Hasil Proses Aktivasi Rendemen dan Luas Permukaan
281
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Studi Perbandingan Produk Pangan Tradisional Produksi UKM Berbasis Agroindustri di Jawa Barat: Studi Kasus Opak
A Comparative Study of Traditional Food Product Produced by Agroidustry Based SMEs in West Java: Case Study Opak
Dwi Purnomo, Fajar Rizky Koespradana dan Totok Pujianto
1
Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Jatinangor Kabupaten Sumedang. 45363
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
Keywords: SMEs
Traditional Food Opak
Agroindustry Comparative Study
Kata Kunci: UKM
Pangan Tradisional Opak
Agroindustri Studi Komparasi
West Java has many traditional food products which are some of them produced by small and medium enterprises SMEs. One of the West
Jav a’s traditional food products is opak. Opak is produced by some
areas in West Java such as Bandung, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Tasikmalaya, and Karawang. However, there is no complete information
about the difference of Opak ’s production in those areas. The research
aim togain information and mapping about product ’s characteristics,
cultural value, and opak ’s production in each area. The method used in
this research was survey combining with interview to several bussiness players. The research yielded some information on the difference of each
opak based on their characteristics, cultural value, business form of opak
’s SMEs. The findings could be used as a reference in government policy or other decision-making in business development, especially in
the traditional foods and in facing the era of competition where traditional food products would be able to remain competitive and win
the market.
S A R I K A R A N G A N
Jawa Barat memiliki banyak produk makanan tradisional yang beberapa di antaranya diproduksi oleh Usaha Kecil dan Menengah UKM. Salah satu produk
makanan tradisional Jawa Barat adalah opak. Opak diproduksi oleh beberapa daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Tasikmalaya, dan
Karawang. Namun, tidak ada informasi lengkap mengenai perbedaan produksi Opak di daerah-daerah tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi
dan pemetaan tentang karakteristik produk, nilai budaya, dan produksi opak di daerah masing-masing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
yang digabungkan dengan wawancara kepada beberapa pemain bisnis. Penelitian ini menghasilkan beberapa informasi tentang perbedaan masing-masing opak
berdasarkan karakteristik mereka, nilai budaya, serta model bisnis dari opak di UKM. Temuan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan
pemerintah atau pengambilan keputusan lainnya dalam pengembangan bisnis, terutama terkait makanan tradisional dan dalam menghadapi era persaingan di mana
produk makanan tradisional akan mampu untuk tetap bersaing di pasar
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
282
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
PENDAHULUAN
Pengembangan industri berbasis pangan tradisional saat ini banyak didominasi oleh
Usaha Kecil Menengah, banyak yang memiliki kesulitan untuk dikembangkan menjadi
industri besar. Berbagai upaya dilakukan untuk mengangkat
level UKM ini menjadi besar dengan memperbaiki proses produksinya hingga
perbaikan proses manajemennya. Dilain pihak pangan tradisional tidak selalu harus
didekati dengan pendekatan industrial untuk menarik nilai tambahnya.
Terdapat berbagai hal yang dapat ditingkatkan terutama dalam pendekatan
budaya, teknologi tepat guna serta sumber daya manusia yang mengedepankan kearifan
lokal sehingga hal-hal tersebutlah yang dapat dioptimalkan sebagai nilai tambah yang
diharapkan
dapat menjadi
lokomotif perekonomiannya tanpa memaksakan
komoditas pangan tradisional tersebut menjadi industri besar.
Sebaran pangan
tradisional sesunguhnya dapat mengambarkan beragam
teknologi tepat guna, karakter usaha, budaya hingga tingkatan pengetahuan yang
dikuasai dengan objek pangan yang serupa. Perbedaan-perbedaan ini menjadi daya tarik
kekhasan masing-masing usaha dan produknya yang dapat dijadikan nilai tambah bagi
pengembangannya.
Selain hal
tersebut, komparasi beberapa karakteristik ini dapat
dijadikan bahan pembelajaran satu sama lain dalam menyelenggarakan pengem-
bangan usaha dari mulai proses produksi hingga pemasaran produk.
Sesungguhnya, industri
pangan tradisional mempunyai peranan penting dalam
perekonomian di Indonesia Kumalaningsih, 2007. Sebagai contoh, di Provinsi Jawa
Barat, produk pangan tradisional dihasilkan oleh berbagai pengusaha kecil menengah
dengan total aset sebesar 48,84 milyar rupiah dan memberikan sumbangan ke pemerintah
daerah setempat sebesar Rp 0,3 milyar tahun.
Salah satu produk pangan tradisional yang ada di Jawa Barat adalah
opak. Camilan kering berbentuk pipih ini dibuat dari beras ketan dan dimatangkan
dengan cara dibakar menggunakan arang. Opak dipilih menjadi studi kasus produk
pangan tradisional pada penelitian ini yang kemudian
dipetakan berdasarkan
karakteristiknya masing-masing
daerah penghasilnya. Opak yang dibuat dari beras
ketan Oryza sativa glutinosa atau singkong Manihot utilissima dan
dimatangkan
dengan cara
dibakar menggunakan arang. Opak tradisional
tebalnya hampir 0,5 cm, tetapi kini opak sudah mulai dimodifikasi, sehingga mempunyai
ketebalan 1 mm dengan diameter kurang lebih 6 cm, seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 2. Pada umumnya, opak hanya memiliki dua rasa yaitu gurih dan
manis. Akan tetapi, kini ada pengembangan rasa dan bentuk, opak yang tidak hanya
berbentuk bulat, tetapi mempunyai berbagai bentuk dan juga
ukuran serta
diberi penambahan berbagai macam rasa lainnya
Dwijayanti,2006 Dalam memetakan karakter produk
opak, maka perlu mengidentifikasi berbagai keunggulan dari atribut produk. Atribut
produk dapat diklasifikasikan menjadi dua atribut yaitu atribut instrinsik dan ekstrinsik.
Atribut intrinsik adalah penampilan produk, rasa, harga, mutu, variasi produk, cara
penyajian, apresiasi konsumen, dan level of trust
Purnomo, 2011. Daerah penghasil opak di Jawa Barat
antara lain Sumedang, Bandung, Majalengka, Cirebon, Tasikmalaya, dan Karawang. Salah
satu Kabupaten yang paling banyak produsen opaknya adalah Sumedang yakni terdapat 19
UKM yang memproduksi opak Disperindag, 2011.
Produk opak setiap wilayah mempunyai karakteristik yang berbeda.
Banyaknya daerah yang memproduksi opak menimbulkan berbagai ragam opak baik dari
ukuran, tekstur, rasa, cara pengolahan, harga, maupun
latar belakang
budaya dalam
pembuatan opak tersebut. Perbedaan yang jelas tampak adalah dari bentuk produk,
kemasan dan tata cara memasarkannya. Lebih jauh beragam UKM opak tersebut hingga kini
mempertahankan tata cara tradisional dengan berbagai misinya.
Keberagaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai nilai tambah
dalam pengembangan
produk pangan
tradisional. Adanya nilai lebih yang dihasilkan membuat produk mempunyai keunggulan
yang ditawarkan, seperti yang disampaikan
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
283 oleh Oswalder dan Pigneur 2009 dalam
sembilan elemen model bisnis. Selama ini belum ditemukan adanya
informasi yang lengkap dan terpadu, mengenai beragam jenis opak mencakup
perbedaan opak yang dihasilkan oleh masing-masing daerah.
Keberagaman opak merupakan nilai positif karena munculnya banyak pilihan, sepanjang
semua jenis opak tersebut diminati atau dapat memenuhi selera konsumen. Oleh karena itu
diperlukan suatu studi mengenai perbandingan pada produk pangan opak. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi karakteristik yang terdiri atas faktor instrinsik dan
ekstrinsik produk opak, memberikan informasi lainnya seperti nilai budaya dan
bentuk usaha mengenai produk opak yang ada di Jawa Barat, sehingga bisnis opak
dapat berkembang dan berkesinambungan. .
Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik- karakteristik produk, nilai budaya, dan bentukusaha opak. Variabel-
variabel yang telah dipilih disesuaikan menurut sembilan elemen model bisnis
Oswalder dan Pigneur, 2009, seperti : 1 Target pelanggan utama, 2 Keunggulan yang
ditawarkan 3 Media yang digunakan untuk menjangkau customer segment, 4 Cara
menjaga hubungan baik dengan customer 5 Sumber- sumber pendapatan, 6 Sumber daya
utama yang dimiliki, 7 Kegiatan operasional utama yang dilakukan, 8 Partner kerja utama
dan 9 Struktur biaya.
KERANGKA PEMIKIRAN
Produk pangan tradisional yang populer ternyata memiliki perbedaan karakter khas
daerahnya sehingga perlu dipetakan dan dikenali
beragam keunggulan
dan pemasalahan-nya
secara komprehensif
sehingga diharapkan menghasilkan informasi lebih banyak mengenai produk pangan opak
ini. Pemetaan dilakukan dengan memetakan faktor-faktor sumber daya yang terdiri dari 5
M Man, Method, Material, Money, Machine, dan juga karakteristik produknya seperti
ukuran,
warna, tekstur,
harga, cara
pengolahan, serta latar belakang budaya dalam memproduksi
produk pangan.
Analisis dilakukan untuk mengetahui perban-dingan
produk yang dihasilkan UKM di tiap daerah
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei dengan pendekatan
pemetaan kondisi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan
pendekatan secara
deskriptif melalui
pengamatan yang dilakukan langsung kepada narasumber yang telah ditentukan. Selain itu
melakukan pengamatan fisik terhadap produk opak. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui faktor intrinsik dan ekstrinsik pada
produk opak di berbagai lokasi di Provinsi Jawa Barat yang dilakukan pada periode
November 2013 hingga Juli 2014. Lokasi ditentukan dengan metode purposive
sampling
, yaitu pemilihan metode pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasi
didapatkan dengan
menggunakan pertimbangan tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Opak ditemukan hampir di seluruh wilayah Jawa Barat dan dikenal sebagai salah satu
makanan tradisional yang populer. Beberapa opak yang populer tersebut antara lain Opak
Kawung dari Kabupaten Karawang, Opak DPO dan Opak Nia dari Kabupaten Sumedang
serta Opak Ibu Tutun dari Kabupaten Bandung. Opak-opak tersebut adalah sedikit
dari beragam produk opak di Jawa Barat, namun dipilih berdasarkan karakteristik yang
paling signifikan terlihat baik dari penampilan produk
maupun proses
produksinya. Gambar 1
Keberagaman opak dapat dibedakan melalui bentuk fisik. Perbedaan bentuk fisik
tersebut terlihat dari ukuran diameter seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan perbandingan ukuran opak, terlihat bahwa Opak DPO dan
Opak Nia memiliki diameter 6,5 cm, Opak Kawung memiliki diameter 7,5 cm, serta
Opak Ibu Tutun dan Opak Pahlihah adalah 8 cm. Hasil perbandingan tersebut terlihat
bahwa opak yang berasal dari daerah yang sama memiliki ukuran yang sama, yaitu Opak
DPO dan Opak Nia serta Opak Ibu Tutun dan Opak Pahlihah. Hal tersebut disebabkan oleh
pengaruh nilai budaya dari daerah asal produk terhadap produk opak yang dihasilkan.
Secara pengujian
organoleptik, perbandingan ukuran opak yang paling disukai
konsumen adalah opak Ibu Tutun yaitu 7,95 cm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa opak
Ibu Tutun memenuhi standar produk opak tradisional pada
umumnya yaitu mempunyai ukuran yang baik, yaitu tidak terlalu besar maupun tidak
terlalu kecil. Dalam hal konsistensi bentuk, dimana hasil akhir dipengaruhi oleh proses
284
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
pencetakan yang dilakukan menggunakan geplak. Nilai konsistensi bentuk yang tinggi
menurut hasil uji kuisioner konsumen adalah opak Kawung. Menurut para konsumen
konsistensi bentuk merupakan hal yang cukup penting karena termasuk kedalam estetika
produk Dari faktor warna, pada umumnya opak
mempunyai warna coklat muda. Hasil uji menunjukkan bahwa opak DPO mempunyai
warna yang paling kuat untuk produk opak karena mempunyai warna cokelat yang
sesuai dengan standar opak pada umumnya. Sedangkan opak Kawung
mempunyai nilai yang paling rendah karena warna yang dihasilkan oleh produk
cenderng berwarna putih dengan sedikit coklat, sehingga terlalu lemah untuk standar
produk opak. Pada pengujian tesktur opak hasil uji
organoleptik menunjukan bahwa opak yang mempunyai tekstur paling baik untuk produk
opak adalah opak Kawung, karena opak Kawung memiliki tekstur paling halus ketika
dimakan. Hal tersebut dipengaruhi pada saat proses penumbukan, yaitu kehalusan bahan
hasil tumbukan. Selain itu, UKM Opak Kawung melakukan sortasi beras ketan
terlebih dahulu sebelum di tumbuk sehingga hasil tumbukan lebih halus, dan terjamin
bahwa tidak ada benda lain selain beras ketan pada adonan beras ketan. Proses penumbukan
yang tidak baik akan menghasilkan adonan opak yang tidak tercampur merata, sehingga
tekstur opak menjadi tidak baik. Uji kerenyahan menunjukkan bahwa opak
Kawung memiliki tingkat kerenyahan terbaik, hal ini disebabkan oleh proses produksi, yaitu
penjemuran dan pemasakan. Proses penjemuran dan pemasakan yang tidak baik
akan menghasilkan opak yang tidak kering, dan beras ketan tidak matang dengan baik
sehingga kerenyahannya berkurang. Pada uji aroma, aroma yang paling kuat adalah
opak Nia. Aroma kuat yang dihasilkan oleh opak Nia merupakan aroma kelapa. Hal ini
dikarenakan penggunaan kelapa yang sudah tua pada opak Nia berbeda dibanding yang
lain. Selain itu aroma yang kuat didapatkan dari proses masak yaitu di atas bara api
dari arang, asap pembakarannya yang memperkuat aroma dari bahan kelapa.
Pada uji aroma hasil uji organoleptik terlihat bahwa aroma yang dihasilkan dari
opak Kawung bernilai rendah, hal ini dikarenakan pemakaian bahan baku kelapa
yang hanya menggunakan saripatinya saja, berbeda dengan opak Nia dan opak
lainnya yang menggunakan seluruh bahan kelapa termasuk parutan daging kelapa
tersebut.
Pengujian rasa adalah pengujian lain yang dilakukan yang bertujuan untuk
mengetahui produk opak mana yang memiliki rasa yang kuat yang dihasilkan dari paduan
bahan baku yaitu beras ketan dan kelapa. Hasil pengujian menunjukkan
produk opak yang memiliki rasa paling kuat adalah opak Ibu Tutun. Rasa kuat yang
dihasilkan dari opak Ibu Tutun dihasilkan oleh paduan bahan baku utama berupa beras
ketan dan kelapa.
Bahan baku
yang digunakan setiap opak sama, namun yang
membedakannya adalah proses produksi. Penambahan bahan penyedap rasa seperti
gula dan garam juga berpengaruh pada rasa opak, yang tentu saja takaran penyedap rasa
tersebut berbeda di setiap opak. Nilai budaya juga berpengaruh pada rasa opak, opak Ibu
Tutun berhasil mempertahankan komposisi bahan serta proses produksi sejak dahulu
sampai
sekarang sehingga rasa opak tradisional tetap ada pada opak tersebut.
Pada faktor kemasan, perbedaan bentuk opak sangat mempengaruhi ukuran kemasan
opak, termasuk didalamnya adalah jumlah kepingan opak dalam kemasan. Perbandingan
ukuran kemasan opak disajikan pada Gambar 3 berikut.
