merupakan salah satu kota yang mayoritas penduduknya berjenis kelamin perempuan dan juga beragama islam maka penulis akan melakukan penelitian
dengan menjadikan perempuan muslim di kota Medan sebagai studied population. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah Pada Perempuan Muslim di Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada
pengaruh antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk kosmetik Wardah pada perempuan muslim di kota Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, yakni untuk mengetahui
apakah ada pengaruh antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk kosmetik Wardah pada perempuan muslim di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Secara Akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi
NiagaBisnis FISIP USU. 2.
Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat menarik peneliti lain untuk meneruskan penelitian di bidang Ilmu Administrasi NiagaBisnis,
khususnya penelitian tentang Labelisasi Halal dan Keputusan Pembelian. 3.
Secara Praktis, Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak terkait dalam bidang usaha khususnya di bidang pemakaian label
halal.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II
: KERANGKA TEORI
Bab ini terdiri dari teori labelisasi halal, teori keputusan pembelian, teori pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian, dan penelitian terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, hipotesis, defenisi konsep, defenisi
Universitas Sumatera Utara
operasional, teknik pengumpulan data, teknik uji instrumrn penelitian, teknik pengumpulan skor, dan teknik analisis
data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi lokasi penelitian, penyajian data, analisis data, dan pembahasan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merumuskan beberapa kesimpulan dan saran-saran terkait dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB II KERANGKA TEORI
Neuman 2003 dalam Prasetyo dan Jannah 2005:64-65 menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam
melihat permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi- asumsi dasar yang dapat digunakan, dan mengarahkan pertanyaan penelitian yang
diajukan, serta membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
tentang labelisasi halal, teori tentang keputusan pembelian dan teori tentang pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian.
2.1 Labelisasi Halal
2.1.1 Pengertian Label
Suatu produk di samping di beri merek, kemasan, juga harus diberi label. Menurut Gitosudarmo 2000:199, label adalah bagian dari sebuah produk yang
berupa keteranganpenjelasan mengenai barang tersebut atau penjualnya. Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal
tentang produk atau tentang penjualannya.
Angipora 1999:154 mengatakan bahwa label pada dasarnya dapat merupakan bagian dari sebuah kemasan pembungkus atau dapat merupakan
etikat lepas yang ditempelkan pada produk. Dengan demikian, sudah sewajarnya
Universitas Sumatera Utara
kalau antara kemasan, merek dan label dapat terjalin satu hubungan yang erat sekali.
Gitosudarmo 2000:199 dalam bukunya menjelaskan bahwa ada beberapa hal terkait dengan label, seperti fungsi label dan beberapa macam label. Berikut
penjelasannya : Fungsi Label, yaitu :
a. Label mengidentifikasikan produk atau merek.
Contoh : nama Bintang menggolongkan produk b.
Label berfungsi menggolongkan produk. Contoh : buah persik dalam kaleng diberi label golongan A, B, C.
Menjelaskan beberapa hal mengenai produk, yaitu siapa yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana cara
menggunakan dengan aman. c.
Sebagai alat promosi.
Label dapat dibedakan tiga macam yaitu : a.
Brand Label Label Merek Brand label
adalah label yang semata-mata sebagai brand merek. Contoh : pada tepi kain tertera tulisan TETERON, TETREX.
b. Grade Label Label Mutu
Grade label adalah label yang menunjukkantingkatan mutu kualitas
tertentu dari suatu produk. Contoh : pada oli kendaraan dengan brand name MESRAN ada yang memakai tambahan kata SUPER. Tambahan
Universitas Sumatera Utara
kata SUPER di sini adalah grade label. Jadi super menunjukkan tingkatan mutu.
c. Descriptive LabelImformative Label Label Deskriptif
Descriptive Label adalah label yang menggambarkan tentang cara
penggunaan, formula atau kandungan isi, pemeliharaan, hasil kerja, dari suatu produk dan sebagainya.
2.1.2 Pengertian Halal
Menurut LPPOM MUI Lembaga Pengkajian Pangan , Obat, dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia, yang dimaksud dengan produk halal adalah
produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syari’at islam www.wikipedia.org.
Syarat kehalalan produk tersebut meliputi: a.
Tidak mengandung babi dan bahan bahan yang berasal dari babi b.
Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan yang berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran-kotoran.
c. Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan syariat
Islam. d.
Semua tempat penyimpanan tempat penjualan pengolahan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi; jika pernah
digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pengertian Labelisasi Halal
Label adalah bagian dari sebuah produk yang berupa keteranganpenjelasan mengenai barang tersebut atau penjualnya
Gitosudarmo,2000:199. Sedangkanyang dimaksud dengan produk halal menurut LPPOM MUI Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik Majelis Ulama
Indonesia, adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syari’at islam. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa labelisasi halal
adalah pencantuman keteranganpenjelasan halal pada kemasan sebuah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat islam.
Labelisasi halal merupakan salah satu poin penting di dalam penelitian ini. Menurut Rangkuti 2010:8, labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau
pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Label halal sebuah produk dapat
dicantumkan pada sebuah kemasan apabila produk tersebut telah mendapatkan sertifikat halal oleh BPPOM MUI.
Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap konsumen, serta meningkatkan daya saing
produk dalam negeri dalam rangka meningkatkan pendapatan Nasional. Tiga sasaran utama yang ingin dicapai adalah:
a. Menguntungkan konsumen dengan memberikan perlindungan dan
kepastian hukum. b.
