Kendala Inovasi T. Handoko laksana.tri.handokolipi.go.id

127 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang kemampuan anggaran pemerintah dalam melakukan suntikan dana insentif. Anggaran tersebut tidak harus banyak, yang penting secara bertahap melalui program yang sifatnya jangka panjang. Faktor ketiga yang menjadi kendala adalah faktor pengetahuan. Hasil publikasi ilmiah yang terisolasi dan tidak bisa diserap oleh industri adalah salah satu faktor yang menjadi kendala inovasi teknologi air Uhlenbrook, 2013. Temuan ini mengingatkan bahwa pentingnya integrasi antara industri dan akademisi serta peneliti dalam menyelaraskan hasil penelitian dan penemuan dengan kebutuhan industri. Uhlenbrook 2013 juga menyatakan bahwa kendala lainnya yang juga dihadapi industri adalah paradigma khusus ke teknologi tanpa pengetahuan tentang pasar, kemampuan wirausaha yang kurang baik, dan sulitnya hak paten, sertifikasi, dan birokrasi. Hal ini sejalan dan hampir sama dengan hasil temuan terhadap kondisi industri teknologi air di Indonesia. Kemampuan wirausaha dan perhatian terhadap aspek non teknis juga kesulitan birokrasi menjadi kendala kelembagaan, SDM dan sarana.