Pengujian kemasan pada uji kuisioner konsumen dilakukan untuk mengetahui
apakah diperlukan teknologi dan inovasi pada kemasan serta kelengkapan informasi pada
kemasan menurut konsumen. Kelima opak yang diteliti yaitu opak DPO, Nia, Kawung,
Ibu Tutun dan Pahlihah mempunyai kemasan yang
sudah sesuai
standar, yaitu
menggunakan jenis plastik polyetilen dan polypropilene
atau plastik yang biasa digunakan untuk mengemas bahan pangan.
Selain itu informasi yang sudah tercantum pada kemasan sudah lengkap, namun pada
opak Pahlihah tidak mencantumkan informasi sama sekali. Hasil uji kuisioner konsumen
menunjukkan bahwa opak Pahlihah dan Ibu Tutun memerlukan inovasi pada kemasan,
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
285 khususnya pada bagian informasi produk yang
mereka hasilkan. Pada
faktor harga,
masing-masing produk opak memiliki bentuk kemasan yang
berbeda, begitu pula jumlah opak dalam satu kemasan.
Perbedaan tersebut
mempengaruhi produsen dalam menetapkan harga produknya.
Harga produk opak yang dihasilkan kelima opak ini berkisar antara Rp. 10.000 sampai
dengan Rp.
15.000. Opak
Ibu Tutun mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 30
keping opak tiap kemasan. Opak Pahlihah mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 25
keping opak tiap kemasan. Nia mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 75 keping opak
tiap kemasan. Opak DPO mempunyai harga Rp. 12.000 dengan isi 80 keping opak tiap
kemasan. Opak Kawung mempunyai harga Rp. 10.000 dengan isi 26 keping opak tiap kemasan.
Berdasarkan hasil penelusuran, Opak Pahlihah memiliki harga yang sesuai dengan produknya
dan opak Kawung dirasa memiliki harga terlalu mahal. namun para konsumen menilai
harga opak Kawung terlalu mahal, namun penelitian menemukan bahwa para konsumen
rela mengeluarkan uang mereka untuk membeli produk opak Pahlihah.
Pengujian popularitas produk dilakukan untuk mengetahui prosuk opak yang lebih
dikenal oleh konsumen. Pengujian popularitas menunjukkan bahwa opak DPO dan Nia lebih
banyak dikenal dibandingkan dengan produk opak lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh areal
pemasaran dari produk opak, semakin luas areal pemasaran maka semakin dikenal oleh banyak
orang.
Secara keseluruhan, hasil uji organo-
leptik secara keseluruhan didapat penilai mengenai penampakan keseluruhan dari
masing-masing opak menunjukkan bahwa opak Ibu Tutun mempunyai penampakan
keseluruhan yang paling baik dari opak lainnya. Opak Ibu Tutun dinilai memenuhi standar
produk opak tradisional pada umumnya.
Hasil penelitian
yang dilakukan
beberapa faktor dapat dipetakan mengenai perbandingan UKM Opak di Jawa Barat yang
diketahui melalui hasil survei langsung, uji organoleptik dan uji kuisioner konsumen.
Hasil keseluruhan uji tersaji pada Gambar 4. Hasil uji organoleptik pada Gambar
4 menunjukkan bahwa opak terbaik dengan nilai tertinggi adalah Opak Ibu Tutun, yaitu 6,3 dari
skala nilai 10.
Kegiatan Produksi
Dalam kegiatan produksi, pemetaan dimulai dari perolehan bahan baku utama. Dalam
pengolahan produk opak adalah beras ketan dan kelapa. Bahan baku yang digunakan oleh
kelima UKM opak adalah sama, namun jumlah yang digunakan berbeda-beda sehingga
menghasilkan jumlah opak yang berbeda pula setiap kali produksi
Opak Nia menggunakan jumlah bahan baku kelapa dan beras ketan lebih
banyak dibanding dengan opak lainnya, yaitu 25 kg kelapa dan 50 kg beras ketan. Hal
tersebut mempengaruhi jumlah produksi opak yang dihasilkan, yaitu 15000 keping
opak
setiap produksi.
Opak Pahlihah
menggunakan 10 kg kelapa dan 20 kg beras ketan, menghasilkan 2500 keping opak. Opak
Ibu Tutun menggunakan 12,5 kg kelapa dan 25 kg beras ketan, menghasilkan 3000 keping
opak. Opak Kawung menggunakan 5 kg kelapa dan 10 kg beras ketan, menghasilkan
2500 keping opak. Sedangkan opak DPO menggunakan 6,5 kg kelapa dan 12,5 beras
ketan, menghasilkan 5000 keping opak.
Bahan baku utama dalam pengolahan produk opak adalah beras ketan dan
kelapa. Kelima UKM produk opak yang diteliti mengambil bahan baku yang berasal
dari beragam daerah seperti pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa opak yang
berasal dari satu daerah mengambil bahan baku dari daerah yang sama, sehingga
menghasilkan kesamaan pada produk yang dihasilkan.
Pada faktor segmentasi konsumen, produk opak pada umumnya tergolong kepada
konsumen massal, artinya UKM opak pada umumnya
tidak menggolongkan
target konsumen yang dituju, siapa saja dapat
menikmati produk opak tersebut. Pada umumnya kelima UKM opak ini hanya
menjual produknya pada rumah makan dan sentra oleh-oleh saja, karena mereka belum
mempunyai kemampuan untuk mengembang- kan usahanya menuju segmentasi produk yang
lebih luas. Faktor sumber daya manusia pada UKM
pangan tradisional opak, jumlah tenaga kerja terbanyak dimiliki oleh UKM Opak Nia
yaitu 20 orang. Hal ini berhubungan dengan jumlah produksi opak yang tinggi.
286
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Jaminan mutu produk
Jaminan mutu produk merupakan bagian penting dalam sebuah produk, hal
ini perlu dilakukan untuk menjaga kepercayaan
konsumen. Jaminan
mutu produk biasanya terdapat pada isi produk
serta kelengkapan informasi kemasan. Kelima UKM opak tersebut memberikan jaminan
mutu produk yaitu berupa penggunaan bahan baku yang baik, serta meminimalkan jumlah
kepingan yang pecah dalam setiap bungkusnya. Hasil uji kuesioner konsumen
menunjukkan bahwa opak Kawung dinilai sudah memberikan jaminan mutu produk
yang paling baik diantara opak lainnya. Hal ini disebabkan oleh kemasan produk
yang baik, yaitu menggunakan karton serta plastic sehingga menjamin kondisi
produk opak terjaga dengan baik. Selain itu kelengkapan informasi pada kemasan dinilai
sudah memenuhi standar.
Salah satu cara untuk memasarkan produk adalah dengan melakukan kerjasama
mitra usaha. Kelima UKM produk opak yang menjadi
objek penelitian
ini menjalin
kerjasama dengan beberapa sentra oleh-oleh dan rumah makan untuk menjual produknya.
Pemetaan lainnya adalah mengenai struktur biaya menjelaskan mengenai biaya-
biaya penting yang harus dikeluarkan oleh kelima UKM opak untuk mengoperasikan
usahanya. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh kelima UKM opak yaitu terdiri dari biaya
upah untuk para tenaga kerjanya. Sedangkan untuk biaya variabel dikeluarkan diantaranya
untuk pembelian bahan baku. Biaya target merupakan total biaya yang diharapkan jika
semua produksi terjual. Sehingga nilai laba dapat diketahui melalui selisih dari biaya
target dan biaya produksi. Dari penelurusan, dapat diketahui bahwa UKM opak Nia
mempunyai jumlah biaya produksi paling tinggi dibandingkan keempat UKM opak
lainnya yaitu Rp 1.500.000produksi.
Biaya tersebut
digunakan untuk
membeli bahan baku seperti beras ketan dan kelapa. Namun, hal ini tidak
sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena
menurut Ibu Euis, sang pemilik Opak Nia, beliau menjalankan usaha UKM Opak Nia
karena mempunyai latar belakang untuk pemberdayaan wanita di daerah sekitar.
