Produk Kualifikasi produk adalah sebagai berikut :

197 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 berasal dari data sekunder yang berasal dari instansi tekait serta informasi serta data – data yang berasal dari buku teks serta publikasi ilmiah yang mengambarkan perkembangan dunia kewirausahaan, kaitan teknologi dengan dunia kewirausahaan serta permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan terkait pendidikan kewirausahaan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah gambaran tentang pentingnya sebuah pendidikan kewirausahaan di Indonesia. HASIL Empirisme Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia Besarnya penduduk usia produktif yang tidak disesuaikan dengan besarnya serapan tenaga kerja merupakan permasalahan yang hampir terjadi di setiap negara terutama negara berkembang termasuk didalamnya adalah negara Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000 – 2010 mencapai 1,49 secara umum berpengaruh terhadap jumlah penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja mengalami peningkatan terus menerus bahkan hingga mencapai 175 juta jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa pada tahun 2012. Tabel 1. Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan Jenis Kegiatan Febuari 2012 Agustus 2012 Februari 2013 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas 172.865. 970 173.926. 703 175.098. 712 Angkatan Kerja 120.417. 046 118.053. 110 121.191. 712 a Tingkat Partisipa si Angkata n Kerja 69,66 67,88 69,21 b Bekerja 112.802. 805 110.808. 154 114.021. 189 c Pengang uran Terbuka 7.614.24 1 7.244.95 6 7.170.52 3 d Tingkat Pengang guran Terbuka 6,32 6,14 5,92 Bukan Angkatan Kerja 52.448.9 24 55.873.5 93 53.907.0 00 a Sekolah 14.307.8 02 14.084.6 33 14.971.7 20 b Menguru s Rumah Tangga 31 447 888 33 628 814 32 185 937 c Lainnya 6 693 234 8 160 146 6 749 343 Sumber : BPS 2012 Sebuah kenyataan bahwa sebanyak 7,1 juta penduduk Indonesia pada februari tahun 2013 tercatat sebagai pengangguran terbuka atau sebanyak 5,92 persen. Walau mengalami penurunan secara jumlah dimana tahun sebelumnya pengangguran terbuka sebanyak 7,6 juta pada februari tahun 2013 dan 7,2 juta pada agustus 2013, tetapi jumlah pengangguran terbuka yang cukup besar akan memberi dampak baik secara sosial maupun secara ekonomi Anata, 2013; Susetyo dan Amanda, 2011 Perkembangan UMKM di Indonesia Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM merupakan salah satu alternatif yang dipilih pemerintah dalam upaya mengurangi pengangguran, mengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Pembangunan dan pertumbuhan UMKM merupakan penggerak bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan UMKM yang baik maka akan membawa kemajuan bagi perekonomian suatu negara. Pada akhir tahun 2010 diperkirakan ada sekitar 53.823.732 UMKM 98,85 dari seluruh usaha di Indonesia. Kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja sekitar 97,22 dan sumbangan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto PDB sekitar 57,83. Mengingat keberadaan UMKM dan perannya sangat besar dalam perekonomian Indonesia, maka diperlukan pemerdayaan UMKM. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah wirausaha per Januari 2012 mencapai 3,75 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk Indonesia. Pada 2010, tercatat masih 0,24 persen. Namun angka ini masih kalah jauh dibanding negara Asia lain, seperti Cina dan Jepang, yang memiliki wirausaha lebih dari 10 persen jumlah populasi. Di regional Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dibanding Malaysia 5 persen atau Singapura 7 persen. Minimnya jumlah pelaku usaha mikro, kecil, 198 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 dan menengah UMKM dinilai mengancam ketahanan perekonomian nasional. Kondisi ekonomi menjadi kurang sehat terhadap ancaman krisis Usaha peningkatan jumlah UMKM dilakukan dengan mendorong program-program pengembangan wirausaha. Program penciptaan wirausaha yang diusung Kemenkop dan UKM. Seperti Gerakan Kewirausahaan Nasional GKN. Indonesia pada tahun 2011, telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional GKN, dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia, mengingat jumlah wirausaha Indonesia baru berkisar 0,24 dari populasi penduduk. Diharapkan dengan GKN dapat mencapai sekurang-kurangnya 1 dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2014 dan akhirnya mencapai rasio ideal 2 dari populasi penduduk Clelland,1961. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan serangkaian kebijakan dan rencana aksi untuk mendukung program-program peningkatan kualitas dan kuantitas kewirausahaan di Indonesia, agar mampu menjadi salah satu pilar ekonomi nasional yang tangguh menghadapi krisis ekonomi global, sekaligus solusi mengurangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. GKN merupakan salah bentuk konkrit sebagai wujud kesungguhan Pemerintah RI untuk memasyarakatkan kewirausahaan kepada masyarakat luas. Presiden RI dalam berbagai kesempatan telah menekankan pentingnya mengembangkan kewirausahaan, terutama kalangan kaum muda dan kaum terdidik di Indonesia. Sebagai sebuah gerakan kinerja, GKN sepanjang 2012 telah menunjukkan kondisi yang cukup menggembirakan. Pemerintah Indonesia berhasil meningkatkan jumlah wirausaha baru yang semula 570.339 orang pada 2011 0,24 menjadi 3.707.205 orang 1,56 pada akhir 2012. Peningkatan rasio jumlah wirausaha terhadap jumlah populasi Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing untuk berkompetisi dengan negara lain. Sebagai perbandingan, Singapura memiliki wirausaha 7,2 , Malaysia 2,1 , Thailand 4,1 , Korea Selatan 4,0 , dan Amerika Serikat 11,5 dari seluruh populasi penduduknya. GKN juga diharapkan dapat berkontribusi positip terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai sasaran kinerja KIB II, yang mentargetkan turunnya tingkat pengangguran dari 7 pada tahun 2011 menjadi 5 –6 pada tahun 2014, kemudian pertumbuhan ekonomi dari 6,5 5 pada tahun 2011 menjadi 7,7 pada tahun 2014dan kemiskinan turun dari 12,5 menjadi 8 –10 pada tahun 2014. Dibutuhkan usaha yang cukup keras dan kesinergian antar semua pemegang kepentingan untuk memajukan sektor UMKM di Indonesia. Enterpreneurship dan Teknologi Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola risiko untuk sebuah bisnis baru. Ono Suparno, dkk, 2008. Seorang entrepreneurmelakukan hal-halsebagai berikut: a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar. b. Menemukan solusi-solusi untuk mengisi peluang pasar tersebut. c. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan uang, orang, dan peralatan untuk menjalankan bisnis. d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal start-up ke fase bertahan survival dan fase pengembangan ekspansi. e. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya. Menurut Ono 2008, teknologi merupakan bagian dari solusi yang diperlukan untuk memenuhi peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari lima aspek entrepreneurship yang diperlukan. Teknologi bukan lah segalanya dalam technopreneurship. Ono 2008 menyatakan ada dua hal penting yang harus diperhatikan untuk mendefinisikan technopreneurship technology entrepreneurship , yaitu penelitian dan komersialisasi. Penelitian merupakan penemuan dan penambahan pada ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat didefinisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi dari laboratorium ke pasar dengan cara yang menguntungkan. Ada sejumlah jalan untuk mengkomersialisasi teknologi, yakni: lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak lain yang akan mengkomersialisasikannya. Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi. 199 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Technopreneurship vs Entrepreneurship Biasa Terdapat perbedaan antara entrepreneurship biasa dan technopreneurship technology entrepreneurship . Technology entrepreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yakni: menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan profit. Entrepreneurship biasa umumnya hanya berhubungan dengan bagian yang kedua, yakni menjual dengan mendapatkan profit. Bisnis Technopreneur Secara umum, ada dua jenis bisnis yang dapat membentuk technology entrepreneur technopreneur, yakni: bisnis lifestyle dan bisnis pertumbuhan tinggi high growth businesses . Bisnis lifestyle adalah suatu usaha yang umumnya tidak tumbuh dengan cepat. Bisnis seperti ini biasanya tidak menarik bagi investor profesional seperti angel investor atau pemodal ventura venture capitalist. Bisnis tersebut tidak mempunyai potensi yang cukup untuk menghasilkan kekayaan yang signifikan. Seseorang mungkin ingin menjadi bos sendiri, mengatur jadwal sendiri, dan ingin memiliki kendali yang lebih besar. Jenis bisnis yang lain adalah bisnis pertumbuhan tinggi. Bisnis pertumbuhan tinggi memiliki potensi untuk menghasilkan kekayaan yang besar dengan cepat. Jenis bisnis ini umumnya berisiko tinggi namun juga memberikan imbalan yang tinggi, sehingga menarik bagi pemodal ventura venture capitalists . Contoh-contoh perusahaan dengan bisnis petumbuhan tinggi adalah: Dell, Genzyme, EMC, Amgen, dan Biogen-Idec. Invensi, Inovasi, dan Technopreneur Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni: 1 invensi dan inovasi produk, dan 2 invensi dan inovasi proses. Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi invensi yang kemudian dikembangkan sedemikan rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat penggunanya. Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian kebanyakan di Perguruan Tinggi yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Penggagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering disebut dengan nama technopreneur teknopreneur, karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasiide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kewirausahaan bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis. Saat ini, perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar dihasilkan dari sinergi antara pemilik ide kreatif technopreneur, yang umumnya berafiliasi dengan berbagai pusat riset seperti Perguruan Tinggi, dengan penyedia modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan antara tiga unsur tersebut yang kemudian mendorong berkembangnya bisnis teknologi yang ada di beberapa negara, misalnya di Sillicon Valley di Amerika Serikat, Bangalore di India, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, sinergi ketiga pihak tersebut belum terbangun dengan baik. Pengembangan berbagai pusat inovasi dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi di beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk membangun technopreneurhsip di Indonesia. Peranan Technopreneurship bagi Masyarakat Invensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan sustainable development. Technopreneurship dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah: a. meningkatkan efisiensi dan produktivitas. b. meningkatkan pendapatan. c. menciptakan lapangan kerja baru. d. menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain. 200 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah- masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah: a. memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif. b. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumberdaya energi. Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati water, energy, health, agriculture, dan biodiversity , yang biasa disingkat WEHAB. Di bidang-bidang di atas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan. Pengembangan technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Misalnya: a. Air Water Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada air bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk irigasi. Tantangan technoprenuership masih sangat terbuka lebar untuk memberikan solusi teknologi pengadaan air bersih dan efisiensi irigasi. Contohnya produk teknologi yang dapat ditawarkan antara lain sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes drip irrigation. b. Energi Energy Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis. Lapisan masyarakat terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan yang luar biasa untuk mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif. Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan teknologi energi alternatif yang terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau, efisien, dan berkelanjutan. Contoh produk teknologi alternatif misalnya energi listrik tenaga air microhydro, tenaga angin, pengering tenaga surya, dan lain-lain. c. Health Kesehatan Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia. Oleh karena itu sangat diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan kesehatan yang aman dan terjangkau; teknologi pengobatanpencegahan terhadap penyakit spesifik lokal, serta obat- obatan alternatif yang terjangkau terutama untuk penyakit yang lazim dijumpai di masyarakat tidak mampu. Contoh produk teknologi alternatif adalah pengembangan produk-produk berbahan baku lokal menjadi produk herbal terstandar atau fitofarmaka. d. Agriculture Pertanian Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya dihuni oleh kelompok petani miskin. Beragam teknologi dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian kita. e. Biodiversity Keanekaragaman Hayati Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial yang besar. Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan keanekaragaman hayati untuk biomedicine dan produk makanan; teknologi pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Bagaimana agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat? Beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus: a. Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien. b. Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat. c. Merupakan ide orisinal. d. Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi. e. Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai. f. Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa. g. Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat. Pada saat ini di Indonesia secara umum, dukungan terhadap invensi dan inovasi domestik masih terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar, sehingga banyak invensi dan inovasi yang “layu sebelum berkembang”.Ada kesenjangan yang besar antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai tambah. Selain itu, dana penelitian dan pengembangan 201 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 nasional masih terbatas dan kemampuan technopreneurship domestik masih rendah Gambaran Pendidikan di Indonesia Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.Hingga saat ini masalah pendidikan masih menjadi perhatian khusus oleh pemerintah.Pasalnya Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau education for all EFA di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011 Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot dibandingkan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam 34, serta terpaut empat peringkat dari Malaysia 65. Pendidikan merupakan hal penting bagi agenda pembangunan Pemerintah Indonesia. Belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan di tahun-tahun terakhir setelah terjadinya krisis ekonomi. Secara nyata, belanja pendidikan meningkat dua kali dari tahun 2000 sampai 2006. Di tahun 2007, belanja untuk pendidikan lebih besar daripada sektor lain, yang mencapai nilai US14 miliar, atau lebih dari 16 persen dari total pengeluaran pemerintah. Sebagai bagian dari PDB 3,4 persen, jumlah ini setara dengan jumlah di negara lain yang sebanding Kemendiknas. Table 2. Data pendidikan penduduk 15 tahun ke atas Sumber : BPS 2012 Membangun keutuhan bangsa melalui pendidikan dilakukan melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Esensi mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan menjadi domain utama pendidikan adalah membangun bangsa Indonesia yang berakar pada budaya, dengan segala keragamannya, untuk menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, demokratis, berkarakter, mandiri, berdaya saing, dan berdaya tahan kuat di dalam percaturan hidup antar bangsa yang ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang terarah kepada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Kartadinata, 2009 Kecerdasan kehidupan bangsa bukan agregasi kecerdasan perorangan, karakter bangsa bukan agregasi karakter perorangan; kecerdasan dan karakter bangsa mengandung perekat kultural; kecerdasan bangsa adalah kecerdasan kultural yang akan membangun karakter bangsa dalam harmoni dan perdamaian. Selain itu kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh ketersediaan insfrastruktur pendidikan sebagai pendukung yang meliputi aspek – aspek teknologi, sumber daya manusia maupun birokrasi pengelolaan.Untuk meningkatkan kualitas infrastruktur pendidikan sehingga dapat memberi dampak positif bagi kualitas pendidikan di Indonesia, maka setiap stakeholder ditantang untuk dapat meningkatkan kinerja dan melakukan kinerjanya Soewardi dan Wirahadikusumah 2012. Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia Pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pengembangan manusia harus dilakukan secara utuh, yang mencakup pengembangan daya pikir, daya qolbu, daya fisik, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta olahraga Slamet, 2011. Selain itu, pengembangan manusia juga diharapkan menghasilkan manusia yang mampu dan sanggup berperan aktif dalam membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Tugas sektor pendidikan baik formal maupun informal bukan hanya mencetak manusia – manusia yang berpendidikan, tetapi secara lebih luas lagi, sektor pendidikan harus mampu menciptakan manusia – manusia yang mandiri. Dengan kenyataan bahwa tidak semua penduduk Indonesia usia produkif dan tergolong sebagai angkatan kerja dapat terserap di dunia kerja, maka sektor pendidikan bertanggung jawab untuk mencari solusi, bagaimana agar output yang dihasilkan tidak hanya berorientasi untuk menjadi pekerja, disisi peran sektor pendidikan untuk memperkenalkan dan memotivasi anak didiknya agar memahami bahwa selain menjadi seorang pekerja ternyata bidang wirausaha juga menjadi bidang yang cukup menjanjikan untuk didalami. Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas Tahun 2011 Tahun 2013 Tidakbelum sekolah 6,41 5,88 Tidak tamat SD 14,69 13,90 SDsederajat 28,72 28,09 SMPsederajat 20,74 21,00 SM +sederajat 29,44 31,13 202 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Entrepreneurial Campus Untuk menumbuhkan “geliat” entrepreneur- ship diperguruan tinggi, Heri 2014 menyarankan tujuh hal, yaitu :

1. Menyusun Kurikulum. Dalam menyusun

sistemmetode pembelajaran dan pelatihan kewirusahaan, perguruan tinggi harus dengan sungguh-sungguh mendesign mata kuliahmateri kewirausahaan untuk mahasiswanya, dimulai dari pembuatan silabus, satuan acara pengajaran SAP, Slide Presentasi, modul teori, modul praktikumpraktek, pembuatan buku panduan, dll. Rumusan itu tentunya harus dikerjakan oleh sebuah tim yang benar-benar expert dan experience diberbagai bidang keilmuan. Yang kurang diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam merumuskan kurikulum ini adalah tidakkurangnya mengikutsertakan ahli non ekonomi dan praktisipelaku usaha serta motivator entrepreneurship didalam team penyusun, sehingga mata kuliahmateri yang diberikan tidakkurang berkualitas. Hal ini penting dilakukan mengingat kolaborasi antara akademis, praktisi dan motivator akan menghasilkan konsep dan gagasan kewirausahaan yang tepat dan sesuai untuk mahasiswa dari berbagai disiplin keilmuan. Menyusun kurikulum entrepreneurship, tidak serta merta menjadikan entrepreneur- ship sebagai mata kuliah tersendiri, namun bisa saja muatan entrepreneurship ini dimasukan ke dalam sebagianseluruh mata kuliah.

2. Peningkatan SDM. Setidaknya Perguruan

tinggi harus mempersiapkan SDM Dosen yang mampu ”5M” sebagai berikut : 1 mampu memberikan paradigma baru tentang pentingnya kewirausahaan. 2 mampu merubah mengarahkan mindset mahasiswa menjadi seorang yang berjiwa entrepreneurship. 3 mampu menginspirasi dan memotivasi mahasiswa menjadi SDM yang mandiri. 4 mampu memberikan contoh karya nyata kewirausahaan barangjasa dan menyuguhkan succes story. 5 mampu menghasilkan SDM mahasiswaalumni menjadiseorang intrapreneur sukses Program peningkatan SDM Dosen ini dapat melalui berbagai cara diantaranya melalui ”5P” sebagai berikut 1. Program Short course entrepreneurship program pelatihan kewirausahaan untuk dosen, 2 Program seminarworkshopentrepreneurship. 3 program pemagangan dosen di dunia usaha, 4 program sarasehan dengan mitra usahadunia usaha 5 program pembinaanpendampingan dosen baru. Dengan program ”5P” yang penulis gagas ini, diharapkan setiap dosen bukan hanya dosen entrepreneurship saja mampu menunaikan ”5M” yang penulis usulkan.

3. Membentuk Entrepreneurship Center

baik institusi kampus ataupun berupa organisasi kemahasiswaan.Patut dicontoh beberapa perguruan tinggi yang telah eksis mengelola berbagai kegiatan dibidang kewirusahaan mahasiswa seperti Entrepreneur College di UI, Center forInnovation, Entrepreneurshi p , and Leadership ITB , Center for Entrepre-neurship Development and Studies Universitas Indonesia CEDS UI, Community Business and Entrepreneurship Development CDED di STMB Telkom, BSI Entrepreneurship Center BEC-BSI di Bina Sarana Informatika, Community Entrepreneur Program CEP UGM, UKM Center di FEUI, Center for Entrepreneurship , Change, and Third Sector CECT di Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship CenterBEC di Binus dll. Hal ini menunjukan bahwa perguruan tinggi-perguruan tinggi diatas memahami betul tentang penting- nya entrepreneurship sebagai solusi cerdas mahasiswanya menjadi seorang entrepreneur muda.

