yang terdiri atas faktor instrinsik dan ekstrinsik produk opak, memberikan informasi lainnya seperti nilai budaya dan bentuk usaha mengenai produk opak yang ada di Jawa Barat, sehingga bisnis opak dapat berkembang dan berkesinambungan. . Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik- karakteristik produk, nilai budaya, dan bentukusaha opak. Variabel- variabel yang telah dipilih disesuaikan menurut sembilan elemen model bisnis Oswalder dan Pigneur, 2009, seperti : 1 Target pelanggan utama, 2 Keunggulan yang ditawarkan 3 Media yang digunakan untuk menjangkau customer segment, 4 Cara menjaga hubungan baik dengan customer 5 Sumber- sumber pendapatan, 6 Sumber daya utama yang dimiliki, 7 Kegiatan operasional utama yang dilakukan, 8 Partner kerja utama dan 9 Struktur biaya. KERANGKA PEMIKIRAN Produk pangan tradisional yang populer ternyata memiliki perbedaan karakter khas daerahnya sehingga perlu dipetakan dan dikenali beragam keunggulan dan pemasalahan-nya secara komprehensif sehingga diharapkan menghasilkan informasi lebih banyak mengenai produk pangan opak ini. Pemetaan dilakukan dengan memetakan faktor-faktor sumber daya yang terdiri dari 5 M Man, Method, Material, Money, Machine, dan juga karakteristik produknya seperti ukuran, warna, tekstur, harga, cara pengolahan, serta latar belakang budaya dalam memproduksi produk pangan. Analisis dilakukan untuk mengetahui perban-dingan produk yang dihasilkan UKM di tiap daerah METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei dengan pendekatan pemetaan kondisi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan pendekatan secara deskriptif melalui pengamatan yang dilakukan langsung kepada narasumber yang telah ditentukan. Selain itu melakukan pengamatan fisik terhadap produk opak. Wawancara dilakukan untuk mengetahui faktor intrinsik dan ekstrinsik pada produk opak di berbagai lokasi di Provinsi Jawa Barat yang dilakukan pada periode November 2013 hingga Juli 2014. Lokasi ditentukan dengan metode purposive sampling , yaitu pemilihan metode pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasi didapatkan dengan menggunakan pertimbangan tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Opak ditemukan hampir di seluruh wilayah Jawa Barat dan dikenal sebagai salah satu makanan tradisional yang populer. Beberapa opak yang populer tersebut antara lain Opak Kawung dari Kabupaten Karawang, Opak DPO dan Opak Nia dari Kabupaten Sumedang serta Opak Ibu Tutun dari Kabupaten Bandung. Opak-opak tersebut adalah sedikit dari beragam produk opak di Jawa Barat, namun dipilih berdasarkan karakteristik yang paling signifikan terlihat baik dari penampilan produk maupun proses produksinya. Gambar 1 Keberagaman opak dapat dibedakan melalui bentuk fisik. Perbedaan bentuk fisik tersebut terlihat dari ukuran diameter seperti pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan perbandingan ukuran opak, terlihat bahwa Opak DPO dan Opak Nia memiliki diameter 6,5 cm, Opak Kawung memiliki diameter 7,5 cm, serta Opak Ibu Tutun dan Opak Pahlihah adalah 8 cm. Hasil perbandingan tersebut terlihat bahwa opak yang berasal dari daerah yang sama memiliki ukuran yang sama, yaitu Opak DPO dan Opak Nia serta Opak Ibu Tutun dan Opak Pahlihah. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh nilai budaya dari daerah asal produk terhadap produk opak yang dihasilkan. Secara pengujian organoleptik, perbandingan ukuran opak yang paling disukai konsumen adalah opak Ibu Tutun yaitu 7,95 cm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa opak Ibu Tutun memenuhi standar produk opak tradisional pada umumnya yaitu mempunyai ukuran yang baik, yaitu tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil. Dalam hal konsistensi bentuk, dimana hasil akhir dipengaruhi oleh proses 284 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 pencetakan yang dilakukan menggunakan geplak. Nilai konsistensi bentuk yang tinggi menurut hasil uji kuisioner konsumen adalah opak Kawung. Menurut para konsumen konsistensi bentuk merupakan hal yang cukup penting karena termasuk kedalam estetika produk Dari faktor warna, pada umumnya opak mempunyai warna coklat muda. Hasil uji menunjukkan bahwa opak DPO mempunyai warna yang paling kuat untuk produk opak karena mempunyai warna cokelat yang sesuai dengan standar opak pada umumnya. Sedangkan opak Kawung mempunyai nilai yang paling rendah karena warna yang dihasilkan oleh produk cenderng berwarna putih dengan sedikit coklat, sehingga terlalu lemah untuk standar produk opak. Pada pengujian tesktur opak hasil uji organoleptik menunjukan bahwa opak yang mempunyai tekstur paling baik untuk produk opak adalah opak Kawung, karena opak Kawung memiliki tekstur paling halus ketika dimakan. Hal tersebut dipengaruhi pada saat proses penumbukan, yaitu kehalusan bahan hasil tumbukan. Selain itu, UKM Opak Kawung melakukan sortasi beras ketan terlebih dahulu sebelum di tumbuk sehingga hasil tumbukan lebih halus, dan terjamin bahwa tidak ada benda lain selain beras ketan pada adonan beras ketan. Proses penumbukan yang tidak baik akan menghasilkan adonan opak yang tidak tercampur merata, sehingga tekstur opak menjadi tidak baik. Uji kerenyahan menunjukkan bahwa opak Kawung memiliki tingkat kerenyahan terbaik, hal ini disebabkan oleh proses produksi, yaitu penjemuran dan pemasakan. Proses penjemuran dan pemasakan yang tidak baik akan menghasilkan opak yang tidak kering, dan beras ketan tidak matang dengan baik sehingga kerenyahannya berkurang. Pada uji aroma, aroma yang paling kuat adalah opak Nia. Aroma kuat yang dihasilkan oleh opak Nia merupakan aroma kelapa. Hal ini dikarenakan penggunaan kelapa yang sudah tua pada opak Nia berbeda dibanding yang lain. Selain itu aroma yang kuat didapatkan dari proses masak yaitu di atas bara api dari arang, asap pembakarannya yang memperkuat aroma dari bahan kelapa. Pada uji aroma hasil uji organoleptik terlihat bahwa aroma yang dihasilkan dari opak Kawung bernilai rendah, hal ini dikarenakan pemakaian bahan baku kelapa yang hanya menggunakan saripatinya saja, berbeda dengan opak Nia dan opak lainnya yang menggunakan seluruh bahan kelapa termasuk parutan daging kelapa tersebut. Pengujian rasa adalah pengujian lain yang dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui produk opak mana yang memiliki rasa yang kuat yang dihasilkan dari paduan bahan baku yaitu beras ketan dan kelapa. Hasil pengujian menunjukkan produk opak yang memiliki rasa paling kuat adalah opak Ibu Tutun. Rasa kuat yang dihasilkan dari opak Ibu Tutun dihasilkan oleh paduan bahan baku utama berupa beras ketan dan kelapa. Bahan baku yang digunakan setiap opak sama, namun yang membedakannya adalah proses produksi. Penambahan bahan penyedap rasa seperti gula dan garam juga berpengaruh pada rasa opak, yang tentu saja takaran penyedap rasa tersebut berbeda di setiap opak. Nilai budaya juga berpengaruh pada rasa opak, opak Ibu Tutun berhasil mempertahankan komposisi bahan serta proses produksi sejak dahulu sampai sekarang sehingga rasa opak tradisional tetap ada pada opak tersebut. Pada faktor kemasan, perbedaan bentuk opak sangat mempengaruhi ukuran kemasan opak, termasuk didalamnya adalah jumlah kepingan opak dalam kemasan. Perbandingan ukuran kemasan opak disajikan pada Gambar 3 berikut. Pengujian kemasan pada uji kuisioner konsumen dilakukan untuk mengetahui apakah diperlukan teknologi dan inovasi pada kemasan serta kelengkapan informasi pada kemasan menurut konsumen. Kelima opak yang diteliti yaitu opak DPO, Nia, Kawung, Ibu Tutun dan Pahlihah mempunyai kemasan yang sudah sesuai standar, yaitu menggunakan jenis plastik polyetilen dan polypropilene atau plastik yang biasa digunakan untuk mengemas bahan pangan. Selain itu informasi yang sudah tercantum pada kemasan sudah lengkap, namun pada opak Pahlihah tidak mencantumkan informasi sama sekali. Hasil uji kuisioner konsumen menunjukkan bahwa opak Pahlihah dan Ibu Tutun memerlukan inovasi pada kemasan, Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 285 khususnya pada bagian informasi produk yang mereka hasilkan. Pada faktor harga, masing-masing produk opak memiliki bentuk kemasan yang berbeda, begitu pula jumlah opak dalam satu kemasan. Perbedaan tersebut mempengaruhi produsen dalam menetapkan harga produknya. Harga produk opak yang dihasilkan kelima opak ini berkisar antara Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 15.000. Opak Ibu Tutun mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 30 keping opak tiap kemasan. Opak Pahlihah mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 25 keping opak tiap kemasan. Nia mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 75 keping opak tiap kemasan. Opak DPO mempunyai harga Rp. 12.000 dengan isi 80 keping opak tiap kemasan. Opak Kawung mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 