Sehingga pada saat menjalankan usahanya Ibu Euis tidak mentargetkan jumlah keuntungan
yang tinggi. Sedangkan nilai laba tertinggi dihasilkan oleh UKM Opak Kawung, karena
biaya target yang ditetapkan tinggi. Penetapan biaya target yang tinggi pada Opak Kawung
juga diimbangi dengan kualitas produk, yaitu proses produksi dan kemasan produk.
Secara keseluruhan, uji preferensi
konsumen menunjukkan bahwa opak yang memiliki nilai tertinggi adalah Opak Nia,
yaitu nilai 4 dari skala nilai 6. Secara detail diilustrasikan pada Gambar 5.
Dari hasil pemetaan dan pengujian secara keselurihan menunjukkan bahwa hasil
uji organoleptik menunjukkan bahwa Opak Ibu Tutun memenuhi semua karakteristik opak
tradisional yang diinginkan. Begitupula pada hasil uji preferensi konsumen yang menilai
tentang karakteristik keseluruhan dari produk opak, yaitu kemasan, harga, dan pengaruhnya
pada konsumen jatuh Opak Ibu Tutun dengan nilai preferesi tertinggi.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sehingga didapatkan kesimpulan sebagai
berikut : 1. Opak di Jawa Barat
pada umumnya
mempunyai perbedaan karakteristik yang dapat
diangkat sebagai
keunggulan komparatif. Nilai-nilai budaya selama
proses produksinya dapat diperbaiki agar mampu meningkatkan mutunya dan
memberikan kekhasan yang dapat menjadi nilai tambah tersendiri.
2. Opak Ibu Tutun tampil sebagai Opak terunggul, namun bukan berarti semua
proses produksi atau pengembangan produk harus mengacu pada salah
satu pola produksi pangan tradisional. Setiap
proses produksi pangan
tradisional perlu disempurnakan dengan karakternya masing-masing tanpa
menanggalkan identitas kekhasannya. 3. Pemetaan diperlukan sebagai perangkat
evaluasi dan
acuan kebijakan
pengembangan produk
pangan tradisional yang perlu dikembangkan
dengan kekhasannya masing- masing tanpa perlu diseragamkan namun
perlu diangkat tingkatan mutunya yang memenuhi kaidah produksi pangan yang
baik dan
mampu bersaing dengan
produk pangan lainnya secara komersial. 4. Pengembangan ekonomi lokal perlu
mempertimbangkan keragaman kearifan lokal sebagai salah satu faktor yang dapat
mengangkat kemampuan berkompetisi
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
287 Untuk melengkapi pembahasan dalam
makalah ini, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut.
1. Para pengerajin makanan tradisional
disarankan untuk lebih banyak mengikuti kegiatan pelatihan dan pameran produk
pangan agar usaha dan produk yang dihasilkan dapat lebih berkembang.
2. Produsen dan
pemerintah dalam
mengembangkan produk tradisional disarankan untuk tetap mempertahankan
nilai-nilai budaya yang terkandung dalam proses pembuatan makanan tradisional
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat. 2011. Data Statistik
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Bandung.
Dwijayanti, K. 2006. Karakteristik Opak Campuran Beras Sorgum Putih
Genotif 1.1 Dari Berbagai Lama
Penyosohan Abrasif Dengan Beras Ketan Putih.
Skripsi sarjana Bandung : Universitas Padjadjaran. 2006.
Kumalaningsih, S.
2007. Strategi
Pengembangan Usaha
Kecil Menengah UKM Dalam Bidang
Industri Pangan Tradisional. Osterwalder, A., and Yves, P. 2010.
Business Model Generation
, New
Jersey: John Wiley Son. Purnomo, D 2011. Strategi
Pengembangan Agroindustri
Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal
global . Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
288
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Lokasi Produksi Daerah Pemasaran
Daftar Gambar
Gambar 1. Lokasi Produksi dan Sebaran Opak
Ukuran Opak Gambar 2. Perbandingan
Gambar 3. Perbandingan Ukuran Kemasan Opak
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
289
Gambar 4. Hasil Uji Organoleptik
Gambar 5. Hasil Preferensi Konsumen
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
290
Daftar Tabel
Tabel 1. Daerah Sumber Bahan Baku
Tabel 2. Mitra Usaha UKM Opak
No Opak
Asal Bahan Baku
1 Opak DPO
Cirebon dan Sumedang 2
Opak Nia Subang dan Sumedang
3 Opak Kawung
Karawang 4
Opak Ibu Tutun Garut dan Banjaran
5 Opak Pahlihah
Garut dan Banjaran
No Opak
Mitra Usaha Lokasi Mitra Usaha
1 DPO
RM Tahu Ateng Sumedang
2 Nia
Sentra Oleh-oleh Ibu Epon Sumedang
3 Kawung
Sentra Oleh-oleh Karawang Barat Karawang Barat
4 Ibu Tutun
Sentra Oleh-oleh Kabupaten Bandung
Soreang Banjaran 5
Pahlihah Warung Makan di Ciwidey
Ciwidey
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
291
CIGARETOR Making Fertilizer and Biofuel from Cigarettes Waste Using EM-4
Kurniawan
1
, Pandhu Picahyo
1
, Vicky Yuliandi
1
1
Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia 55281
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
Keywords: Cigaretor
Cigarette waste Fertilizer
Biofuel
Kata Kunci: Cigerator
Rokok sisa Pupuk
Bahan bakar ASEAN is an organization consisting of 11 countries in Southeast Asia. ASEAN has
a population of + 629.379 million people, and as many as + 124.691 million people in the ASEAN becomes active smokers. Indonesia and other countries in
ASEAN have the same challenge, which is the opening of the ASEAN free trade then it is possible that the number of active smokers in the ASEAN region will increasing.
There are still many cigarette waste are much scattered in the streets and dustbins, if ASEAN free market run, then it is possible to further increase the number of
cigarette waste
. Therefore, we created “cigaretor”, a technology that will change the rest of the cigarette waste into fertilizer and biofuel. This technology will be
packaged with a shape resembling a trash can, which can then be traded in ASEAN. The shape is simple and attractive as well as the benefits of this technology can
reduce the amount of cigarette waste and to produce fertilizer and biofuel will also be used by the community. Future development of this technology will increase the
level of competitiveness in the ASEAN region for raw materials will always be available as long as people still smoke.
S A R I K A R A N G A N
ASEAN merupakan suatu organisasi yang beranggotakan 11 Negara di kawasan Asia Tenggara. ASEAN memiliki jumlah penduduk sebanyak + 629.379 juta jiwa,
dan sebanyak + 124.691 juta jiwa masyarakat di ASEAN menjadi perokok aktif. Indonesia dan Negara-negara lain di ASEAN memiliki tantangan yang sama, yaitu
dengan dibukanya perdagangan bebas di ASEAN maka tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah perokok aktif di kawasan ASEAN akan terus
meningkat. Masih banyak ditemukan rokok sisa pembakaran yang banyak berserakan di jalan-jalan dan tempat sampah, apabila pasar bebas ASEAN berjalan,
maka tidak menutup kemungkinan akan semakin bertambahnya jumlah rokok sisa
pembakaran ini. Oleh karena itu, kami menciptakan “cigaretor”, suatu teknologi yang akan merubah rokok sisa pembakaran menjadi pupuk dan bahan bakar.