D. Konsep Strategi dan Kebijakan

Dalam kaitan pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih, masyarakat sebagai pengguna layanan selalu berharap mendapatkan pelayanan yang lebih dari penyedia layanan, dimana terdapat berbagai faktor terkait fungsi pelayanan dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan. Namun tidak bisa diabaikan bahwa masih banyak pandangan yang menganggap air bersih sama dengan air yang didapat dari sumber-sumber umum dan layanannya hanya bersifat sosial dan mendasar sehingga seharusnya dapat diperoleh secara gratis oleh masyarakat. Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa ‘bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat. Pernyataan di atas dapat diterjemahkan bahwa air adalah barang vital yang merupakan kebutuhan mendasar dan berperan sebagai sumber kehidupan bagi seluruh masyarakat dan negara berperan untuk menjamin kebutuhan air sebagai kebutuhan pokok. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air yang diterbitkan untuk menanggapi adanya otonomi daerah dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dalam salah satu pasalnya menerangkan bahwa ”Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif.” Dari sisi sektor publik Undang-Undang tersebut memiliki makna bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab mutlak untuk menyediakan air bersih yang sehat dan penyediaannya dapat diakses secara kontinyu bagi kebutuhan masyarakat. Namun semestinya tanggung jawab dan hak tersebut tersebut belum diiringi dengan kesadaran dan kewajiban dalam menjaga lingkungan serta kesediaan dan kemampuan masyarakat untuk membayar terhadap penyediaan fasilitas tersebut. Kondisi ini menyulitkan pengelola air bersih untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat karena disisi lain pelayanan air bersih selalu memerlukan tambahan investasi, baik untuk pengadaan air baku yang layak, instalasi, inovasi dan teknologi pengolahan, distribusi air sampai ke masyarakat pengguna. Kondisi seperti ini dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan penyelenggaraan pelayanan. Pemerintah sebagai regulator telah menetapkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tersebut yang kemudian diturunkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM. Isi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 menyatakan bahwa peraturan Pengembangan SPAM bertujuan untuk: 1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau 2. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa 3. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum Namun pencapaian target tersebut bukanlah hal yang mudah, mengingat persepsi sebagian besar masyarakat yang menganggap bahwa air merupakan benda sosial public goods yang dapat diperoleh secara gratis dan tidak mempunyai nilai ekonomi masih tinggi. Industri merasakan bahwa kendala terbesar adalah pasar Indonesia jauh dari kebutuhan inovasi dan teknologi tinggi High Technology mengingat air sebagai objek bukanlah barang yang bersifat ekonomi. PDAM sebagai salah satu pengguna terbesar sekaligus penyedia jasa pelayanan juga tidak butuh produk berteknologi tinggi yang inovatif karena tidak ada umpan balik yang setara mengingat biaya operasionalnya juga yang lebih tinggi. Motivasi untuk melakukan dan mengharapkan sesuatu yang lebih baik menjadi salah satu penggerak utama bagi mesin pengembangan 128 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 inovasi yang berkelanjutan Dearing A, 2000. Zuhal 2010 juga menyatakan bahwa untuk mencapai sistem inovasi yang baik dan berkelanjutan, perlu dibentuk sebuah ekosistem inovasi yang melibatkan integrasi yang baik antara akademisi, praktisi dan pemerintah. Berbagai macam kendala yang dihadapi belum bisa ditangani oleh industri teknologi air di indonesia karena masing-masing pihak termasuk industri masih bekerja didalam lingkungannya sendiri dan belum terjalinnya integrasi dan kerjasama yang baik dalam merespon kendala-kendala tersebut untuk menciptakan ekosistem inovasi yang diinginkan. Oleh karena itu konsep strategi dan kebijakan yang bisa diberikan untuk meningkatkan pelayanan air bersih dan mengembangkan inovasi di industri teknologi air di Indonesia antara lain: 1. Masyarakat harus disadarkan bahwa air pada kondisi sekarang bukan hanya barang sosial tapi juga barang yang memiliki nilai ekonomi. Kewajiban masyarakat untuk menjaga lingkungan dan kondisi sumber daya air. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi air dalam negeri. Pemerintah sebagai perumus kebijakan disarankan harus menciptakan keseimbangan kepentingan antara para stakeholder industri, akademisi, pengguna dan penyedia jasa serta konsumenmasyarakat. 3. Subsidi silang bisa dilakukan untuk konsumen dengan tingkat menengah kebawah apabila tarif air naik dikarenakan biaya operasional yang tinggi didalam pengolahan air bersih. KESIMPULAN Diantara enam kendala dalam berinovasi, pasar adalah kendala terbesar yang dihadapi oleh industri teknologi air di Indonesia. Berbagai macam situasi yang dihadapi terkait kendala pasar antara lain yaitu, teknologi yang laku dipasar adalah teknologi dengan harga yang rendah, ketidakpercayaan pengguna user terhadap teknologiprodukinovasi baru, Kesadaran pasar belum ada sehingga masyarakat belum paham akan produk dengan knowledge dan teknologi tinggi. Pemerintah disarankan harus menciptakan keseimbangan kepentingan terlebih dahulu antara para stakeholder untuk meningkatkan kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi air dalam negeri. Keseimbangan ini bisa dicapai dengan cara menciptakan pasar yang berkualitas, efisien, baru kemudian berbicara tarif pelayanan yang sesuai. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PAPPIPTEK LIPI atas pembiayaan studi ini melalui Program Kompetitif LIPI tahun 2014 dengan judul utama “Model Pengembangan Kemampuan Inovasi Teknologi Untuk Penciptaan Industri Air Bersih Di Indonesia”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas saran dan masukan yang diberikan untuk penyelesaian makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Linsley, R.K., J.B. Franzini, 1986. Water Resources Engineering. McGraw Hill, 716. De Castro, G.M., M.D. Verde P.L. Saez, J.E., J.E. Navas Lopez, 2010. Technological Innovation: An Intelectual Capital-Based View. Palgrave Macmillan, St Martin’s Press Lic, New York. Tether, B, 2002. The sources and aims of innovation in services: variety between and within sectors. Economics of Innovation and New Technology, 126: 481-505. Smallbone, D., North, D, 1999. Innovation and new technology in rural small and medium-sized enterprises: some policy issues. Environment and Planning C, Government and Policy, 17 5: 549 –566. Werner Hölzl Jürgen Janger, 2011. Innovation barriers across firm types and countries. DIME Final Conference, Maastricht Preliminary draft. Booz, A, Hamilton, 1982. New products management for the 1980s. Booz, Allen and Hamilton Inc. Kline, S. J., Rosenberg, N, 1986. An overview of innovation. The positive sum strategy, Harnessing technology for economic growth, 14, 640. Rothwell, R, 1992. Successful industrial innovation: critical factors for the 1990s. RD Management Journal , 22, Issue 3, 221 –240. Chesbrough, H. W, 2003. Open innovation: The new imperative for creating and profiting from technology. Harvard Business Press.Management, 223, 221-240. http:id.wikipedia.orgwikiTeknologi, Update 9 September 2009.