26 keping opak tiap kemasan. Berdasarkan hasil penelusuran, Opak Pahlihah memiliki harga yang sesuai dengan produknya dan opak Kawung dirasa memiliki harga terlalu mahal. namun para konsumen menilai harga opak Kawung terlalu mahal, namun penelitian menemukan bahwa para konsumen rela mengeluarkan uang mereka untuk membeli produk opak Pahlihah. Pengujian popularitas produk dilakukan untuk mengetahui prosuk opak yang lebih dikenal oleh konsumen. Pengujian popularitas menunjukkan bahwa opak DPO dan Nia lebih banyak dikenal dibandingkan dengan produk opak lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh areal pemasaran dari produk opak, semakin luas areal pemasaran maka semakin dikenal oleh banyak orang. Secara keseluruhan, hasil uji organo- leptik secara keseluruhan didapat penilai mengenai penampakan keseluruhan dari masing-masing opak menunjukkan bahwa opak Ibu Tutun mempunyai penampakan keseluruhan yang paling baik dari opak lainnya. Opak Ibu Tutun dinilai memenuhi standar produk opak tradisional pada umumnya. Hasil penelitian yang dilakukan beberapa faktor dapat dipetakan mengenai perbandingan UKM Opak di Jawa Barat yang diketahui melalui hasil survei langsung, uji organoleptik dan uji kuisioner konsumen. Hasil keseluruhan uji tersaji pada Gambar 4. Hasil uji organoleptik pada Gambar 4 menunjukkan bahwa opak terbaik dengan nilai tertinggi adalah Opak Ibu Tutun, yaitu 6,3 dari skala nilai 10. Kegiatan Produksi Dalam kegiatan produksi, pemetaan dimulai dari perolehan bahan baku utama. Dalam pengolahan produk opak adalah beras ketan dan kelapa. Bahan baku yang digunakan oleh kelima UKM opak adalah sama, namun jumlah yang digunakan berbeda-beda sehingga menghasilkan jumlah opak yang berbeda pula setiap kali produksi Opak Nia menggunakan jumlah bahan baku kelapa dan beras ketan lebih banyak dibanding dengan opak lainnya, yaitu 25 kg kelapa dan 50 kg beras ketan. Hal tersebut mempengaruhi jumlah produksi opak yang dihasilkan, yaitu 15000 keping opak setiap produksi. Opak Pahlihah menggunakan 10 kg kelapa dan 20 kg beras ketan, menghasilkan 2500 keping opak. Opak Ibu Tutun menggunakan 12,5 kg kelapa dan 25 kg beras ketan, menghasilkan 3000 keping opak. Opak Kawung menggunakan 5 kg kelapa dan 10 kg beras ketan, menghasilkan 2500 keping opak. Sedangkan opak DPO menggunakan 6,5 kg kelapa dan 12,5 beras ketan, menghasilkan 5000 keping opak. Bahan baku utama dalam pengolahan produk opak adalah beras ketan dan kelapa. Kelima UKM produk opak yang diteliti mengambil bahan baku yang berasal dari beragam daerah seperti pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa opak yang berasal dari satu daerah mengambil bahan baku dari daerah yang sama, sehingga menghasilkan kesamaan pada produk yang dihasilkan. Pada faktor segmentasi konsumen, produk opak pada umumnya tergolong kepada konsumen massal, artinya UKM opak pada umumnya tidak menggolongkan target konsumen yang dituju, siapa saja dapat menikmati produk opak tersebut. Pada umumnya kelima UKM opak ini hanya menjual produknya pada rumah makan dan sentra oleh-oleh saja, karena mereka belum mempunyai kemampuan untuk mengembang- kan usahanya menuju segmentasi produk yang lebih luas. Faktor sumber daya manusia pada UKM pangan tradisional opak, jumlah tenaga kerja terbanyak dimiliki oleh UKM Opak Nia yaitu 20 orang. Hal ini berhubungan dengan jumlah produksi opak yang tinggi. 286 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Jaminan mutu produk Jaminan mutu produk merupakan bagian penting dalam sebuah produk, hal ini perlu dilakukan untuk menjaga kepercayaan konsumen. Jaminan mutu produk biasanya terdapat pada isi produk serta kelengkapan informasi kemasan. Kelima UKM opak tersebut memberikan jaminan mutu produk yaitu berupa penggunaan bahan baku yang baik, serta meminimalkan jumlah kepingan yang pecah dalam setiap bungkusnya. Hasil uji kuesioner konsumen menunjukkan bahwa opak Kawung dinilai sudah memberikan jaminan mutu produk yang paling baik diantara opak lainnya. Hal ini disebabkan oleh kemasan produk yang baik, yaitu menggunakan karton serta plastic sehingga menjamin kondisi produk opak terjaga dengan baik. Selain itu kelengkapan informasi pada kemasan dinilai sudah memenuhi standar. Salah satu cara untuk memasarkan produk adalah dengan melakukan kerjasama mitra usaha. Kelima UKM produk opak yang menjadi objek penelitian ini menjalin kerjasama dengan beberapa sentra oleh-oleh dan rumah makan untuk menjual produknya. Pemetaan lainnya adalah mengenai struktur biaya menjelaskan mengenai biaya- biaya penting yang harus dikeluarkan oleh kelima UKM opak untuk mengoperasikan usahanya. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh kelima UKM opak yaitu terdiri dari biaya upah untuk para tenaga kerjanya. Sedangkan untuk biaya variabel dikeluarkan diantaranya untuk pembelian bahan baku. Biaya target merupakan total biaya yang diharapkan jika semua produksi terjual. Sehingga nilai laba dapat diketahui melalui selisih dari biaya target dan biaya produksi. Dari penelurusan, dapat diketahui bahwa UKM opak Nia mempunyai jumlah biaya produksi paling tinggi dibandingkan keempat UKM opak lainnya yaitu Rp 1.500.000produksi. Biaya tersebut digunakan untuk membeli bahan baku seperti beras ketan dan kelapa. Namun, hal ini tidak sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena menurut Ibu Euis, sang pemilik Opak Nia, beliau menjalankan usaha UKM Opak Nia karena mempunyai latar belakang untuk pemberdayaan wanita di daerah sekitar. Sehingga pada saat menjalankan usahanya Ibu Euis tidak mentargetkan jumlah keuntungan yang tinggi. Sedangkan nilai laba tertinggi dihasilkan oleh UKM Opak Kawung, karena biaya target yang ditetapkan tinggi. Penetapan biaya target yang tinggi pada Opak Kawung juga diimbangi dengan kualitas produk, yaitu proses produksi dan kemasan produk. Secara keseluruhan, uji preferensi konsumen menunjukkan bahwa opak yang memiliki nilai tertinggi adalah Opak Nia, yaitu nilai 4 dari skala nilai 6. Secara detail diilustrasikan pada Gambar 5. Dari hasil pemetaan dan pengujian secara keselurihan menunjukkan bahwa hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa Opak Ibu Tutun memenuhi semua karakteristik opak tradisional yang diinginkan. Begitupula pada hasil uji preferensi konsumen yang menilai tentang karakteristik keseluruhan dari produk opak, yaitu kemasan, harga, dan pengaruhnya pada konsumen jatuh Opak Ibu Tutun dengan nilai preferesi tertinggi. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sehingga didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Opak di Jawa Barat pada umumnya mempunyai perbedaan karakteristik yang dapat diangkat sebagai keunggulan komparatif. Nilai-nilai budaya selama proses produksinya dapat diperbaiki agar mampu meningkatkan mutunya dan memberikan kekhasan yang dapat menjadi nilai tambah tersendiri. 2. Opak Ibu Tutun tampil sebagai Opak terunggul, namun bukan berarti semua proses produksi atau pengembangan produk harus mengacu pada salah satu pola produksi pangan tradisional. Setiap proses produksi pangan tradisional perlu disempurnakan dengan karakternya masing-masing tanpa menanggalkan identitas kekhasannya. 3. Pemetaan diperlukan sebagai perangkat evaluasi dan acuan kebijakan pengembangan produk pangan tradisional yang perlu dikembangkan dengan kekhasannya masing- masing tanpa perlu diseragamkan namun perlu diangkat tingkatan mutunya yang memenuhi kaidah produksi pangan yang baik dan mampu bersaing dengan produk pangan lainnya secara komersial. 4. Pengembangan ekonomi lokal perlu mempertimbangkan keragaman kearifan lokal sebagai salah satu faktor yang dapat mengangkat kemampuan berkompetisi Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 287 Untuk melengkapi pembahasan dalam makalah ini, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Para pengerajin makanan tradisional disarankan untuk lebih banyak mengikuti kegiatan pelatihan dan pameran produk pangan agar usaha dan produk yang dihasilkan dapat lebih berkembang. 2. Produsen dan pemerintah dalam mengembangkan produk tradisional disarankan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam proses pembuatan makanan tradisional DAFTAR PUSTAKA Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat. 2011. Data Statistik Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bandung. Dwijayanti, K. 2006. Karakteristik Opak Campuran Beras Sorgum Putih Genotif 1.1 Dari Berbagai Lama Penyosohan Abrasif Dengan Beras Ketan Putih. Skripsi sarjana Bandung : Universitas Padjadjaran. 2006. Kumalaningsih, S. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah UKM Dalam Bidang Industri Pangan Tradisional. Osterwalder, A., and Yves, P. 2010. Business Model Generation , New Jersey: John Wiley Son. Purnomo, D 2011. Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal global . Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 288 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Lokasi Produksi Daerah Pemasaran Daftar Gambar Gambar 1. Lokasi Produksi dan Sebaran Opak Ukuran Opak Gambar 2. Perbandingan Gambar 3. Perbandingan Ukuran Kemasan Opak Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 289 Gambar 4. Hasil Uji Organoleptik Gambar 5. Hasil Preferensi Konsumen Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 290 Daftar Tabel Tabel 1. Daerah Sumber Bahan Baku Tabel 2. Mitra Usaha UKM Opak No Opak Asal Bahan Baku 1 Opak DPO Cirebon dan Sumedang 2 Opak Nia Subang dan Sumedang 3 Opak Kawung Karawang 4 Opak Ibu Tutun Garut dan Banjaran 5 Opak Pahlihah Garut dan Banjaran No Opak Mitra Usaha Lokasi Mitra Usaha 1 DPO RM Tahu Ateng Sumedang 2 Nia Sentra Oleh-oleh Ibu Epon Sumedang 3 Kawung Sentra Oleh-oleh Karawang Barat Karawang Barat 4 Ibu Tutun Sentra Oleh-oleh Kabupaten Bandung Soreang Banjaran 5 Pahlihah Warung Makan di Ciwidey Ciwidey Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 291 CIGARETOR Making Fertilizer and Biofuel from Cigarettes Waste Using EM-4 Kurniawan 1 , Pandhu Picahyo 1 , Vicky Yuliandi 1 1 Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia 55281 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Cigaretor Cigarette waste Fertilizer Biofuel Kata Kunci: Cigerator Rokok sisa Pupuk Bahan bakar ASEAN is an organization consisting of 11 countries in Southeast Asia. ASEAN has a population of + 629.379 million people, and as many as + 124.691 million people in the ASEAN becomes active smokers. Indonesia and other countries in ASEAN have the same challenge, which is the opening of the ASEAN free trade then it is possible that the number of active smokers in the ASEAN region will increasing. There are still many cigarette waste are much scattered in the streets and dustbins, if ASEAN free market run, then it is possible to further increase the number of cigarette waste . Therefore, we created “cigaretor”, a technology that will change the rest of the cigarette waste into fertilizer and biofuel. This technology will be packaged with a shape resembling a trash can, which can then be traded in ASEAN. The shape is simple and attractive as well as the benefits of this technology can reduce the amount of cigarette waste and to produce fertilizer and biofuel will also be used by the community. Future development of this technology will increase the level of competitiveness in the ASEAN region for raw materials will always be available as long as people still smoke. S A R I K A R A N G A N ASEAN merupakan suatu organisasi yang beranggotakan 11 Negara di kawasan Asia Tenggara. ASEAN memiliki jumlah penduduk sebanyak + 629.379 juta jiwa, dan sebanyak + 124.691 juta jiwa masyarakat di ASEAN menjadi perokok aktif. Indonesia dan Negara-negara lain di ASEAN memiliki tantangan yang sama, yaitu dengan dibukanya perdagangan bebas di ASEAN maka tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah perokok aktif di kawasan ASEAN akan terus meningkat. Masih banyak ditemukan rokok sisa pembakaran yang banyak berserakan di jalan-jalan dan tempat sampah, apabila pasar bebas ASEAN berjalan, maka tidak menutup kemungkinan akan semakin bertambahnya jumlah rokok sisa pembakaran ini. Oleh karena itu, kami menciptakan “cigaretor”, suatu teknologi yang akan merubah rokok sisa pembakaran menjadi pupuk dan bahan bakar. Teknologi ini akan dikemas dengan bentuk menyerupai tempat sampah, yang nantinya dapat diperjualbelikan dikawasan ASEAN. Bentuk yang simple dan menarik serta manfaat dari teknologi ini dapat mengurangi jumlah rokok sisa pembakaran serta menghasilkan pupuk dan energi yang nantinya juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengembangan teknologi ini kedepannya akan meningkatkan daya saing di tingkat kawasan ASEAN karena bahan baku yang akan selalu tersedia selama manusia masih merokok. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014  Corresponding author. E-mail address: iwan.worldyahoo.com.au 292 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 2. Gambar penyakit akibat merokok yang terdapat dalam produk kemasan rokok yang diiklankan di kawasan ASEAN . Sumber gambar The ASEAN Tobacco Control PENDAHULUAN Rokok dan perokok adalah dua hal yang sering kita jumpai. Rokok merupakan salah satu barang yang mudah dijumpai di hampir setiap toko dan supermarket. Begitu pula dengan para konsumen rokok, dapat membeli rokok dan menggunakannya secara bebas. Bahkan tidak sedikit perokok yang tidak mau mengindahkan larangan merokok di beberapa tempat umum. Menurut data yang diambil dari ASEAN Tobacco Control Report menunjukkan bahwa dari + 629.379 juta jiwa penduduk di ASEAN, sebanyak + 124.691 juta jiwa masyarakat ASEAN merupakan perokok aktif. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, rokok mengandung zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Adapun bahan-bahan kimia yang terkandung dalam rokok antara lain nikotin, tar, fungisida, pestisida, cadmium, benzene, formaldehyde, amonia, dan lain-lain. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi rokok antara lain serangan jantung, kanker paru-paru, diabetes, impotensi, gangguan janin, dan lain-lain. Sudah banyak usaha dari pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok salah satunya dengan cara mengeluarkan kebijakan tentang iklan rokok seperti tertuang dalam PP NO. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Pemasangan iklan yang dimaksudkan adalah dengan menambahkan gambar mengenai bahaya merokok pada kemasan atau bungkus pada produk-produk rokok. Pemasangan gambar mengenai bahaya merokok pada kemasan rokok tidak hanya dilakukan oleh Indonesia, melainkan di Negara- negara yang menjadi anggota ASEAN juga telah menerapkan pemasangan gambar bahaya merokok pada kemasan rokok yang dijual dipasaran dengan berbagai macam ukuran seperti tampak dalam gambar yang diambil dari The ASEAN Tobacco Control berikut ini. Meskipun telah dilakukan pemasangan iklan seperti gambar di atas, jumlah perokok tetap tinggi + 124.691 juta jiwa. Jumlah perokok yang tinggi ini diimbangi oleh sampah rokok yang tidak tergunakan atau puntung rokok. Menurut Kathleen M R dalam Underwater Naturalist, dalam satu Gambar 1. Sistem Cigaretor 293 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 3. Grafik Produksi dan Konsumsi Energi Primer. Sumber: ASEAN Centre for Energy hari puntung rokok yang dihasilkan dapat mendekati + 219028 kg. Berdasarkan data yang dilansir oleh P-wec, puntung rokok akan terurai secara alami selama 10 tahun. Selain masalah rokok dan perokok yang ditemukan di kawasan ASEAN, masalah bahan bakar juga mewarnai pasar di kawasan ASEAN. Dalam grafik produksi dan konsumsi energy primer di atas terlihat bahwa kebutuhan bahan bakar dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini mengakibatkan harga bahan bakar juga terus meningkat dikarenakan jumlah produksi bahan bakar yang tidak seimbang dengan kebutuhan. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi permasalahan pada kebutuhan bahan bakar dan permasalahan akan puntung rokok yang bertebaran karena penggunanya yang tidak terkendali, kami menawarkan “Cigerator”, suatu teknologi yang dapat merubah puntung rokok yang tidak terpakai menjadi bahan bakar alternative dan mampu menghasilkan produk sampingan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk kesuburan tanaman. KERANGKA TEORI Pembakaran didefinisikan sebagai proses oksidasi senyawa baik organik maupun anorganik dengan adanya oksigen membentuk CO 2 dan air H 2 OHerman, J. 2010. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yamg mengandung satu atau lebih hara tanaman Pilar Lima. 2014. METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan pengamatan pada perilaku masyarakat dan topic pembicaraan di beberapa media elektronik dan internet serta proses pembuatan biogas di Desa Pangpanjung, Madura. Setelah mendapatkan permasalahan dan pemecahan solusi penelitian ini dilakukan di sekretariat Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT UGM. Peralatan pengujian terdiri dari plastik, selang plastik, selotip, botol dengan tinggi 23 cm, panjang lingkar luar 21 cm dan panjang lingkar mulut botol 9,5 cm. Pemilihan botol dilakukan karena botol terbuat dari plastik polietilen yang memiliki kemampuan untuk mengembang atau mengempis dan mampu dikondisikan untuk membuat ruang vakum. Botol diisi dengan puntung rokok, air, tetes tebu dan EM4. EM4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam segar yang didalamnya terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. EM4 memiliki pH 3,5-4,0 dan mengandung mikroorganisme aerob dan anaerob. Meski berbeda, kedua mikroorganisme ini di dalam tanah memberikan multiple effect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Microorganisme menguntungkan tersebut EM 4 telah lama ditemukan, diteliti dan diseleksi terus menerus oleh seorang ahli pertanian bernama Profesor Teruo Higa dari Universitas Ryukyu Jepang. Sutrisari, 2013. Pengaktifan EM4 dilakukan dengan menambahkan air dan tetes tebu. Perbandingan dalam memasukkan EM4, tetes tebu dan air adalah 1:1:1. Kemudian memasukkan puntung rokok pada campuran EM4, tetes tebu dan air yang sebelumnya telah teraduk terlebih dahulu. Pengadukan dilakukan supaya campuran tidak mengental dan mudah masuk dalam sela-sela puntung rokok sehingga mudah bereaksi. Campuran tersebut kemudian diisolasi atau ditempatkan dalam kondisi vakum sehingga tidak terdapat udara yang masuk atau udara yang keluar dari dalam botol. Untuk menghindari pengaruh lingkungan yang dapat membuat botol tersebut bocor, botol tersebut dilapisi plastik dan disegel menggunakan selotip. Pengujian dilakukan pada suhu kamar dan mendiamkan dalam kurun waktu + 1 bulan untuk fermentasi. Hasil fermentasi campuran ini adalah gas dan campuran limbah cair serta padatan. Gas yang dihasilkan inilah yang akan terdapat kandungan metana atau berfungsi sebagai biogas sedangkan limbah sisa berupa padatan dan cair dapat digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman karena kaya akan bakteri 294 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 4. Diagram distribusi presentase dari total orang dewasa yang merokok di ASEAN. Sumber: The ASEAN Tobacco Control Report Gambar 5. Peta daerah bebas merokok di kawasan ASEAN, sumber gambar The ASEAN Tobacco Control Report EM4. Selain itu dilakukan pengujian pula penambahan EM4 pada sampah organik yang akan digunakan sebagai pembanding hasil penelitian terhadap Cigerator. Sampah organik ini diletakkan pada botol dengan ukuran 1,5 liter dan perbandingan tetes tebu, air dan EM4 yang dimasukkan adalah 1:1:1. Pengujian ini dilakukan pula uji nyala api sebagai pembanding akan hasil yang didapatkan oleh Cigerator dan biogas mini berbahan sampah organik. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Pengguna Rokok di Kawasan ASEAN Jumlah pengguna rokok atau perokok di kawasan ASEAN diperoleh dari data yang diberikan oleh The ASEAN Tobacco Control Report pada bulan Juni 2012. The ASEAN Tobacco Control Report yang disusun oleh Vietnam Steering Committee on Smoking and Health VINACOSH dan Southeast Asia Tobacco Control Alliance SEATCA menyebutkan bahwa + 127,169,300 jiwa orang dewasa 15 tahun dari + 598,499,945 jiwa populasi ASEAN menggunakan rokok seperti tersaji pada diagram yang diambil dari The ASEAN Tobacco Control Report berikut ini Diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah perokok terbesar terdapat di Negara Indonesia, yaitu sebesar 51,11 atau apabila dikonversikan ke dalam jumlah penduduk adalah sebesar + 65,000,000 jiwa dari + 237,641,326 jiwa penduduk dewasa di Indonesia. Perokok dengan jumlah yang paling sedikit adalah Negara Brunei Darussalam yaitu sebesar 0,06 dari seluruh jumlah penduduk di kawasan ASEAN, atau sebesar + 71,000 jiwa dari + 406,000 jiwa penduduk dewasa di Brunei Darussalam. Daerah Bebas Merokok di Kawasan ASEAN Jumlah perokok yang besar tidak terlepas dari jumlah daerah bebas merokok yang terdapat pada suatu Negara. Seperti yang tertera dalam gambar berikut, Negara Indonesia yang memiliki jumlah perokok terbesar didukung dengan daerah bebas merokok yang besar. Daerah bebas merokok yang luas juga dialami oleh Negara- negara lain di kawasan ASEAN. Apabila diberlakukannya perdagangan bebas ASEAN, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan jumlah perokok yang besar pula melihat peta daerah bebas merokok seperti berikut Uji Nyala Api dengan Biogas Mini Berbahan Sampah Organik Biogas mini berbahan sampah organik yang diuji menghasilkan gas, gas ini dapat terdeteksi dari baunya yang tidak sedap dan pada plastik terlihat penggembungan. Namun gas tersebut tidak dapat terbakar, bahkan bara api yang dimasukkan tidak dapat menyala. Gambar 6. Biogas berbahan sampah organik 295 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 7. Cigerator Uji Nyala Api dengan Cigerator Pengujian pada prototype Cigerator menunjukkan bahwa nyala api masih belum terlihat, namun terdapat letupan kecil ketika api dan gas dalam botol pengujian dipertemukan. Selain terdapat letupan kecil, bara api yang dimasukkan masih terus menyala dalam kurun waktu tertentu. Terdengar suara seperti gas yang bocor ketika api menyentuh dinding botol. Dalam botol bervolume 600 ml hanya terdapat kandungan gas + 1 menit. Lama dalam gas yang habis terukur ketika bara api yang dimasukkan setelah + 1 menit mati dan tidak menyala. Gas yang terukur diperoleh dengan campuran puntung rokok sebanyak 1 bungkus rokok atau 12 batang rokok. dengan perbandingan EM4, air dan tetes tebu sebesar 1 : 1 : 1. Apabila dibandingkan dengan menggunakan biogas mini berbahan sampah organik, hasil yang didapatkan dengan menggunakan Cigerator lebih baik daripada menggunakan biogas mini berbahan sampah organik. Hal ini membuktikan bahwa hanya dengan menggunakan 12 batang rokok sudah mampu menghasilkan gas yang dapat mempertahankan nyala bara api dalam botol. Menurut perhitungan kami, apabila + 127,169,300 jiwa perokok di ASEAN masing- masing menghabiskan 1 batang rokok setiap harinya, maka gas yang dihasilkan oleh Cigerator apabila seluruh puntung rokok tersebut masuk ke dalam satu tempat akan habis dalam jangka waktu + 6 tahun Jumlah puntung rokok apabila 1 orang merokok 1 batang rokok maka akan didapatkan A = , , puntung rokok Banyaknya batang rokok adalah asumsi 1 batang rokok sama dengan panjang 3 puntung rokok B = , , batang rokok B = , , . batang rokok Lama gas yang dihasilkan apabila seluruh batang rokok masuk ke dalam 1 tempat Cigerator C = , , . menit C = , . menit C = , . jam C = , . hari C = . bulan C = . tahun Keterangan : A = banyak puntung rokok dalam 1 kali merokok seluruh penduduk di kawasan ASEAN yang merokok B = banyak batang rokok dalam 1 kali merokok seluruh penduduk di kawasaan ASEAN yang merokok C =waktu habisnya gas dalam Cigerator dalam 1 kali merokok seluruh penduduk di kawasan ASEAN yang merokok Uji Kandungan Pupuk Cigerator menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Uji kandungan pupuk masih belum dapat dilakukan dikarenakan tembakau yang terdapat dalam rokok belum terurai secara sempurna, masih terdapat bau dan filter pada puntung rokok belum terurai. Masih harus dilakukan penelitian dan kajian ulang dalam memproses limbah yang dihasilkan oleh Cigerator. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan punting rokok sebagai bahan bakar alternatif memiliki potensi yang cukup besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Namun, karena adanya keterbatasan alat, penelitian ini masih perlu disempurnakan. 296 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 UCAPAN TERIMA KASIH Karya ini didukung Sekretariat Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT UGM, serta teman-teman peneliti di LPKTA FT UGM. DAFTAR PUSTAKA Anonim 2012. The ASEAN Tobacco Control Report. Bangkok: Southeast Asia Tobacco Control Alliance. Anonim 2013. The ASEAN Tobacco Control Report. Bangkok: Southeast Asia Tobacco Control Alliance. Anonim 2012. The ASEAN Tobacco Control Atlas 1 st Ed. Bangkok: Southeast Asia Tobacco Control Alliance. Hermana, J. dkk 2010, Teknologi pengendalian pencemaran udara: Combustion. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pilar Lima. Retrieved August 30, 2014, from http:www.pilarlima.comindex.phptips- informasi28-pengertian-macam-macam- pupuk-organik-dan-anorganik 297 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 “DRUG ON” Pemanfaatan Obat-Obatan Kadaluarsa sebagai Insektisida dan Pestisida DRUG ON Utilization of Expired Medicine as Insecticides and Pesticides Pandhu Picahyo 1 , Kurniawan 1 , Vicky Yuliandi 1 1 Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia 55281 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Drug on Medicines Insecticides Pesticides Kata Kunci: Drug on Obat-obatan Pembunuh Serangga Pembunuh Hama When we talk about ASEAN then what we can see is the large number of people, the large number of families and crops such as rice and others contained in the region. The population in ASEAN reaches + 629.379.191 people. Most people certainly use medicines such as cough medicine, headache medicine, etc for their health. However, from the medicines used, there are some that unused. It kept until expired then trashed. Six out of six people we asked about what will they do to their expired medicines said that they will dispose the expired one into trash. Because of that, we create “DRUG ON”, a technology which modify the expired medicines trashed by people to be a different form that can be reused as insecticides and