Teknologi ini akan dikemas dengan bentuk menyerupai tempat sampah, yang nantinya dapat diperjualbelikan dikawasan ASEAN. Bentuk yang simple dan
menarik serta manfaat dari teknologi ini dapat mengurangi jumlah rokok sisa pembakaran serta menghasilkan pupuk dan energi yang nantinya juga dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengembangan teknologi ini kedepannya akan meningkatkan daya saing di tingkat kawasan ASEAN karena bahan baku yang akan
selalu tersedia selama manusia masih merokok.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Corresponding author. E-mail address:
iwan.worldyahoo.com.au
292
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 2. Gambar penyakit akibat merokok yang terdapat dalam produk kemasan rokok yang
diiklankan di kawasan ASEAN . Sumber gambar The
ASEAN Tobacco Control
PENDAHULUAN Rokok dan perokok adalah dua hal yang sering
kita jumpai. Rokok merupakan salah satu barang yang mudah dijumpai di hampir setiap toko dan
supermarket. Begitu pula dengan para konsumen rokok,
dapat membeli
rokok dan
menggunakannya secara bebas. Bahkan tidak sedikit perokok yang tidak mau mengindahkan
larangan merokok di beberapa tempat umum. Menurut data yang diambil dari ASEAN Tobacco
Control Report
menunjukkan bahwa dari + 629.379 juta jiwa penduduk di ASEAN, sebanyak
+ 124.691 juta jiwa masyarakat ASEAN merupakan perokok aktif.
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi
Kesehatan, rokok mengandung zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan individu dan masyarakat. Adapun bahan-bahan kimia yang terkandung dalam rokok
antara lain nikotin, tar, fungisida, pestisida, cadmium, benzene, formaldehyde, amonia, dan
lain-lain. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi rokok antara lain
serangan jantung, kanker paru-paru, diabetes, impotensi, gangguan janin, dan lain-lain. Sudah
banyak usaha dari pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok salah satunya dengan cara
mengeluarkan kebijakan tentang iklan rokok seperti tertuang dalam PP NO. 109 tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan. Pemasangan iklan yang dimaksudkan adalah dengan menambahkan gambar mengenai
bahaya merokok pada kemasan atau bungkus pada produk-produk rokok.
Pemasangan gambar mengenai bahaya merokok pada kemasan rokok tidak hanya
dilakukan oleh Indonesia, melainkan di Negara- negara yang menjadi anggota ASEAN juga telah
menerapkan pemasangan gambar bahaya merokok pada kemasan rokok yang dijual dipasaran dengan
berbagai macam ukuran seperti tampak dalam gambar yang diambil dari The ASEAN Tobacco
Control
berikut ini.
Meskipun telah dilakukan pemasangan iklan seperti gambar di atas, jumlah perokok tetap
tinggi + 124.691 juta jiwa. Jumlah perokok yang tinggi ini diimbangi oleh sampah rokok yang tidak
tergunakan atau puntung rokok. Menurut Kathleen M R dalam Underwater Naturalist, dalam satu
Gambar 1. Sistem Cigaretor
293
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 3. Grafik Produksi dan Konsumsi Energi Primer.
Sumber: ASEAN Centre for Energy hari puntung rokok yang dihasilkan dapat
mendekati + 219028 kg. Berdasarkan data yang dilansir oleh P-wec, puntung rokok akan
terurai secara alami selama 10 tahun. Selain masalah rokok dan perokok yang ditemukan di
kawasan ASEAN, masalah bahan bakar juga mewarnai pasar di kawasan ASEAN.
Dalam grafik produksi dan konsumsi energy primer di atas terlihat bahwa kebutuhan
bahan bakar dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini mengakibatkan harga bahan bakar juga
terus meningkat dikarenakan jumlah produksi bahan bakar yang tidak seimbang dengan
kebutuhan. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi permasalahan pada kebutuhan bahan
bakar dan permasalahan akan puntung rokok yang bertebaran karena penggunanya yang tidak
terkendali, kami menawarkan “Cigerator”, suatu teknologi yang dapat merubah puntung rokok
yang tidak terpakai menjadi bahan bakar alternative
dan mampu menghasilkan produk sampingan yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk untuk kesuburan tanaman.
KERANGKA TEORI Pembakaran didefinisikan sebagai proses oksidasi
senyawa baik organik maupun anorganik dengan adanya oksigen membentuk CO
2
dan air H
2
OHerman, J. 2010. Pupuk
adalah suatu
bahan yang
digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus
pupuk ialah
suatu bahan
yamg mengandung satu atau lebih hara tanaman Pilar
Lima. 2014. METODE PENELITIAN
Penelitian diawali dengan pengamatan pada perilaku masyarakat dan topic pembicaraan di
beberapa media elektronik dan internet serta proses pembuatan biogas di Desa Pangpanjung,
Madura. Setelah mendapatkan permasalahan dan pemecahan solusi penelitian ini dilakukan di
sekretariat Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada LPKTA FT UGM. Peralatan pengujian terdiri dari plastik, selang plastik, selotip, botol
dengan tinggi 23 cm, panjang lingkar luar 21 cm dan panjang lingkar mulut botol 9,5 cm.
Pemilihan botol dilakukan karena botol terbuat dari
plastik polietilen
yang memiliki
kemampuan untuk mengembang atau mengempis dan mampu dikondisikan untuk membuat ruang
vakum. Botol diisi dengan puntung rokok, air, tetes tebu dan EM4. EM4 merupakan suatu cairan
berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam segar yang didalamnya terdiri dari bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi.
EM4 memiliki
pH 3,5-4,0
dan mengandung mikroorganisme aerob dan anaerob.
Meski berbeda, kedua mikroorganisme ini di dalam tanah memberikan multiple effect yang
secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida,
alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Microorganisme menguntungkan tersebut EM 4
telah lama ditemukan, diteliti dan diseleksi terus menerus
oleh seorang
ahli pertanian
bernama Profesor Teruo Higa dari Universitas Ryukyu
Jepang. Sutrisari, 2013. Pengaktifan EM4 dilakukan dengan
menambahkan air dan tetes tebu. Perbandingan dalam memasukkan EM4, tetes tebu dan air
adalah 1:1:1. Kemudian memasukkan puntung rokok pada campuran EM4, tetes tebu dan air
yang sebelumnya telah teraduk terlebih dahulu. Pengadukan dilakukan supaya campuran tidak
mengental dan mudah masuk dalam sela-sela puntung
rokok sehingga
mudah bereaksi.
Campuran tersebut kemudian diisolasi atau ditempatkan dalam kondisi vakum sehingga tidak
terdapat udara yang masuk atau udara yang keluar dari dalam botol. Untuk menghindari pengaruh
lingkungan yang dapat membuat botol tersebut bocor, botol tersebut dilapisi plastik dan disegel
menggunakan selotip.
Pengujian dilakukan pada suhu kamar dan mendiamkan dalam kurun waktu + 1 bulan untuk
fermentasi. Hasil fermentasi campuran ini adalah gas dan campuran limbah cair serta padatan. Gas
yang dihasilkan inilah yang akan terdapat kandungan metana atau berfungsi sebagai biogas
sedangkan limbah sisa berupa padatan dan cair dapat
digunakan sebagai
pupuk untuk
menyuburkan tanaman karena kaya akan bakteri
294
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 4. Diagram distribusi presentase dari total orang dewasa yang merokok di ASEAN.
Sumber: The ASEAN Tobacco Control Report
Gambar 5. Peta daerah bebas merokok di kawasan ASEAN, sumber gambar The ASEAN
Tobacco Control Report EM4. Selain itu dilakukan pengujian pula
penambahan EM4 pada sampah organik yang akan digunakan sebagai pembanding hasil
penelitian terhadap Cigerator. Sampah organik ini diletakkan pada botol dengan ukuran 1,5 liter dan
perbandingan tetes tebu, air dan EM4 yang dimasukkan adalah 1:1:1. Pengujian ini dilakukan
pula uji nyala api sebagai pembanding akan hasil yang didapatkan oleh Cigerator dan biogas mini
berbahan sampah organik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Pengguna Rokok di Kawasan ASEAN
Jumlah pengguna rokok atau perokok di kawasan ASEAN diperoleh dari data yang
diberikan oleh The ASEAN Tobacco Control Report
pada bulan Juni 2012. The ASEAN Tobacco Control Report
yang disusun oleh Vietnam Steering Committee on Smoking and
Health VINACOSH dan Southeast Asia Tobacco
Control Alliance SEATCA menyebutkan bahwa
+ 127,169,300 jiwa orang dewasa 15 tahun dari +
598,499,945 jiwa
populasi ASEAN
menggunakan rokok seperti tersaji pada diagram yang diambil dari The ASEAN Tobacco Control
Report berikut ini
Diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah perokok terbesar terdapat di Negara Indonesia,
yaitu sebesar 51,11 atau apabila dikonversikan ke dalam jumlah penduduk adalah sebesar +
65,000,000 jiwa dari + 237,641,326 jiwa penduduk dewasa di Indonesia. Perokok dengan
jumlah yang paling sedikit adalah Negara Brunei Darussalam yaitu sebesar 0,06 dari seluruh
jumlah penduduk di kawasan ASEAN, atau sebesar + 71,000 jiwa dari + 406,000 jiwa
penduduk dewasa di Brunei Darussalam.