4. Kerjamasa dengan Dunia Usaha. Hal ini

penting dilakukan oleh perguruan tinggi dalam rangka tiga tujuan yakni : 1 meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa, 2 membuka peluang magang usaha bagi dosen dan mahasiswa, 3 membuka peluang kerjasama usaha khususnya untuk mahasiswaalumni. Dengan program kerjasama ini diharapkan mahasiswa terutama dapat menganalisa dan mengamati bentuk usaha nyata sehingga mempunyai gambaran ketika kelak berwirausaha.

5. Membentuk Unit Usaha untuk mahasiswa.

Salah satu kesungguhan perguruan tinggi dalam mewujudkan mahasiswanya untuk menjadi seorang entreprenuer adalah perlu membentuk beberapa unit usaha yang dikelola oleh mahasiswa, apapun jenis usahanya tentunya harus sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dengan institusi kampus. Unit-unit usaha yang 203 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 dibentuk ini dapat dijadikan sebagai salah satu pengalaman berharga bagi mahasiswa sebelum terjun membuka usaha secara mandiri.

6. Kerjasama dengan Institusi Keuangan perbankannon

perbankan. Untuk mewujudkan mahasiswaalumninya sebagai seorang entrepreneur, perguruan tinggi berkewajiban memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam membuka usaha, salah satunya adalah dengan cara menjadi fasilitator dan mediator antara mahasiswa dengan dunia keuangan perbankannon perbankan dalam hal kemudahan kredit usaha bagi mahasiswa. Kerjasama ini dapat menjadi triger bagi mahasiswa untuk menjadi entreprenuer muda. Tidak sedikit dari mahasiswa berkeinginan untuk berwirusaha namun terkendala dengan modal dana. Kerjasama inilah yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi. 7. Entrepreneurship Award. Salah satu pemicu meningkatnya semangat kewirusahaan dari mahasiswa adalah dilaksanakannya secara rutin perlombaankejuaraan kewirausahaan. Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan memberikan award bagi mahasiswa juga dapat menjadi salah satu langkah perguruan tinggi dalam meningkatkan minat wirausaha mahasiswa. Perlombaan ini dapat berupa bussiness plan atau entrepreneurship expo . Technopreneurship Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola risiko untuk sebuah bisnis baru. Ono Suparno, dkk, 2008. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar. b. Menemukan solusi-solusi untuk mengisi peluang pasar tersebut. c. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan uang, orang, dan peralatan untuk menjalankan bisnis. d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal start-up ke fase bertahan survival dan fase pengembangan ekspansi. e. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya. Menurut Ono, teknologi merupakan bagian dari solusi yang diperlukan untuk memenuhi peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari lima aspek entrepreneurship yang diperlukan. Teknologi bukan lah segalanya dalam technopreneurship. Ono 2008 menyatakan ada dua hal penting yang harus diperhatikan untuk mendefinisikan technopreneurship technology entrepreneurship , yaitu penelitian dan komersialisasi. Penelitian merupakan penemuan dan penambahan pada ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat didefinisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi dari laboratorium ke pasar dengan cara yang menguntungkan. Ada sejumlah jalan untuk mengkomersialisasi teknologi, yakni: lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak lain yang akan mengkomersialisasikannya. Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi. Technopreneurship vs Entrepreneurship Biasa Terdapat perbedaan antara entrepreneurship biasa dan technopreneurship technology entrepreneurship . Technology entrepreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yakni: menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan profit. Entrepreneurship biasa umumnya hanya berhubungan dengan bagian yang kedua, yakni menjual dengan mendapatkan profit. Bisnis Technopreneur Secara umum, ada dua jenis bisnis yang dapat membentuk technology entrepreneur technopreneur, yakni: bisnis lifestyle dan bisnis pertumbuhan tinggi high growth businesses . Bisnis lifestyle adalah suatu usaha yang umumnya tidak tumbuh dengan cepat. Bisnis seperti inibiasanya tidak menarik bagi investor profesional seperti angel investor atau pemodal ventura venture capitalist. Bisnis tersebut tidak mempunyai potensi yang cukup untuk menghasilkan kekayaan yang signifikan. Mengapa seseorang memulai bisnis lifestyle ? Seseorang mungkin ingin menjadi bos sendiri, mengatur jadwal sendiri, dan ingin memiliki kendali yang lebih besar. Jenis bisnis yang lain adalah bisnis pertumbuhan tinggi. Bisnis pertumbuhan tinggi memiliki potensi untuk menghasilkan kekayaan yang besar dengan cepat. Jenis bisnis ini umumnya berisiko tinggi namun juga 204 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 memberikan imbalan yang tinggi, sehingga menarik bagi pemodal ventura venture capitalists . Contoh-contoh perusahaan dengan bisnis petumbuhan tinggi adalah: Dell, Genzyme, EMC, Amgen, dan Biogen-Idec. Invensi, Inovasi, dan Technopreneur Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni: 1 invensi dan inovasi produk, dan 2 invensi dan inovasi proses. Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi invensi yang kemudian dikembangkan sedemikan rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat penggunanya. Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian kebanyakan di Perguruan Tinggi yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Penggagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering disebut dengan nama technopreneur teknopreneur, karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasiide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kewirausahaan bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis. Saat ini, perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar dihasilkan dari sinergi antara pemilik ide kreatif technopreneur, yang umumnya berafiliasi dengan berbagai pusat riset seperti Perguruan Tinggi, dengan penyedia modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan antara tiga unsur tersebut yang kemudian mendorong berkembangnya bisnis teknologi yang ada di beberapa negara, misalnya di Sillicon Valley di Amerika Serikat, Bangalore di India, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, sinergi ketiga pihak tersebut belum terbangun dengan baik. Pengembangan berbagai pusat inovasi dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi di beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk membangun technopreneurhsip di Indonesia. Peranan Technopreneurship bagi Masyarakat Invensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan sustainable development. Technopreneurship dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah: a. meningkatkan efisiensi dan produktivitas. b. meningkatkan pendapatan. c. menciptakan lapangan kerja baru. d. menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain. Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah- masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah: a. memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif. b. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumberdaya energi. Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati water, energy, health, agriculture, dan biodiversity , yang biasa disingkat WEHAB. Di bidang-bidang di atas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan. Pengembangan technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Misalnya: a. Water Air Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada air bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk irigasi. Tantangan technoprenuership masih sangat terbuka lebar untuk memberikan solusi teknologi pengadaan air bersih dan efisiensi irigasi. Contohnya produk teknologi yang dapat ditawarkan antara 205 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 lain sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes drip irrigation. b. Energy Energi Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis. Lapisan masyarakat terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan yang luar biasa untuk mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif. Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan teknologi energi alternatif yang terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau, efisien, dan berkelanjutan. Contoh produk teknologi alternatif misalnya energi listrik tenaga air microhydro, tenaga angin, pengering tenaga surya, dan lain-lain. c. Health Kesehatan Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia. Oleh karena itu sangat diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan kesehatan yang aman dan terjangkau; teknologi pengobatanpencegahan terhadap penyakit spesifik lokal, serta obat- obatan alternatif yang terjangkau terutama untuk penyakit yang lazim dijumpai di masyarakat tidak mampu. Contoh produk teknologi alternatif adalah pengembangan produk-produk berbahan baku lokal menjadi produk herbal terstandar atau fitofarmaka. d. Agriculture Pertanian Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya dihuni oleh kelompok petani miskin. Beragam teknologi dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian kita. e. Biodiversity Keanekaragaman Hayati Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial yang besar. Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan keanekaragaman hayati untuk biomedicine dan produk makanan; teknologi pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Bagaimana agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat? Beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus: a. Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien. b. Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat. c. Merupakan ide orisinal. d. Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi. e. Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai. f. Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa. g. Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat. Pada saat ini di Indonesia secara umum, dukungan terhadap invensi dan inovasi domestik masih terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar, sehingga banyak invensi dan inovasi yang “layu sebelum berkembang”. Ada kesenjangan yang besar antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai tambah. Selain itu, dana penelitian dan pengembangan nasional masih terbatas dan kemampuan technopreneurship domestik masih rendah. PENUTUP Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan fasilitator terdepan dalam membangun generasi muda bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan, mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang pekerjaan usaha. Untuk itu sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi segera merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high learning university and research university menjadi entrepreneurial university atau menyeimbangkan kedua arah kebijakan tersebut sehingga arah kebijakan keduanya tercapai baik yang bersifat high learning university and research university maupun yang bersifat entrepreneurial university. Dengan perubahan paradigma tersebut pada akhirnya akan melahirkan entrepreneur- entrepreneur muda sukses yang akan mampu membangkitkan bangsa ini dari berbagai keterpurukan. Untuk melahirkan entrepreneur- entrepreneur muda sukses tersebut di perlukan kesungguhan dan keseriusan dari perguruan tinggi dalam mengemban misi entrepreneurial campus. Program-program kewirausahaan yang telah digagas dan dijalankan oleh berbagai perguruan tinggi khususnya di Indonesia, patut kiranya dijadikan sebagai teladan dalam memulai memfokuskan perguruan tinggi dalam 206 Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional IV, Tahun 2014 melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Dr C Dhian Tyas Untari, SE, MM yang telah membantu penulisan artikel ini sekaligus didaftarkan untuk diseminarkan pada Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi Nasional IV Tahun 2014. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Indraprasta PGRI Prof. Dr. H. Sumaryoto, Dekan FIPPS Dr. Heru Sriyono, MM, M.Pd yang telah memberikan dukungan. Pada akhirnya kami sampaikan juga terima kasih kepada Panitia Forum Tahunan Pappitek LIPI yang memberikan kesempatan untuk diseminarkannya artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Anata, F. 2013. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, PDRB Per kapita, Jumlah Penduduk Dan Index Williamson Terhadap Tingkat Kriminalitas Studi Pada 31 Provinsi Di Indonesia Tahun 2007 - 2012. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Brawijaya Malang. Clelland, MC. 1961. Entrepreneur Behavior and Characteristics of Entrepreneurs. The Achieving Society. Dhewanto, W. 2013. Kewirausahaan Berbasis Teknologi Guna Meningkatkan Daya Saing. ITB: Sidang Terbuka Peresmian Mahasiswa Baru 2013 2014. Heri, K. 2011. Strategi Perguruan Tinggi mewujudkan Entrepreneurial Campus . Diunduh pada Agustus 2014 dari www.dikti.go.id Kartadinata, S. 2009. Membangun Keutuhan Bangsa Melalui Pendidikan Dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suparno, O, Hermawan, dan Syuaib, MF. 2008. Technopreneurship. Recognition and Mentoring Program – Institut Pertanian Bogor RAMP-IPB Susetyo, H dan Amanda, P.K. 2011. Dampak Kependudukan Terhadap Kriminalitas dan Keamanan Individu , Ditdamduk BKKBN 2011. Slamet, P.H. 2011. Peran Pendidikan Vokasi Dalam Pembangunan Ekonomi, Cakrawala Pendidikan, Juni 2011, Th. XXX, No. 2. Soewardi, B W, dan Wirahadikusumah, R D. 2012. Kebutuhan dan Tantangan Pendidikan Insfrastruktur, Seminar Nasional Pembangunan Infrastruktur Untuk Semua, Kerjasama Tiga Universitas, UI-UGM-ITB. Untari, D.T., 2014. Ecopreneurship: Concept of Responsible Entrepreneurship. Malang: Prosiding 11th International Annual Symposium on Management. www.bps.go.id www.kemennakertrans.go.id