pesticides. The development of this technology in the future will be able to make trade competitiveness in sector of insecticides and pesticides widespread and advanced with raw materials which always available as long as people still use medicines. S A R I K A R A N G A N Ketika kita membicarakan mengenai ASEAN maka yang dapat kita hitung adalah banyaknya jumlah manusia dan banyaknya jumlah keluarga serta tanaman pangan seperti padi dan lain sebagainya yang terdapat di kawasan ASEAN ini. Jumlah penduduk di ASEAN yang mencapai + 629.379.191 jiwa pasti banyak dari masyarakat tersebut yang menggunakan obat-obatan seperti obat batuk, obat sakit kepala dan lain sebagainya untuk kesehatan. Namun obat-obatan yang digunakan tersebut pasti terdapat obat sisa yang tidak digunakan dan akhirnya disimpan hingga kadaluarsa kemudian dibuang ke tempat sampah. Enam dari enam orang yang kami tanyai mengenai apa yang akan mereka lakukan terhadap obat kadaluarsa yang mereka miliki menyatakan bahwa mereka akan membuang obat tersebut ke tempat sampah. Oleh karena itu, kami menciptakan DRUG ON, suatu teknologi yang akan membuat obat-obatan kadaluarsa yang dibuang pada tempat sampah oleh masyarakat menjadi suatu obat yang dapat digunakan kembali oleh masyarakat dalam bentuk obat pembasmi serangga dan hama. Perkembangan teknologi ini kedepannya akan mampu membuat daya saing perdagangan di bidang obat-obatan pada serangga dan hama berkembang luas dan maju dengan bahan baku yang akan selalu tersedia selama manusia masih menggunakan obat-obatan untuk kesehatan. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014  Corresponding author. E-mail address: wezternpeayahoo.com.au 298 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 1. Produksi padi di ASEAN 2010 Sumber: FAOSTAT, 2012 Gambar 2. Jumlah Obat Kadaluarsa di Kabupaten Subang Sumber: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010 PENDAHULUAN ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Total penduduk di kawasan ASEAN sekitar + 629.379.191 jiwa. Kawasan Asia Tenggara memiliki negara-negara anggota yang sebagian besar adalah negara agrarian. Sekitar + 48 juta hektar padi dipanen pada tahun 2010. Jumlah tersebut adalah 31 produksi padi di dunia. Hasil produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk masing-masing negara serta diekspor ke negara-negara lain. Produksi Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN yaitu, sekitar 33 dari produksi total di ASEAN Suzanne, 2012. Untuk lebih meningkatkan lagi produksi padi di Indonesia, berbagai faktor penghambat produksi perlu dihadapi. Salah satu faktor penghambat itu adalah serangga hama. Oleh karena itu, digunakan pestisida dan insektisida dalam proses penanaman padi untuk mencegah perkembangan serangga dan hama yang menganggu. Namun, harga pestisida dan insektisida di pasaran yang relatif mahal memaksa warga tidak dapat menggunakan pestisida dan insektisida setiap harinya. Menurut Pary, 2011, untuk mengatasi hama wereng misalnya, petani harus merogoh kocek sekitar Rp 25.000,00 hingga Rp 40.000,00 per 100 gramnya. Selain jumlah produksi padi yang tinggi, penggunaan obat-obatan untuk kesehatan baik untuk manusia atau binatang di kawasan ASEAN juga termasuk tinggi. Penggunaan obat-obatan tidak terbatas hanya di rumah sakit atau di daerah farmasi, melainkan pada setiap individu di masyarakat juga menggunakan obat-obatan. Namun, penggunaan obat-obatan oleh masyarakat masih lemah dalam pengontrolan dan pengawasan penggunaan obat-obatannya dibandingkan dengan kontrol penggunaan dan pengawasan obat-obatan untuk pasien di rumah sakit. Hal ini mengakibatkan, jumlah obat yang seharusnya dikonsumsi oleh masyarakat tidak dikonsumsi seluruhnya oleh masyarakat tersebut, sehingga obat yang tidak dikonsumsi itu akan mencapai tanggal kadaluarsa dan akhirnya di buang begitu saja. Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa jumlah obat kadaluarsa dari tahun ke tahun relatif tinggi. Di Indonesia, khususnya di kabupaten Subang terdapat + 125.607 pada tahun 2008 dan + 61.680 buah obat kadaluarsa di tahun 2009. Selain jumlah obat kadaluarsa yang besar tiap tahunnya, kerugian yang disebabkan oleh banyaknya obat kadaluarsa juga relatif tiggi, berdasarkan grafik di bawah ini kerugian akibat obat kadaluarsa tiap tahunnya sekitar + Rp 32.394.084,00 pada tahun 2009. Daerah kabupaten Subang ini dapat menggambarkan berapa banyak obat kadaluarsa yang dihasilkan dari salah satu daerah dalam tingkatan kabupaten. Selanjutnya, jika dilihat dalam skala nasional bahkan tingkat ASEAN akan didapatkan angka yang lebih besar dari jumlah obat kadaluarsa. Apabila obat-obat kadaluarsa ini dibiarkan dan dibuang begitu saja di tempat sampah tanpa ada penanganan khusus, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang nantinya apabila dibiarkan akan mendatangkan masalah yang serius dan berkepanjangan. 299 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 3. Kerugian Akibat Obat Kadaluarsa di Kabupaten Subang Sumber: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010 Studi pustaka Pra Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pengujian Masalah-masalah akibat membuang obat kadaluarsa begitu saja di tempat sampah atau di sembarang tempat dapat merusak susunan dalam tanah dan dapat menjadi racun. Oleh karena itu, dengan menggunakan Drug-On, selain dapat mengurangi jumlah obat yang terbuang begitu saja juga dapat memproduksi insektisida dan pestisida sedangkan system kerja Drug-on tergambar seperti gambar 4. Gambar 4 menjelaskan bahwa setiap masyarakat yang sakit pasti mengkonsumsi obat, namun ketika badan mulai sembuh maka obat dibuang begitu saja. Apabila dibiarkan, tumpukan obat ini mengakibatkan suatu masalah yang serius. Namun apabila obat kadaluarsa dibuang ke dalam Drug-On, maka obat tadi dapat dirubah menjadi insektisida dan pestisida. Drug On berisi bakteri dan cairan kimia yang mampu merubah Kedepannya diharapkan masyarakat dapat dengan bijak menggunakan Drug-on ini karena hasil insektisida dan pestisida dapat didapatkan dengan mudah dan murah. KERANGKA TEORI EM4 EM4 adalah produk komersial yang berguna untuk meningkatkan kecepatan dekomposisi, meningkatkan penguraian materi organik, dan meningkatkan kualitas produk akhir. EM4 Effective Mikroorganisme 4 ditemukan pertama kali oleh prof. DR. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Penerapannya di Indonesia banyak dibantu oleh Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Sc. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan pokok yang menjadi komponen utama, yaitu bakteri fotosintetik, laktobassilus sp,streptomyces sp,ragi. EM4 digunakan sebagai bakteri starter dalam pembuatan Drug-On. Obat Kadaluarsa Obat kadaluarsa merupakan bahan utama pembuatan Drug-On. Obat kadaluarsa adalah suatu obat yang telah melewati batas kadaluarsa expired akan berbahaya jika dikonsumsi, karena akan menimbulkan efek toksik racun bagi tubuh. Hal ini disebabkan oleh kinerja obat sudah tidak lagi optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun. Akibatnya, obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Kerja obat obat yang tidak optimal terjadi karena adanya penurunan kadar zat aktif yang akan menurunkan potensi obat. Hal ini dapat memberikan dampak negatif yang sangat luas karena dapat mengancam keselamatan jiwa, mengaburkan diagnosa terhadap penyakit, dan meningkatkan resistensi antibiotik. Obat yang kadaluarsa atau habis waktu adalah keadaan dimana suatu konsentrasi dari zat aktif dan tambahan telah berkurang antara 25 – 30 dari konsentrasi awal. Obat yang konsentrasinya berkurang sangatlah berbahaya, karena konsentrasi zat yang berkurang tersebut dapat terurai dan menjadi toksik racun yang mengendap, sehingga sangat berbahaya bagi tubuh. Insektisida Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu hama serangga. Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya tanaman dan dengan langsung meracuni si serangga tersebut. Insektisida merupakan hasil akhir yang diharapkan dari pembuatan Drug On ini. METODE PENELITIAN Gambar 4. Sistem Drug-On 300 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Studi Pustaka Tahap studi pustaka diperlukan untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian, yaitu mengenai: 1 Bakteri EM4. 2 Obat Kadaluarsa. 3 Insektisida Pra Penelitian Tahap pra penelitian ini meliputi pengumpulan bahan-bahan dan alat-alat serta penarikan hipotesa bahwa obat kadaluarsa dapat dijadikan insektisida dan pestisida. Tahap ini bertujuan sebagai pembanding antara penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian yang dilakukan. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu ruang kamar di desa Pogung Dalangan SIA XVI, Kabupaten Sleman Yogyakarta dan di dalam sekretariat Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT UGM Lower Ground KMFT UGM Jalan Grafika 2, Yogyakarta. Bahan-bahan dan peralatan yang digunakan berupa bahan tidak terpakai atau barang bekas. Penelitian diawali dengan pengumpulan obat-obatan yang tidak terpakai di lingkungan mahasiswa anggota LPKTA FT UGM. Obat yang tidak terpakai dimasukkan kedalam satu tempat, kemudian dimasukkan campuran EM4 yang telah teraktifasi. EM4 yang telah teraktifasi dibuat dengan cara mencampurkan EM4, air dan tetes tebu dengan perbandingan 1:1:1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kotak berlapis ganda dengan ukuran kotak terluar memiliki ukuran panjang 18 cm, lebar 13 cm dan tinggi 8.5 cm. Obat-obatan yang dilakukan pengujian berupa berbagai jenis dan bentuk obat-obatan seperti sirup, tablet dan kapsul. Pada campuran ditambahkan gula pasir yang mengkaramel supaya bakteri yang ditambahkan pada campuran obat mampu bertahan lebih lama. Pengujian Pengujian dilakukan pada suhu kamar dan kotak atau tempat penyimpanan dibiarkan dalam kondisi tertutup dan tersegel menggunakan perekat. Meletakkan tisu atau kain yang mampu menyerap cairan dengan cepat pada sambungan kotak dan penutup kotak. Ruang kamar tempat pengujian dibiarkan terbuka + 8 jam sehari dan suhu ruangan terus dijaga pada kondisi kamar dengan menggunakan kipas angin dan kain untuk menutupi kotak pengujian. Kotak pengujian dijauhkan dari terpaan sinar matahari dan terpaan sinar lampu untuk mengurangi pengaruh cahaya dan panas yang dapat mempengaruhi reaksi yang terjadi dalam kotak pengujian. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan obat kadaluarsa yang digunakan berupa 75 obat batuk, flu dan sakit kepala dengan bentuk cair obat sirup dari seluruh total obat, kemudian 10 berupa obat mag dengan berbagai jenis atau bentuk obat. Sedangkan sisanya berupa penyakit lain seperti gatal, sariawan dan sebagainya. Pada tiga hari pertama setelah pencampuran obat dengan bakteri EM4 yang teraktifasi, tercium bau tidak sedap dan dapat membuat peneliti pusing disertai mual. Berdasarkan tinjauan dan analisis yang dilakukan, campuran menghasilkan gas dan gas tersebut menembus disela-sela kotak pengujian yang masih terbuka. Kertas tisu yang diletakkan diatas dan di sela-sela kotak berubah warna menjadi kuning kecoklatan disertai basah dan bau yang kurang enak dari tisu tersebut. Gas yang keluar adalah sebagai akibat reaksi dari bakteri EM4 yang teraktifasi dengan obat-obatan. Apabila pada biogas yang menggunakan EM4 untuk bantuan starter dengan kotoran ternak sebagai bahan baku maka akan dihasilkan gas metana yang tidak berbau menyengat dan dapat terbakar. Sementara itu pada Drug-On dihasilkan gas yang sulit terbakar dan berbau menyengat. Pengujian mengenai kandungan kimia yang terdapat dalam gas masih belum dilakukan karena resiko kesehatan yang dapat terjadi pada peneliti akibat tidak sesuainya perlengkapan pengujian dengan standar keselamatan kerja seperti menggunakan jas lab dan masker. Tisu yang telah basah akibat terkena gas dari proses kimiawi dalam Drug On diletakkan pada botol yang berisi semut, perilaku semut karena pengaruh gas yang terserap pada tisu tersaji pada grafik berikut ini 301 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Gambar 5. Pengaruh Drug-On pada Semut Gambar 6. Drug-On Pada grafik di atas, skala vertikal menunjukkan tingkat keaktifan semut, dengan 0 adalah mati, 1 adalah diam, 2 adalah aktif dan 3 adalah super aktif. Sedangkan skala horizontal berupa waktu dengan satuan menit. Grafik di atas menggambarkan perilaku semut pada menit pertama aktif, kemudian setelah + 20 menit, semut tersebut menjadi diam selama + 6 jam, setelah itu semut menjadi super aktif dengan pergerakan yang sangat cepat daripada biasanya selama + 20 menit yang setelah itu semut-semut tersebut akhirnya mati karena larutan Drug-On kembali dimasukkan oleh peneliti. Pengujian juga dilakukan pada tikus rumah, dengan membiarkan kotak pengujian Drug-On terbuka dan membiarkan ruangan kamar terbuka selama + 8 jam sehari selama 5 hari. Hasilnya tidak terdapat tikus yang memasuki ruangan selama 5 hari. Namun, ketika kotak pengujian Drug-On dipindah tempatkan ke sekretariat LPKTA FT UGM, terdapat 2 ekor tikus yang memasuki ruangan kamar. Insektisida dan Pestisida yang dihasilkan dari Drug-On belum teruji apakah dapat membunuh hama seperti tikus atau tidak, namun telah teruji untuk menjauhkan tikus dari lokasi tempat peletakkan Drug-On. Hasil Drug-On juga dapat menyebabkan pusing dan mual-mual jika bau gasnya tercium oleh manusia. Pemberian Drug-On pada tanah atau tanaman belum dapat dianjurkan, karena belum dilakukan uji kandungan Drug-On secara mendalam meskipun dalam campuran terkandung EM4 yang baik untuk tanah. KESIMPULAN Drug-On merupakan suatu teknologi yang mampu merubah obat kadaluarsa menjadi insektisida yang telah teruji mampu mencegah tikus memasuki suatu lokasi, namun Drug-On memiliki efek samping berupa meningkatkan keaktifan dari serangga dan dapat menyebabkan gejala mual dan pusing pada manusia. UCAPAN TERIMA KASIH Karya ini didukung Sekretariat Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT UGM, serta teman-teman peneliti di LPKTA FT UGM. DAFTAR PUSTAKA Anonim. -.Dalam Penelitian: Pengaruh kompetensi manajerial dan motivasi terhadap kinerja pengelola obat di puskesmas dinas kesehatan kabupaten subang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Metusala, D. 2006. Pengenalan Insektisida. Retrieved August 31, 2014, from http:anggrek.orgpengenalan- insektisida.html Pary, M. 2011. 7 Insektisida terbaik untuk mengendalikan hama wereng coklat WBC . Retrieved August 31, 2014, from http:www.gerbangpertanian.com2011017 -insektisida-terbaik-untuk.html Redfern, S. dkk. 2012. Rice in southeast asia: facing risks and vulnerabilities to respond to climate change . Rome: Food And Agriculture Organization of The United Nations. Sundari, E. dkk. 2012. Dalam Penelitian: Pembuatan pupuk organik cair menggunakan bioaktivator biosca dan EM4. Pekanbaru: Universitas Bung Hatta. Winarto, L. 2011. Obat Expired = Penyembuh atau Racun?. Retrieved August 31, 2014, from http:farmasi.unpad.ac.idpadiobat- expired-penyembuh-atau-racun 302 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Konsep Manajemen Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Geologi Management Concept of Research and Development for Geological Resources

R. Rinawan

1 , F.I. Rinawan 2 , Lukman Efendi 1 1 PT ANTAM PeseroTbk-Unit Geomin, Jl. Pemuda No. 1 Jakarta Timur, Pulogadung, Jakarta, 13210 2 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang, ,45363 I N F O A R T I K E L A B S T R A C T Keywords: Management Concept Human Resources Natural Resources 4master mind, 10 mindset Kata Kunci: Konsep Manajemen Sumberdaya Manusia Sumberdaya Alam 4 master mind, 10 mindset Geological condition and situation of Indonesia provide an abundance in land and offshore of organic and inorganic natural resources. This natural resources need to be managed and built. This study was aimed to identify method to formulate management concept into practice for research and geological resources development. Methods which is used for formulating management concept are literature review, descriptive and comparative study, with an understanding of the past and recording result of the research and development programme.The formulation of a management concept which shown as the integration of human resources in science and technology and geological resources materials are based on the universal practical concept, that comprises : 1 Practical breakdown of concept; 2Model statement of four master mind; 3 The criteria of 10 mindset applied for model analysis; 4 Classification of the model analysis results; 5 Evaluated classification result; and 6 Development of the evaluation classification results for standardization. Universal mind as a basic thought must be followed by the integrity of logic-aesthetics and positive emotion, in order to optimize the management implementation of research and development program. S A R I K A R A N G A N Kondisi dan situasi geologi Indonesia menyediakan kekayaan sumberdaya alam organik dan anorganik yang berlimpah, di darat dan di laut. Sumberdaya alam ini melalui manajemen perlu dikelola dan dikembangkan. Studi ini bertujuan untuk memanifestasikan ide perumusan konsep manajemen yang dapat diterapkan untuk penelitian dan pengembangan, khususnya di sektor sumberdaya geologi. Metode penelitian yang diterapkan dalam merumuskan konsep manajemen ini, yaitu studi literatur secara deskriptif dan komparatif, dengan menelaah hasil penelitian dan pengembangan yang telah dicapai. Rumusan konsep manajemen yang dimaknai sebagai integrasi sumberdaya manusia-ilmu pengetahuan dan teknologi dan materi sumberdaya geologi, didasari oleh konsep praktis pola pikir universal yang mencakup: 