Menguntungkan produsen dengan peningkatan daya saing dan omset produksi dalam penjualan.
Universitas Sumatera Utara
c. Menguntungkan pemerintah dengan mendapatkan tambahan pemasukan
terhadap kas Negara.
Indikator labelisasi halal menurut Mahwiyah 2010:48 ada tiga, yaitu pengetahuan, kepercayaan, dan penilaian terhadap labelisasi halal. Berikut ini
adalah arti dari masing-masing indikator di atas berdasarkan KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia dan wikipedia :
1. Pengetahuan, merupakan informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang
lantas melekat di benak seseorang. 2.
Kepercayaan, merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar. Atau dapat juga berarti anggapan atau
keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata 3.
Penilaian terhadap labelisasi halal, merupakan proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai yang diberikan terhadap labelisasi halal.
2.1.4 Proses Labelisasi Halal
Ada beberapa proses yang harus dilalui oleh para pemasar yang ingin mendapatkan keterangan halal untuk produk yang diproduksinya. Tetapi sebelum
mendapatkan keterangan halal, sebuah produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan harus terlebih dahulu memperoleh sertifikat halal dari Lembaga
Universitas Sumatera Utara
Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau
sering disebut dengan LPPOM MUI.
Untuk memperoleh sertifikat halal, maka LPPOM MUI memberikan ketentuan bagi perusahaan, seperti yang terdapat pada situs
www.riau1.kemenag.go.id. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
a. Sebelum produsen mengajukan sertifikat halal terlebihdahulu harus
mempersiapkan Sistem Jaminan Halal. Penjelasan rinci tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk kepada Buku Panduan Penyusunan Sistem
Jaminan Halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. b.
Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang atau tim Auditor Halal Internal AHI yang bertanggungjawab dalam menjamin pelaksanaan
produksi halal. c.
Berkewajiban menandatangani kesediaan untuk diinspeksi secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI.
d. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan Sistem
Jaminan Halal.
Setelah semua ketentuan di atas telah dipenuhi, maka produsen dapat lanjut ke proses prosedur sertifikasi halal. Adapun prosedur yang harus dijalani
adalah sebagai berikut : a.
Pertama-tama produsen yang menginginkan sertifikat halal mendaftarkan ke sekretariat LPPOM MUI.
Universitas Sumatera Utara
b. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi
produknya,harus mengisi Borang yang telah disediakan. Borang tersebut berisi informasitentang data perusahaan, jenis dan nama produk serta
bahan-bahan yangdigunakan. c.
Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya, dan bila
belummemadai perusahaan harus melengkapi sesuai dengan ketentuan. d.
LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. TimAuditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaanaudit ke lokasi
produsen danpada saat audit, perusahaan harus dalam keadaan memproduksi produk yangdisertifikasi.
e. Hasil pemeriksaanaudit dan hasil laboratorium bila diperlukan
dievaluasi dalamRapat Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratandiberitahukan kepada perusahaan melalui audit
memorandum. Jika telahmemenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit guna diajukanpada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk
diputuskan status kehalalannya. f.
Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam SidangKomisi Fatwa Mui pada waktu yang telah ditentukan.
g. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolaklaporan hasil audit jika
dianggapbelum memenuhi semua persyaratan yangtelah ditentukan, dan hasilnya akandisampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi halal.
Universitas Sumatera Utara
h. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah
ditetapkanstatus kehalalannya olehKomisi Fatwa MUI. i.
Sertifikat Halal berlaku selama 2 dua tahun sejak tanggal penetapan fatwa.
j. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir, produsen
harusmengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telahditetapkan LPPOM MUI.
Kemudian dilakukanlah tata cara pemeriksaan Audit mulai dari manajemen, bahan-bahan baku, dll. Pemeriksaan audit produk halal mencakup :
a. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk Sistem Jaminan
Halal. b.
Pemeriksaan dokumen-dokumen spesifikasiyang menjelaskan asal-usul bahan,komposisi dan proses pembuatannya danatau sertifikat halal
pendukungnya,dokumen pengadaan dan penyimpanan bahan, formula produksi serta dokumenpelaksanaan produksi halal secara keseluruhan.
c. Observasi lapangan yang mencakup proses produksi secara keseluruhan
mulaidari penerimaan bahan, produksi, pengemasan dan penggudangan serta penyajianuntuk restorancateringoutlet.
d. Keabsahan dokumen dan kesesuaian secara fisik untuk setiap bahan
harusterpenuhi. e.
Pengambilan contoh dilakukan untuk bahan yang dinilai perlu.
Universitas Sumatera Utara
Setelah semua proses dilalui dan dinyatakan kehalalannya, maka sertifikat halal dapat dikeluarkan. Proses selanjutnya adalah pencantuman label halal di
kemasan produk yang dinyatakan halal. Pencantuman label halal inilah yang sering kita dengar dengan sebutan labelisasi halal.
Bagi Perusahaan yang ingin mendaftarkan Sertifikasi Halal ke LPPOM MUI , baik industri pengolahan pangan, obat, kosmetika, Rumah Potong Hewan
RPH, restorankatering, maupun industri jasa distributor, warehouse, transporter, retailer harus memenuhi Persyaratan Sertifikasi Halal yang tertuang
dalam Buku HAS 23000 Kebijakan, Prosedur, dan Kriteria.
2.2 Keputusan Pembelian