Daerah Bebas Merokok di Kawasan ASEAN
Jumlah perokok yang besar tidak terlepas dari jumlah daerah bebas merokok yang terdapat
pada suatu Negara. Seperti yang tertera dalam gambar berikut, Negara Indonesia yang memiliki
jumlah perokok terbesar didukung dengan daerah bebas merokok yang besar. Daerah bebas
merokok yang luas juga dialami oleh Negara- negara lain di kawasan ASEAN. Apabila
diberlakukannya perdagangan bebas ASEAN, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi
peningkatan jumlah perokok yang besar pula melihat peta daerah bebas merokok seperti berikut
Uji Nyala Api dengan Biogas Mini Berbahan Sampah Organik
Biogas mini berbahan sampah organik yang diuji menghasilkan gas, gas ini dapat
terdeteksi dari baunya yang tidak sedap dan pada plastik terlihat penggembungan. Namun gas
tersebut tidak dapat terbakar, bahkan bara api yang dimasukkan tidak dapat menyala.
Gambar 6. Biogas berbahan sampah organik
295
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 7. Cigerator
Uji Nyala Api dengan Cigerator
Pengujian pada prototype Cigerator menunjukkan bahwa nyala api masih belum
terlihat, namun terdapat letupan kecil ketika api dan gas dalam botol pengujian dipertemukan.
Selain terdapat letupan kecil, bara api yang dimasukkan masih terus menyala dalam kurun
waktu tertentu. Terdengar suara seperti gas yang bocor ketika api menyentuh dinding botol. Dalam
botol bervolume 600 ml hanya terdapat kandungan gas + 1 menit. Lama dalam gas yang
habis terukur ketika bara api yang dimasukkan setelah + 1 menit mati dan tidak menyala.
Gas yang terukur diperoleh dengan campuran puntung rokok sebanyak 1 bungkus
rokok atau 12 batang rokok. dengan perbandingan EM4, air dan tetes tebu sebesar 1 : 1 : 1. Apabila
dibandingkan dengan menggunakan biogas mini berbahan sampah organik, hasil yang didapatkan
dengan menggunakan Cigerator lebih baik daripada menggunakan biogas mini berbahan
sampah organik. Hal ini membuktikan bahwa hanya dengan menggunakan 12 batang rokok
sudah mampu menghasilkan gas yang dapat mempertahankan nyala bara api dalam botol.
Menurut perhitungan kami, apabila + 127,169,300 jiwa perokok di ASEAN masing-
masing menghabiskan 1 batang rokok setiap harinya, maka gas yang dihasilkan oleh Cigerator
apabila seluruh puntung rokok tersebut masuk ke dalam satu tempat akan habis dalam jangka waktu
+ 6 tahun Jumlah puntung rokok apabila 1 orang merokok 1
batang rokok maka akan didapatkan
A = ,
, puntung rokok
Banyaknya batang rokok adalah asumsi 1 batang rokok sama dengan panjang 3 puntung rokok
B =
, ,
batang rokok B =
, ,
. batang rokok Lama gas yang dihasilkan apabila seluruh batang
rokok masuk ke dalam 1 tempat Cigerator C =
, ,
.
menit C =
, .
menit C =
, .
jam C = ,
. hari
C = .
bulan C = .
tahun Keterangan :
A = banyak puntung rokok dalam 1 kali merokok
seluruh penduduk
di kawasan
ASEAN yang merokok B = banyak batang rokok dalam 1 kali
merokok seluruh penduduk di kawasaan ASEAN yang merokok
C =waktu habisnya gas dalam Cigerator dalam 1 kali merokok seluruh
penduduk di kawasan ASEAN yang merokok
Uji Kandungan Pupuk
Cigerator menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Uji
kandungan pupuk masih belum dapat dilakukan dikarenakan tembakau yang terdapat dalam rokok
belum terurai secara sempurna, masih terdapat bau dan filter pada puntung rokok belum terurai.
Masih harus dilakukan penelitian dan kajian ulang dalam memproses limbah yang dihasilkan oleh
Cigerator.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa penggunaan punting rokok sebagai bahan bakar alternatif memiliki
potensi yang cukup besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Namun, karena adanya
keterbatasan alat, penelitian ini masih perlu disempurnakan.
296
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
UCAPAN TERIMA KASIH Karya
ini didukung
Sekretariat Lembaga
Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT
UGM, serta teman-teman peneliti di LPKTA FT UGM.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012. The ASEAN Tobacco Control Report. Bangkok: Southeast Asia Tobacco
Control Alliance. Anonim 2013. The ASEAN Tobacco Control
Report. Bangkok: Southeast Asia Tobacco Control Alliance.
Anonim 2012. The ASEAN Tobacco Control Atlas 1
st
Ed. Bangkok: Southeast Asia Tobacco Control Alliance.
Hermana, J. dkk 2010, Teknologi pengendalian pencemaran udara: Combustion. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pilar Lima. Retrieved August 30, 2014, from
http:www.pilarlima.comindex.phptips- informasi28-pengertian-macam-macam-
pupuk-organik-dan-anorganik
297
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
“DRUG ON” Pemanfaatan Obat-Obatan Kadaluarsa sebagai Insektisida dan Pestisida
DRUG ON Utilization of Expired Medicine as Insecticides and Pesticides
Pandhu Picahyo
1
, Kurniawan
1
, Vicky Yuliandi
1
1
Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia 55281
I N F O A R T I K E L A B S T R A C T
Keywords: Drug on
Medicines Insecticides
Pesticides Kata Kunci:
Drug on Obat-obatan
Pembunuh Serangga Pembunuh Hama
When we talk about ASEAN then what we can see is the large number of people, the large number of families and crops such as rice and others contained in the
region. The population in ASEAN reaches + 629.379.191 people. Most people certainly use medicines such as cough medicine, headache medicine, etc for their
health. However, from the medicines used, there are some that unused. It kept until expired then trashed. Six out of six people we asked about what will they do
to their expired medicines said that they will dispose the expired one into trash.
Because of that, we create “DRUG ON”, a technology which modify the expired medicines trashed by people to be a different form that can be reused as
insecticides and pesticides. The development of this technology in the future will be able to make trade competitiveness in sector of insecticides and pesticides
widespread and advanced with raw materials which always available as long as people still use medicines.
S A R I K A R A N G A N
Ketika kita membicarakan mengenai ASEAN maka yang dapat kita hitung adalah banyaknya jumlah manusia dan banyaknya jumlah keluarga serta tanaman
pangan seperti padi dan lain sebagainya yang terdapat di kawasan ASEAN ini. Jumlah penduduk di ASEAN yang mencapai + 629.379.191 jiwa pasti banyak
dari masyarakat tersebut yang menggunakan obat-obatan seperti obat batuk, obat sakit kepala dan lain sebagainya untuk kesehatan. Namun obat-obatan yang
digunakan tersebut pasti terdapat obat sisa yang tidak digunakan dan akhirnya disimpan hingga kadaluarsa kemudian dibuang ke tempat sampah. Enam dari
enam orang yang kami tanyai mengenai apa yang akan mereka lakukan terhadap obat kadaluarsa yang mereka miliki menyatakan bahwa mereka akan membuang
obat tersebut ke tempat sampah. Oleh karena itu, kami menciptakan DRUG ON, suatu teknologi yang akan membuat obat-obatan kadaluarsa yang dibuang pada
tempat sampah oleh masyarakat menjadi suatu obat yang dapat digunakan kembali oleh masyarakat dalam bentuk obat pembasmi serangga dan hama.