1 Penjabaran praktis pemahaman konsep, 2 Pernyataan model sesuai 4 empat mastermind Kriteria 10 mindset untuk analisis model, 4 Klasifikasi hasil analisis, 5 Evaluasi hasil klasifikasi melalui kompetensi dan profesionalisme, 6 Hasil evaluasi didefinisikan dan dikembangkan sebagai tolak ukurstandar. Pola pikir universal sebagai dasar pemikiran perlu diikuti dengan integritas logika- estetika dan emosi positif, sehingga dapat optimal diterapkan dalam melaksanakan program manajemen penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi. © Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 303 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai kondisi dan situasi sumberdaya geologi yang menakjubkan, menyediakan kekayaan alam organik dan anorganik yang berlimpah di darat dan laut. Daerah ini menempati khatulistiwa, tersusun oleh kerak bumi dan permukaannya yang menarik untuk dipelajari dan disimak agar memahami keberadaanya di belahan bumi ini. Hal ini telah dikaji lebih dari 100 tahun oleh para ahli geologi dalam dan luar negeri, sehingga memperoleh pemahaman dan pengertian meliputi sejarah keterjadian dan keterdapatannya, distribusi komposisinya, strukturnya, pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya geologinya. Regional Geologi Indonesia yang mempunyai sumberdaya geologi, tersusun oleh litologi : Quartenary, Recent Volcanic Formation, Mesozoic Formation, Paleozoic Formation, Plutonic rocks, Metamorphic rocks, dan Active Volcanoes Gambar 1 Geologi sebagai ilmu dan panduan yang berkaitan dengan keberadaan sumberdaya geologi penting disimak dengan baik dan benar, dan perlu dilakukan penelitian dan pengembangan melalui kemampuan sumberdaya manusia profesional. Berkaitan dengan penelitian, pengembangan, pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya geologi, maka diperlukan suatu inovasi konsep pola kerangka berpikir manajemen yang praktis. Gambar 1. Peta Regional Geologi Indonesia en.wikipedia.org KERANGKA TEORIKERANGKA KONSEP Manajemen kini menjadi bagian dalam ilmu pengetahuan sosial, yang penting diterapkan dalam melakukan dan melaksanakan proses hubungan kegiatan fisik dan psikologis antar manusia human relationship, secara legal, dalam bertujuan untuk keperluan memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Adapun pemahaman dan pengertian konsep manajemen dapat dimaknai sebagai pola pikir berlaku khusus yang dijabarkan sebagai berikut : - Manajemen adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial, yang dimanfaatkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan lainnya. - Manajemen terutama mempelajari dan menyimak kegiatan hubungan transaksi sosial secara legal antar individu atau antar kelompok - Manajemen dapat bersifat kekeluargaan, tidak mementingkan keuntungan; dan dapat bersifat komersil bisnis untuk saling memperoleh keuntungan fisik dan psikologis - Manajemen memanfaatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan dan mengembangkan secara positif kondisi dan situasi lingkungan adminsitrasi, teknis, bisnis, dan ilmiah Berlandaskan beberapa konsep pola pikir manajemen tersebut, dirumuskan suatu pola kerangka pemikiran terkait konsep manajemen penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi. METODE PENELITIAN Perumusan konsep manajemen penelitian dan pengembangan di bidang sumberdaya geologi dilakukan melalui studi literatur secara deskriptif dan komparatif, dan berdasarkan pengalaman, serta menelaah hasil penelitian dan pengembangan yang telah dicapai. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa rumusan konsep pola kerangka berpikir berkaitan dengan manajemen penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi, yaitu terdiri: 1 konsep praktis pola pikir universal; 2 konsep praktis pola pikir sumberdaya manusia; 3 konsep praktis pola pikir penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi; 4 konsep manajemen praktis secara umum; 5 konsep praktis pola pikir manajemen sumberdaya geologi. Kelima konsep tersebut diuraikan sebagai berikut: 1 Konsep praktis pola pikir universal Konsep merupakan suatu pola pikir abstrak sebagai hipotesa atau sintesa dengan maksud dan tujuan kemudian dikonkritkan. Suatu konsep dirancang dalam bentuk pernyataan umum atau khusus yang masing- masing dimaknai sebagai materi dasar untuk dapat dijabarkan secara sistematik terhadap suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu, 304 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 sebagai pola pikir praktis yang bersifat universal. Konsep ini terdiri pencerminan sistematis dari kriteria konsep yang dimodelkan, dianalisis, diklasifikasi, dievaluasi, dan distandarkan. Rangkaian konsep dalam pola pikir universal, yang berlaku umum, dibentuk secara sistematik, diikhtisarkan sebagai berikut: Gambar 2  Dimulai dengan pemahaman konsep sesuai dengan maknanya,  Kemudian model dikembangkan sesuai empat mastermind, yaitu segala sesuatu mempunyai 1 materi asal, 2 proses keterdapatan dan keterjadiannya secara spesifik, yang berlangsung pada 3 tempat tertentu dengan 4 waktu periode tertentu.  Selanjutnya setiap model harus dianalisis secara fisik-kimia-biologis dan psikologis sesuai dengan 10 mindset-nya, yaitu: bahwa segala sesuatu mempunyai karakteristik: 1 ukuran, 2 bentuk, 3 komposisi, 4 sifat, 5 umur, 6 posisi, 7 lokasi, 8 lingkungan, 9 kondisi dan 10 situasi.  Berikutnya hasil analisis diklasifikasi melalui proses penelitian, sesuai ketentuan administratif, teknis dan ilmiah yang berlaku  Lalu hasil klasifikasi dievaluasi melalui kemampuan kompetensi dan profesionalisme yang dipertanggung jawabkan  Sehingga hasil evaluasi terhadap klasifikasi melalui proses pengembangan, dapat didefinisikan untuk distandarisasikan sebagai tolok ukur sesuai dengan ketentuan perundang- undangan dan peraturan yang berlaku. Gambar 2. Konsep praktis pola pikir universal 2 Konsep praktis pola pikir sumberdaya manusia Konsep praktis pola pikir sumberdaya manusia dilandasi dengan logika yang praktis, disertai estetika yang atraktif, dan emosi positif yang kondusif, agar implementasinya optimal dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan Gambar 3. Logika praktis dimaknai sebagai proses kegiatan yang mengakibatkan terwujudnya efisiensi doing things right, efektivitas doing the right things, dan produktivitas doing the best things dalam melakukan dan melaksanakan program suatu pekerjaan penelitian dan pengembangan. Estetika atraktif, dimaknai sebagai proses kegiatan psikologis konkrit atau abstrak yang bersifat etis menarik perhatian, dan mempunyai nilai artistik. Emosi positif dimaknai sebagai proses kegiatan psikologis didukung oleh perilaku dan sikap individu atau kelompok yang mewujudkan pemikiranperasaan bersifat positif, subyektif, objektif dan harmonisasi yang akrab dalam kebersamaan melakukan suatu program pekerjaan. Hal ini dapat meningkatkan kreativitas, inisiatif, inspirasi dan aspirasi dalam menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi. Gambar 3. Konsep praktis pola pikir sumberdaya manusia 3 Konsep praktis pola pikir penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah berazaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, berproses secara legal, dilakukan dan dilaksanakan secara organisatoris, sistematis, empiris, dan kritis. Penelitian dilakukan dengan persyaratan kontrol administratif, ilmiah dan teknis yang sesuai, serta 305 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 dibatasi oleh ruang, waktu, situasi, kondisi, kompetensi dan biaya, bersifat konseptual, teoritis, hipotetik, logis, estetis, analitis, deduktif, induktif, dan aplikatif, ditunjang dengan data yang autentik, akuntabel, obyektif, dan akseptabel, serta mempunyai maksud dan tujuan yang jelas yaitu meningkatkan kemampuan kompetensi dan profesionalisme, untuk melihat ke belakang, masa kini, dan menjawab tantangan masa depan. Konsep penelitian tersebut memerlukan kerangka penelitian yang ideal. Kerangka penelitian dimaknai sebagai pernyataan hasil dari konseptual suatu pola pikir praktis, yang dilandasi oleh hasil summary of reading assignmen t sebagai dasar konsep dan teori, yang diterapkan untuk menyusun perumusan sintesis dan hipotesis, ditunjang oleh perjalanan pengalaman, sehingga terwujudkan pola kerangka berpikir yang dipersiapkan untuk melakukan dan melaksanakan suatu program penelitian dan pengembangan. Kerangka penelitian dilandasi oleh metode penelitian yang diterapkan, di antaranya yaitu metode penelitian historis, deskriptif, korelasional, kausal komparatif, dan eksperimental Kuncoro, 2014:  Metode historis, berdasarkan keadaan yang telah lalu.  Metode deskriptif, data autentik primer dan sekunder yang menjadi hipotesis yang perlu diuji kebenarannya.  Metode korelasional, berdasarkan hubungan sebab-akibat adanya asosiasi dan korelasi dari variabel yang ada.  