c. Pengambil keputusan: Seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap
komponen keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, dan di mana akan membeli.
d. Pembeli: Orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.
e. Pemakai: Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau
jasa. Amir 2005:67 dalam bukunya mendiskusikan peran-peran yang
dimainkan individu dalam proses pembelian yaitu seperti inisiator, pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli, atau pengguna.
Peran inisiator terjadi ketika orang mencetuskan keinginan untuk membeli sebuah barang. Sementara itu, pemberi pengaruh mendorong seseorang untuk
segera membeli atau tidak membeli sebuah barang. Anggota keluarga, seperti kakak, orang tua, dapat menjadi pemberi pengaruh yang kuat untuk kebutuhan
seorang mahasiswa. Pengambil keputusan biasanya banyak diambil oleh orang yang sedang “punya kuasa”. Misalnya, seorang anak sebagai inisiator bisa
merayu ibunya untuk bertindak sebagai influencer agar sang ayah memutuskan membelikannya sebuah alat musikyang ia idam-idamkan.
2.3 Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian
Mayoritas penduduk di Indonesia adalah perempuan yang umumnya menganut agama Islam.Perempuan muslim membutuhkankepastian tentang
kehalalan produk pangan, minuman, obat, kosmetika, produk rekayasa genetik,
Universitas Sumatera Utara
dan barang gunaan lain, atau yang sering disebut produk halal yang beredar di Indonesia.
Di Indonesia pemerintah membuat suatu kebijakan untuk melindungi para konsumennya yaitu melalui suatu lembaga khusus yaitu LPPOM MUI Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia. Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia atau yang disingkat LPPOM MUI adalah lembaga yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk baik
pangan dan turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi agama Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk
dikonsumsi bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada
masyarakat www.wikipedia.org. Menurut
Rangkuti 2010:8, labelisasi halal adalah pencantuman tulisan
atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Produk tersebut harus sesuai
syariat Islam. Menurut LPPOM MUI Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik
Majelis Ulama Indonesia, yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syari’at islam www.wikipedia.org.
Syarat kehalalan produk tersebut meliputi: a.
Tidak mengandung babi dan bahan bahan yang berasal dari babi
Universitas Sumatera Utara
b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan yang
berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran-kotoran. c.
Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan syariat Islam.
d. Semua tempat penyimpanan tempat penjualan pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi; jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih
dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat. Schiffman dan Kanuk 1994 dalam Sumarwan 2004:289 mendefinisikan
bahwa suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia
harus memiliki pilihan alternatif. Artinya bahwa seseorang dalam membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk
membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut.
Dengan adanya label halal yang tercantum pada kemasan produk, maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen untuk menggunakan
produk tersebut. Munculnya rasa aman dan nyaman dalam mengkonsumsi produk akan membuat seseorang melakukan keputusan pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Be
Sumb Rangk
2.4 Peneli