Perkembangan teknologi ini kedepannya akan mampu membuat daya saing perdagangan di bidang obat-obatan pada serangga dan hama berkembang luas
dan maju dengan bahan baku yang akan selalu tersedia selama manusia masih menggunakan obat-obatan untuk kesehatan.
© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Corresponding author. E-mail address:
wezternpeayahoo.com.au
298
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 1. Produksi padi di ASEAN 2010 Sumber: FAOSTAT, 2012
Gambar 2. Jumlah Obat Kadaluarsa di Kabupaten Subang
Sumber: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
PENDAHULUAN ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-politik
dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Total penduduk di kawasan ASEAN
sekitar + 629.379.191 jiwa. Kawasan Asia Tenggara memiliki negara-negara anggota yang
sebagian besar adalah negara agrarian. Sekitar + 48 juta hektar padi dipanen pada tahun 2010.
Jumlah tersebut adalah 31 produksi padi di dunia. Hasil produksi digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan penduduk masing-masing negara serta diekspor ke negara-negara lain.
Produksi Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN yaitu, sekitar 33 dari produksi total di
ASEAN Suzanne, 2012.
Untuk lebih meningkatkan lagi produksi padi di Indonesia, berbagai faktor penghambat
produksi perlu dihadapi. Salah satu faktor penghambat itu adalah serangga hama. Oleh
karena itu, digunakan pestisida dan insektisida dalam proses penanaman padi untuk mencegah
perkembangan
serangga dan
hama yang
menganggu. Namun,
harga pestisida
dan insektisida di pasaran yang relatif mahal memaksa
warga tidak dapat menggunakan pestisida dan insektisida setiap harinya. Menurut Pary, 2011,
untuk mengatasi hama wereng misalnya, petani harus merogoh kocek sekitar Rp 25.000,00 hingga
Rp 40.000,00 per 100 gramnya.
Selain jumlah produksi padi yang tinggi, penggunaan obat-obatan untuk kesehatan baik
untuk manusia atau binatang di kawasan ASEAN juga termasuk tinggi. Penggunaan obat-obatan
tidak terbatas hanya di rumah sakit atau di daerah farmasi, melainkan pada setiap individu di
masyarakat juga menggunakan obat-obatan. Namun, penggunaan obat-obatan oleh masyarakat
masih lemah dalam pengontrolan dan pengawasan penggunaan obat-obatannya dibandingkan dengan
kontrol penggunaan dan pengawasan obat-obatan untuk
pasien di
rumah sakit.
Hal ini
mengakibatkan, jumlah obat yang seharusnya dikonsumsi oleh masyarakat tidak dikonsumsi
seluruhnya oleh masyarakat tersebut, sehingga obat yang tidak dikonsumsi itu akan mencapai
tanggal kadaluarsa dan akhirnya di buang begitu saja.
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa jumlah obat kadaluarsa dari tahun ke tahun
relatif tinggi. Di Indonesia, khususnya di kabupaten Subang terdapat + 125.607 pada tahun
2008 dan + 61.680 buah obat kadaluarsa di tahun 2009. Selain jumlah obat kadaluarsa yang besar
tiap tahunnya, kerugian yang disebabkan oleh banyaknya obat kadaluarsa juga relatif tiggi,
berdasarkan grafik di bawah ini kerugian akibat obat kadaluarsa tiap tahunnya sekitar + Rp
32.394.084,00
pada tahun
2009. Daerah
kabupaten Subang ini dapat menggambarkan berapa banyak obat kadaluarsa yang dihasilkan
dari salah satu daerah dalam tingkatan kabupaten. Selanjutnya, jika dilihat dalam skala nasional
bahkan tingkat ASEAN akan didapatkan angka yang lebih besar dari jumlah obat kadaluarsa.
Apabila obat-obat kadaluarsa ini dibiarkan dan dibuang begitu saja di tempat sampah tanpa ada
penanganan khusus, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang nantinya apabila
dibiarkan akan mendatangkan masalah yang serius dan berkepanjangan.
299
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 3. Kerugian Akibat Obat Kadaluarsa di Kabupaten Subang
Sumber: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010
Studi pustaka
Pra Penelitian Pelaksanaan
Penelitian
Pengujian
Masalah-masalah akibat membuang obat kadaluarsa begitu saja di tempat sampah atau di
sembarang tempat dapat merusak susunan dalam tanah dan dapat menjadi racun. Oleh karena itu,
dengan menggunakan Drug-On, selain dapat mengurangi jumlah obat yang terbuang begitu saja
juga dapat memproduksi insektisida dan pestisida sedangkan system kerja Drug-on tergambar
seperti gambar 4.
Gambar 4
menjelaskan bahwa
setiap masyarakat yang sakit pasti mengkonsumsi obat,
namun ketika badan mulai sembuh maka obat dibuang begitu saja. Apabila dibiarkan, tumpukan
obat ini mengakibatkan suatu masalah yang serius. Namun apabila obat kadaluarsa dibuang ke
dalam Drug-On, maka obat tadi dapat dirubah menjadi insektisida dan pestisida. Drug On berisi
bakteri dan cairan kimia yang mampu merubah Kedepannya diharapkan masyarakat dapat dengan
bijak menggunakan Drug-on ini karena hasil insektisida dan pestisida dapat didapatkan dengan
mudah dan murah.
KERANGKA TEORI EM4
EM4 adalah produk komersial yang berguna
untuk meningkatkan
kecepatan dekomposisi, meningkatkan penguraian materi
organik, dan meningkatkan kualitas produk akhir. EM4 Effective Mikroorganisme 4 ditemukan
pertama kali oleh prof. DR. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Penerapannya di
Indonesia banyak dibantu oleh Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Sc. Larutan EM4 ini berisi
mikroorganisme fermentasi.
Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat
banyak, sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan pokok yang
menjadi komponen
utama, yaitu
bakteri fotosintetik, laktobassilus sp,streptomyces sp,ragi.
EM4 digunakan sebagai bakteri starter dalam pembuatan Drug-On.
Obat Kadaluarsa
Obat kadaluarsa merupakan bahan utama pembuatan Drug-On. Obat kadaluarsa adalah
suatu obat yang telah melewati batas kadaluarsa expired akan berbahaya jika dikonsumsi, karena
akan menimbulkan efek toksik racun bagi tubuh. Hal ini disebabkan oleh kinerja obat sudah tidak
lagi optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun. Akibatnya, obat yang masuk kedalam
tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun.
Kerja obat obat yang tidak optimal terjadi karena adanya penurunan kadar zat aktif yang
akan menurunkan potensi obat. Hal ini dapat memberikan dampak negatif yang sangat luas
karena dapat mengancam keselamatan jiwa, mengaburkan diagnosa terhadap penyakit, dan
meningkatkan resistensi antibiotik.
Obat yang kadaluarsa atau habis waktu adalah keadaan dimana suatu konsentrasi dari zat
aktif dan tambahan telah berkurang antara 25 –
30 dari
konsentrasi awal.
Obat yang
konsentrasinya berkurang sangatlah berbahaya, karena konsentrasi zat yang berkurang tersebut
dapat terurai dan menjadi toksik racun yang mengendap, sehingga sangat berbahaya bagi
tubuh. Insektisida
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga
pengganggu hama serangga. Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme,
yaitu dengan meracuni makanannya tanaman dan dengan langsung meracuni si serangga
tersebut. Insektisida merupakan hasil akhir yang diharapkan dari pembuatan Drug On ini.