Metode kausal komparatif, berdasarkan adanya hubungan keterkaitan sebab-akibat antar variabel.  Metode eksperimental, berdasarkan uji coba antar variabel. Adapun konsep pengembangan pada hakikatnya dimaknai sebagai penerapan hasil penelitian yang disusun menjadi suatu sistem baru untuk menggantikan sistem lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada, untuk memproduksi sesuatu yang memberikan nilai tambah. Hal ini berkaitan dengan sintesis teori dan hipotesis yang dianalisis dan dievaluasi secara ilmiah, untuk menjelaskan sebab-akibat apa, mengapa, dan bagaimana proses kebenaran kualitatif dan kuantitatif, serta kenyataan keterjadian dan keterdapatannya suatu materi, dapat dibuktikan berdasarkan data autentik. Konsep penelitian dan pengembangan tersebut diintegrasikan dengan konsep praktis pola pikir universal gambar 2. Dengan demikian dapat diterapkan sebagai pola dasar khusus dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi yang ditunjang pemahaman konsep geologi dan model geologi Gambar 4. Adapun konsep geologi, meliputi:  Bumi, bagian dalam ilmu pengetahuan alam, yang menerapkan dan diterapkan oleh cabang ilmu pengetahuan lainnya IPA dan IPS.  Bumi dipelajari secara sistematik, terutama keberadaan kerak bumi dan permukaannya.  Bumi mempunyai komposisi kimia geospheric element yaitu : endogeospheric element dan exogeospheric element  Bumi mempunyai sifat fisik solid, liquid, plastic dan rigid.  Bumi setiap saat berproses geologi- eksogen dan endogen.  Bumi, memerlukan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi sehingga materinya dapat maksimal dan optimal di manfaatkan dan dipergunakan. Sedangkan model geologi meliputi kerak kontinenSIAL Silika-Aluminium, dan kerak samuderaSIMA Silika- Magnesium. Gambar 4. Konsep praktis pola pikir penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi 306 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 4 Konsep manajemen praktis secara umum Manajemen praktis sebagai suatu pola interaktif kegiatan komunitas sosial tertentu yang bersifat bisnis adalah menghubungkan dan mengkaitkan 3 tiga makna kriteria penting, yaitu: 1 sumberdaya manusia, 2 ilmu pengetahuan dan teknologi, 3 objek materi fisik konkrit dan psikologi abstrak Materi. Integrasi dan kolaborasi tiga kriteria tersebut dalam kegiatannya akan memberikan hasil kontribusi produksi yang diikhtisarkan sebagai berikut Gambar 5:  Sumberdaya manusia SDM sebagai leadermanagerpersonal , yang melakukan manajerial dan melaksanakan hubungan kerja dengan manpeopleemployment, dengan maksud dan tujuan agar terwujud kondisi dan situasi fisik dan psikologis yang saling bermanfaat dan saling menguntungkan simbiosis-multualisme.  Ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, sebagai asas dan modal dasar berupa metode dan alat, yang dimanfaatkan, dipergunakan dan diterapkan untuk melakukan dan melaksanakan identifikasi, analisis, klasifikasi, evaluasi dan standardisasi terhadap objek sehingga materinya dapat didefinisikan satuan kuantitas dan kualitasnya.  Objek materi berupa benda fisik konkrit geological resources dan psikologis abstrak human relationships , sebagai bahan penelitian dan pengembangan agar dapat diidentifikasi, dianalisis, diklasifikasi, dievaluasi dan diproduksi PROD untuk memenuhi keperluan dan kebutuhann kehidupan secara fisik dan psikologis. Gambar 5. Diagram tetrahedron konsep manajemen praktis 5 Konsep praktis pola pikir manajemen sumberdaya geologi Konsep ini diawali dengan pemahaman konsep geologi yang berkembang selaras dengan kemajuan teknologi fisika, kimia dan biologi Gambar 6. Hal ini sebagai dasar untuk mengembangkan manajemen geosain, geoterapan, dan geobisnis Gambar 7. Geosain geologi ilmiah pada hakekatnya menjabarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan komposisi, genesa, struktur dan tekstur, serta keterjadian dan keterdapatan mineral, fosil dan batuan di kerak bumi dan permukaannya. Geosain geologi fisik, geologi dinamik, geomorfologi, petrologi, mineralogi, paleontologi sebagai dasar ilmu pengetahuan bumi dengan melalui penelitian dan pengembangan ilmiah iptek tertentu, dapat mewujudkan hasil nyata sebagai dasar untuk mengembangkan metode-teknik geoterapan. Adapun geologi terapan geologi praktis pada hakekatnya adalah penerapan teknologi disiplin ilmu fisika-kimia-biologi khususnya untuk sumberdaya geologi yang dimanfaatkan diantaranya untuk melakukan eksplorasi raw material , energy dan landuse. Geoterapan geopolitik, geostrategi, geologi tatalingkungan, geostatistik, geokimia, geofisika, geologi bahan galian, geologi eksplorasi, geologi teknik, geohidrologi, instrumentasi geologi, geologi mitigasi bencana alam, geologi ekonomi sebagai metode praktis-teknis yang dapat diterapkan untuk merencanakan dan melaksanakan Program Pengembangan Nasional Fisik dan Psikologis di berbagai sektor bidang kehidupan sumberdaya manusia dan sumberdaya geologi, yang diintegrasikan dengan proses manajerial yang mewujudkan Geobisnis. Geobisnis manajemen bisnis eksplorasi, manajemen bisnis sumberdaya geologi yang dikolaborasikan dengan geosain mewujudkan Konseptual Pembangunan Nasional, dengan dimaknai mempunyai nilai ekonomis pemanfaatan-pendayagunaan lahan dan diterapkan untuk mengembangkan ide dalam turut menunjang Pembangunan Nasional. Geobisnis geologi ekonomi dilakukan dengan pemahaman dan penerapan manajemen yang mengintegrasikan geosain dan geo-terapan, sehingga melalui penelitian dan pengembangan yang diselaraskan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat melakukan identifikasi, analisis, klasifikasi, evaluasi dan standaridisasi, serta memanfaatkan dan mendayagunakan nilai strategis sumberdaya geologi lahan, bahan baku, energi yang mempunyai potensi ekonomi. 307 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Dengan demikian, integrasi dan kolaborasi berbagai disiplin ilmu yang difokuskan dalam geosain dan teknologi geologi terapan dapat optimal diaplikasikan untuk geobisnis; serta dengan menerapkan manajemen yang baik dapat mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya geologi kerak bumi dan permukaannya secara maksimal. Gambar 6. Tetrahedron Geosain Howell, 1959; dalam Willey, 1971 Gambar 7. Konsep praktis pola pikir manajemen sumberdaya geologi PENUTUP Kesimpulan Konsep manajemen pada hakekatnya adalah pemahaman praktis menelaah tentang human relationships yang mewujudkan suatu pola program pekerjaan tertentu, dengan tujuan saling menguntungkan secara fisik dan psikologis. Konsep penelitian dan pengembangan sumberdaya geologi, pada prinsipnya adalah bagian kegiatan proses manajemen, yang dilaksanakan oleh sumberdaya manusia, serta dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan potensi sumberdaya geologinya. Pemahaman keberadaan sumberdaya geologi dijabarkan melalui konsep-geologi dilengkapi dengan pengertian manajemen geosain-geoterapan-geobisinis yang ditunjang oleh konsep praktis pola pikir universal, dengan 4 master mind dan 10 mindset, sehingga makna geologi-ilmiah, geologi praktis dan geologi ekonomi dapat dimanfaatkan. Saran Suatu konsep penelitian diperlukan pola pikir standardisasi khusus, menyangkut spesifikasi model, jenis analisis, metode klasifikasi dan evaluasi, dengan maksud dan tujuan agar secara praktis hasil penelitian dapat dikembangkan menjadi realistis dapat dimanfaatkan dan didayagunakan. Empat mastermind origin, process, space, time dan 10 mind set ukuran, bentuk, komposisi, sifat, umur, posisi, lokasi, lingkungan, kondisi, situasi, diharapkan dapat diterapkan sebagai dasar solusi permasalahan fisik dan psikologis. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang memberkahi dan memberikan kesempatan untuk menyusun tulisan ini, serta disampaikan pula terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Eko Martias DH.P, General Manager PT Antam Tbk- Unit Geomin, atas ijinnya, dan kepada berbagai pihak terkait, yang langsung dan tidak langsung membantu terwujudkannya paper ini, dengan harapan semoga bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Biro Hukum, 1997, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dibidang Geologi dan Sumberdaya Mineral dan Pertambangan Umum, DPE, 245 p dan 767 p. Cascio, W.F., 2003, Managing Human Resourches, Productivity, Quality of Work Life, Profits, 6 th editions, McGraw-Hill Irwin, International Edition, 703 p. Cooper, D.R., Schindler, P.S., 2006, Business Research Methods, Ninth Edition, McGraw- Hill International Edition, 744 p. Dhewanto, W., cs., 2014, Manajemen Inovasi, Peluang Sukses Menghadapi Perubahan, CV Andi Offset, Yogjakarta, 338 p. Hasibuan, M.S.P., 1990, Manajemen Sumberdaya Manusia, CV. Haji Masagung, Jakarta, 282 p. Herlambang, S., 2013, Pengantar Manajemen, Cara Mudah Memahami Ilmu Manajemen, Gosyen Publishing, Yogjakarta, 152 p.