2.2 Profil Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi
2.2.1 sejarah perjalanan Pemerintahan Daerah
Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan WilayahDaerah Otonomi,
tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap Raja-raja Adat. Pemerintahan
masa itu dikendalikan oleh Raja EkutenTakal AurKampungSuak dan Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan. Selama
penjajahan Belanda inilah Daerah Dairi mengalami sangat banyak penyusutan wilayah, karena politik penjajahan kolonial Belanda yang membatasi serta
menutup hubungan dengan wilayah-wilayah Dairi lainnya yaitu :
1. Tongging, menjadi wilayah Tanah Karo;
2. Manduamas dan Barus, menjadi wilayah Tapanuli Tengah;
3. Sienem Koden Parlilitan, menjadi wilayah Tapanuli Utara;
4. Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Gelombang, Runding dan
Singkil menjadi wilayah Aceh.
Pada masa itu pemerintahan Jepang di Dairi memerintah cukup kejam dengan menerapkan kerja paksa membuka jalan Sidikalang sepanjang lebih
kurang 65 km, membayar upeti dan para pemuda dipaksa masuk Heiho dan Giugun untuk bertempur melawan Militer Sekutu. Pada masa Pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
Jepang pada dasarnya tidak terdapat perubahan prisipil dalam susunan Pemerintahan di Dairi.
dikeluarkannya Undang-Undang darurat yaitu Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang PERPU Nomor. 4 tahun 1964 tanggal 13 Pebruari
1964 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi dan pemilihan Bupati yang Defenitif, maka diangkatlah Rambio Muda Aritonang sebagai pejabat
Bupati KDH Dairi setelah beliau selesai menyusun Anggota DPRD sebanyak 20 orang, dilanjutkan dengan pemilihan Bupati.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, yang berlaku surat mulai tanggal 1 Januari
1964, maka wilayah Kabupaten Dairi pada saat pembentukannya terdiri dari 8 delapan Kecamatan yaitu:
a. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;
b. Kecamatan Sumbul, ibukotanya Sumbul;
c. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga;
d. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh;
e. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak;
f. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukarame;
g. Kecamatan Silima Pungga-Pungga, ibukotanya Parongil;
h. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja;
Universitas Sumatera Utara
Setelah mengalami situasi politik yang selalu berubah dimuli dari masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi, banyak terjadi pengamandeman undang-
undang mengenai otonomi Daerah maupun peraturan-peraturan yang telah diadaptasikan wilayah Kabupaten Dairi terbagi atas : 15 Kecamatan, 8 kelurahan
dan 161 desa.
1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;
2. Kecamatan Sumbul, ibukotanya Sumbul;
3. Kecamatan Silima Pungga-Pungga, ibukotanya Parongil;
4. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Buntu Raja;
5. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga;
6. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kuta Buluh;
7. Kecamatan Parbuluan, ibukotanya Sigalingging;
8. Kecamatan Pegagan Hilir, ibukotanya Tigabaru;
9. Kecamatan Siempat Nempu Hulu, ibukotanya Silumboyah;
10. Kecamatan Siempat Nempu Hilir, ibukotanya Sopo Butar;
11. Kecamatan Lae Parira, ibukotanya Lae Parira;
12. Kecamatan Gunung Sitember, ibukotanya Gunung Sitember;
13. Kecamatan Berampu, ibukotanya Berampu;
14. Kecamatan Silahisabungan, ibukotanya Silalahi;
15. Kecamatan Sitinjo, ibukotanya Sitinjo.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Profil Umum Wilayah Dan Penduduk