METODE PENELITIAN
Gambar 4. Sistem Drug-On
300
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Studi Pustaka
Tahap studi pustaka diperlukan untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan penelitian, yaitu mengenai: 1 Bakteri EM4. 2 Obat Kadaluarsa. 3
Insektisida Pra Penelitian
Tahap pra penelitian ini meliputi pengumpulan bahan-bahan dan alat-alat serta
penarikan hipotesa bahwa obat kadaluarsa dapat dijadikan insektisida dan pestisida.
Tahap ini bertujuan sebagai pembanding antara penelitian sebelumnya dengan hasil
penelitian yang dilakukan. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu ruang kamar di desa Pogung Dalangan SIA
XVI, Kabupaten Sleman Yogyakarta dan di dalam sekretariat Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik
Aplikatif Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT UGM Lower Ground KMFT
UGM Jalan Grafika 2, Yogyakarta.
Bahan-bahan dan
peralatan yang
digunakan berupa bahan tidak terpakai atau barang
bekas. Penelitian
diawali dengan
pengumpulan obat-obatan yang tidak terpakai di lingkungan mahasiswa anggota LPKTA FT UGM.
Obat yang tidak terpakai dimasukkan kedalam satu tempat, kemudian dimasukkan campuran
EM4 yang telah teraktifasi. EM4 yang telah teraktifasi dibuat dengan cara mencampurkan
EM4, air dan tetes tebu dengan perbandingan 1:1:1.
Pengujian dilakukan
dengan menggunakan kotak berlapis ganda dengan
ukuran kotak terluar memiliki ukuran panjang 18 cm, lebar 13 cm dan tinggi 8.5 cm. Obat-obatan
yang dilakukan pengujian berupa berbagai jenis dan bentuk obat-obatan seperti sirup, tablet dan
kapsul. Pada campuran ditambahkan gula pasir yang
mengkaramel supaya
bakteri yang
ditambahkan pada campuran obat mampu bertahan lebih lama.
Pengujian
Pengujian dilakukan pada suhu kamar dan kotak atau tempat penyimpanan dibiarkan dalam
kondisi tertutup dan tersegel menggunakan perekat. Meletakkan tisu atau kain yang mampu
menyerap cairan dengan cepat pada sambungan kotak dan penutup kotak. Ruang kamar tempat
pengujian dibiarkan terbuka + 8 jam sehari dan suhu ruangan terus dijaga pada kondisi kamar
dengan menggunakan kipas angin dan kain untuk menutupi kotak pengujian. Kotak pengujian
dijauhkan dari terpaan sinar matahari dan terpaan sinar lampu untuk mengurangi pengaruh cahaya
dan panas yang dapat mempengaruhi reaksi yang terjadi dalam kotak pengujian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan obat kadaluarsa yang digunakan
berupa 75 obat batuk, flu dan sakit kepala dengan bentuk cair obat sirup dari seluruh total
obat, kemudian 10 berupa obat mag dengan berbagai jenis atau bentuk obat. Sedangkan
sisanya berupa penyakit lain seperti gatal, sariawan dan sebagainya.
Pada tiga
hari pertama
setelah pencampuran obat dengan bakteri EM4 yang
teraktifasi, tercium bau tidak sedap dan dapat membuat
peneliti pusing
disertai mual.
Berdasarkan tinjauan dan analisis yang dilakukan, campuran menghasilkan gas dan gas tersebut
menembus disela-sela kotak pengujian yang masih terbuka. Kertas tisu yang diletakkan diatas
dan di sela-sela kotak berubah warna menjadi kuning kecoklatan disertai basah dan bau yang
kurang enak dari tisu tersebut.
Gas yang keluar adalah sebagai akibat reaksi dari bakteri EM4 yang teraktifasi dengan
obat-obatan. Apabila
pada biogas
yang menggunakan EM4 untuk bantuan starter dengan
kotoran ternak sebagai bahan baku maka akan dihasilkan gas metana yang tidak berbau
menyengat dan dapat terbakar. Sementara itu pada Drug-On dihasilkan gas yang sulit terbakar dan
berbau
menyengat. Pengujian
mengenai kandungan kimia yang terdapat dalam gas masih
belum dilakukan karena resiko kesehatan yang dapat terjadi pada peneliti akibat tidak sesuainya
perlengkapan pengujian
dengan standar
keselamatan kerja seperti menggunakan jas lab dan masker.
Tisu yang telah basah akibat terkena gas dari proses kimiawi dalam Drug On diletakkan
pada botol yang berisi semut, perilaku semut karena pengaruh gas yang terserap pada tisu
tersaji pada grafik berikut ini
301
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Gambar 5. Pengaruh Drug-On pada Semut
Gambar 6. Drug-On Pada grafik di atas, skala vertikal
menunjukkan tingkat keaktifan semut, dengan 0 adalah mati, 1 adalah diam, 2 adalah aktif dan 3
adalah super aktif. Sedangkan skala horizontal berupa waktu dengan satuan menit. Grafik di atas
menggambarkan perilaku semut pada menit pertama aktif, kemudian setelah + 20 menit, semut
tersebut menjadi diam selama + 6 jam, setelah itu semut menjadi super aktif dengan pergerakan
yang sangat cepat daripada biasanya selama + 20 menit yang setelah itu semut-semut tersebut
akhirnya mati karena larutan Drug-On kembali dimasukkan oleh peneliti.
Pengujian juga dilakukan pada tikus rumah, dengan membiarkan kotak pengujian
Drug-On terbuka dan membiarkan ruangan kamar terbuka selama + 8 jam sehari selama 5 hari.
Hasilnya tidak terdapat tikus yang memasuki ruangan selama 5 hari. Namun, ketika kotak
pengujian Drug-On dipindah tempatkan ke sekretariat LPKTA FT UGM, terdapat 2 ekor
tikus yang memasuki ruangan kamar.
Insektisida dan Pestisida yang dihasilkan dari Drug-On belum teruji apakah dapat
membunuh hama seperti tikus atau tidak, namun telah teruji untuk menjauhkan tikus dari lokasi
tempat peletakkan Drug-On. Hasil Drug-On juga dapat menyebabkan pusing dan mual-mual jika
bau gasnya tercium oleh manusia. Pemberian Drug-On pada tanah atau tanaman
belum dapat dianjurkan, karena belum dilakukan uji kandungan Drug-On secara mendalam
meskipun dalam campuran terkandung EM4 yang baik untuk tanah.
KESIMPULAN Drug-On merupakan suatu teknologi yang mampu
merubah obat kadaluarsa menjadi insektisida yang telah teruji mampu mencegah tikus memasuki
suatu lokasi, namun Drug-On memiliki efek samping berupa meningkatkan keaktifan dari
serangga dan dapat menyebabkan gejala mual dan pusing pada manusia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Karya ini
didukung Sekretariat
Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada LPKTA FT UGM, serta teman-teman peneliti di LPKTA FT
UGM.
DAFTAR PUSTAKA Anonim.
-.Dalam Penelitian:
Pengaruh kompetensi manajerial dan motivasi terhadap
kinerja pengelola obat di puskesmas dinas kesehatan kabupaten subang. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Metusala, D. 2006. Pengenalan Insektisida. Retrieved
August 31,
2014, from
http:anggrek.orgpengenalan- insektisida.html
Pary, M. 2011. 7 Insektisida terbaik untuk mengendalikan hama wereng coklat WBC
. Retrieved
August 31,
2014, from
http:www.gerbangpertanian.com2011017 -insektisida-terbaik-untuk.html
Redfern, S. dkk. 2012. Rice in southeast asia: facing risks and vulnerabilities to respond to
climate change
. Rome:
Food And
Agriculture Organization of The United Nations.
Sundari, E. dkk. 2012. Dalam Penelitian: Pembuatan pupuk organik cair menggunakan
bioaktivator biosca dan EM4. Pekanbaru: Universitas Bung Hatta.
Winarto, L. 2011. Obat Expired = Penyembuh atau Racun?. Retrieved August 31, 2014,
from http:farmasi.unpad.ac.idpadiobat-
expired-penyembuh-atau-racun
302
Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014
Konsep Manajemen Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Geologi
Management Concept of Research and Development for Geological Resources